ALKITAB

Lembaga Alkitab Indonesia selalu mendukung kebutuhan rohani anda, termasuk di dalam pembacaan Alkitab digital maupun harian. Mari bersama menumbuhkan iman kita kepada Tuhan.

Renungan Harian Sabtu, 25 Juni 2022

Renungan Harian Sabtu, 25 Juni 2022

Kualitas Iman Muncul Dari Respons, Bukan Status!

Yeremia 38:7-13,TB

Salah satu teguran yang serignkali muncul dalam narasi Alkitab adalah kesombongan iman akibat status di hadapan TUHAN. Terdapat beberapa tokoh maupun peristiwa yang menunjukkan para ‘umat TUHAN’ yang menganggap diri mereka berhak dan akan pasti mendapatkan keselamatan tanpa disertai dengan tindakan nyata yang sesuai dengan firman-Nya. Bahkan, kita dapat melompat sedikit dari perikop bacaan hari ini ke injil Lukas, yakni ketika Yohanes Pembaptis menegur para orang yang ingin dibaptis dalam kesombongan sehingga ia berkata,”Jadi hasilkanlah buah-buah yang sesuai dengan pertobatan. Dan janganlah berpikir dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini”. Kalimat ini adalah teguran untuk mengkritik kesombongan iman yang berlandaskan status, namun tidak disertai oleh tindakan dalam pertobatan yang berlandaskan pesan-pesan firman TUHAN. 

Terdapat ironi yang begitu besar di dalam perikop ini, yaitu seorang yang tidak memiliki latar historis yang begitu erat dengan TUHAN justru lebih memiliki hati yang terbuka untuk menerima firman TUHAN dibanding mereka yang semestinya memiliki relasi yang lebih intim dengan-Nya. Ebed-Melekh, seorang pekerja kerajaan, yang berasal dari Etiophia masih lebih mampu menerima kebenaran yang disampaikan oleh Yeremia dibanding raja Zedekia, seorang Israel keturunan Abraham-Ishak-Yakub. Hal ini muncul paska kezaliman yang dilakukan oleh para pemimpin terhadap Yeremia hingga sang nabi harus dipenjara dalam sebuah perigi, semacam sumur galian yang sudah mengering. Bahkan, berdasarkan dialog Ebed-Melekh dengan raja Zedekia, termasuk segala upayanya untuk mencari dan melakukan persuasi terhadap sang raja terkait nasib Yeremia, kita pun mendapati adanya ketulusan dari si Etiophia dalam menerima serta keberanian untuk mempertahankan pesan kebenaran firman TUHAN.

Sahabat Alkitab, menghidupi iman sebagai seorang percaya kepada TUHAN bukan hanya persoalan status atau ritus-ritus mingguan dan harian. Bahkan, itu semua akan menjadi sia-sia ketika kita tidak memiliki ketulusan dan keberanian untuk mewujudkan setiap nilai-nilai kebenaran firman TUHAN yang kita dapatkan. Jangan sampai status sebagai ‘umat percaya’ justru membawa kita terjatuh ke dalam perigi kesombongan iman yang semakin mempersulit kita untuk menerima, meresapi, dan mengimplementasikan segala nilai firman TUHAN. Ebed-Melekh, seorang asing di tengah umat TUHAN justru lebih mampu menunjukkan hati yang terbuka untuk menerima firman TUHAN dan mewujudkan keberanian untuk mempertahankannya. Berdasarkan pembacaan firman TUHAN pada hari ini pula kita belajar bahwa kualitas iman tidak bergantung pada status yang kita miliki, melainkan pada respons yang kita berikan untuk menerima dan keberanian untuk mewujudkannya dalam hidup keseharian.