Ada Paket Dari Tuhan

Ada Paket Dari Tuhan

 

Para pembaca pasti mengenal nama Tom Hanks, seorang pemain karakter yang kuat dalam film-film yang dibintanginya. Salah satu film yang dibintanginya yang memberi kesan mendalam buat saya adalah film Cast Away (2000). Film ini berkisah tentang seorang bernama Chuck Noland, seorang “trouble shooter/trainer” dalam perusahan pengiriman FedEx. Noland seorang yang berdedikasi terhadap pekerjaannya yakni menjaga kualitas pelayanan perusahaan di mana ia bekerja agar slogan pemasaran perusahaan, “When it absolutely positively has to be there overnight” terpenuhi, bukan janji kosong. 

Dalam perjalanan pulang ke Atlanta setelah memberikan pelatihan di luar negeri, pesawat kargo yang ditumpanginya mengalami kecelakaan di Pasifik Selatan dan Noland terdampar di sebuah pulau tak berpenghuni. Ketika kesadarannya pulih, Noland menyadari bahwa ia terdampar di sebuah pulau kosong, hanya ditemani paket-paket berserakan yang ikut terlempar ketika pesawat pecah menghantam permukaan laut. Sebagai seorang trainer dengan spesialisasi trouble shooting Noland mempunyai kelebihan. Ia segera menganalisis situasi yang dihadapinya. Ia mengumpulkan paket-paket yang berserakan dan melakukan tindakan pertama yang harus dilakukan: Bertahan Hidup. Ia harus tetap hidup. Survive! Kisah tidak berhenti sampai di sini.  Noland ternyata kemudian harus menjalaninya selama bertahun-tahun, Noland bertekad harus melanjutkan hidup, tidak boleh mati. Sebagai manusia biasa, ia pasti mengalami depresi, takut, bahkan ingin mati. Dia dipaksa untuk melihat potensi disekitarnya untuk terus bertahan hidup. Alam menyediakannya. Paket lain dari Tuhan! 

Setelah berhasil survive, muncul persoalan baru. Self Denial. Ketika keputusasaan melanda, muncul perasaan marah. Marah terhadap diri sendiri, marah kepada lingkungan sekitar, marah kepada Tuhan. Mengapa aku harus mengalaminya? Mengapa? Mengapa bukan orang lain? Mengapa? Mengapa? Mengapa aku? Hingga akhirnya, tidak ada pilihan baginya selain berdamai dengan keadaan. Ketika semuanya tidak berubah. Ketika kemarahan tidak mengubah apapun, mulailah Noland menerima kenyataan. “If you can not avoid it, live with it!” Kesadaran baru yang timbul bahwa ia harus hidup dengan cara yang baru (new normal) dalam jangka waktu yang lama. Akhirnya Noland bisa move on! – There’s a way when there’s a will. Ketika semuanya nampak sama dari hari ke hari, maka harus ada perubahan. Berubah. Mulailah Noland membuat rakit dengan bahan-bahan yang ada, mengambil risiko, berlayar meninggalkan pulau dan akhirnya Noland diselamatkan oleh sebuah kapal kargo.

Moral dari kisah film tersebut adalah jangan putus asa. Asa atau harapan mampu mengatasi ketakutan dan mampu membuat kita melakukan tindakan-tindakan terukur untuk keluar dari masalah yang membelit kita. Sudah setahun kita hidup bersama COVID-19, bahkan kini kita sedang menghadapi gelombang kedua lonjakan kasus COVID-19. Kita sudah melewati fase survival, self denial serta berdamai dengan keadaan. Tibalah saatnya bagi kita untuk move on!. Bukan lagi saatnya kita hidup bersama COVID-19, tapi beri diri kita divaksin, lakukan protokol COVID-19 dengan penuh tanggung jawab dan keluar dari karantina pulau kosong seperti Noland. 

Tuhan kita adalah Tuhan yang tidak menjanjikan hidup kita selalu berjalan lancar dan selalu mengalami kemudahan, melainkan Ia yang berjanji, “Kuatkan dan teguhkan hatimu, janganlah takut dan gemetar karena mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau” [Ulangan 31:6]. Sesungguhnya Tuhan turut bekerja dalam kondisi apapun yang menimpa umat-Nya. 

Ada adegan menarik di film tersebut yang mengisahkan titik balik Noland untuk keluar dari pulau kosong tersebut. Ia menemukan sebuah paket yang masih utuh. Sebagai karyawan yang berdedikasi, sebagai trainer ia merasa harus menjadi teladan – bukan ngomong doang – dan bertanggung jawab mengantarkan paket tsb kepada penerima. Ia memandangi paket-paket lain yang sudah ia bongkar dan yang telah menyelamatkan hidupnya selama 4 tahun. Vaksinasi. Itulah paket yang kita terima dari Tuhan melalui pemerintah yang menyadarkan kita untuk move on dan keluar dari karantina COVID-19. Banyak paket dari Tuhan yang dihadirkan bagi kita, entah melalui pemerintah kepada warga negara maupun dari kesadaran diri kita sendiri. Semua adalah bukti pemeliharan Tuhan. Ia menolong umat-Nya dengan cara-cara yang kadang tidak kita tahu dan sadari. Kita yang harus mencari tanda-tanda dari Tuhan. Sadarkah bahwa sesungguhnya Tuhan mengirimkan paket yang dapat menjadi petunjuk bagi kita untuk menemukan jalan keselamatan? Jalan keluar dari situasi dan kondisi yang kita hadapi. Sayangnya, banyak dari kita yang terburu-buru berputus asa dan menyerah berjuang.

Akhir film sangat menyentuh. Noland sudah mengantarkan paket yang harus diantarkan kepada yang berhak menerima. Ia berada di persimpangan jalan. Mau ke mana? Kembali ke FedEx atau merintis karir yang baru? Menulis buku? Sehingga kita dapat menonton film kisah hidupnya? Atau .. Ya, kita harus merencanakan apa yang kita lakukan selanjutnya, kembali ke kehidupan yang sama atau menapaki kehidupan yang baru. “Ada situasi yang tidak dapat aku kendalikan. Mau mati rasanya. Tetapi apapun dan bagaimanapun situasinya, aku harus tetap hidup. Aku harus tetap bernafas. Aku yakin besok matahari masih tetap akan terbit”. Begitulah secuil kalimat penutup kesaksian Noland.

Tuhan mengirimkan banyak paket yang dapat menyelamatkan hidup kita. Sama seperti Noland yang berkeyakinan “I will survive”, itulah keyakinan saya, keyakinan kita, dan saya pun menyenandungkan lagu Gloria Gaynor tersebut, “I will survive …”


Pdt. Sri Yuliana