Bantu Mereka!

Bantu Mereka!

 

(Markus 2:1-12; Yohanes 9:1-41)
“Ada orang-orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang. Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepada-Nya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di atas-Nya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!" Tetapi di situ ada juga duduk beberapa ahli Taurat, mereka berpikir dalam hatinya: "Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?" (Mrk. 2:3-7)


Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya. Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: "Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?" Jawab Yesus: "Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia. Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorang pun yang dapat bekerja. Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia." (Yoh. 9:1-5)

Tidak saja dulu tapi juga sekarang, kita berada di tengah-tengah masyarakat yang suka memberi stigma negatif kepada orang lain sesamanya manusia. Suka menyalahkan orang lain, suka menambah penderitaan orang lain. Itu telah manusia lakukan sejak di Taman Eden.

Dalam teologi purba, orang-orang yang mengalami penyakit tertentu dianggap kena kutukan atau hukuman dari Tuhan karena telah berbuat dosa, dia atau orang tuanya. Maka yang pertama-tama dilakukan oleh masyarakat ketika seseorang mengalami penyakit adalah mencari-cari siapa yang salah, apa dosanya, lalu mengasingkan orang tersebut sejauh mungkin keluar dari desa atau perkampungan masyarakat.

Namun ada contoh baik yang ditunjukkan oleh empat orang dalam Markus 2:1-12. Mereka berusaha keras menggotong kerabat mereka yang lumpuh demi bertemu Yesus. Karena mereka telah mendengar bahwa Yesus sanggup untuk menyembuhkan orang-orang sakit. Usaha mereka tidak mudah, karena sesaknya tempat di mana Yesus mengajar, mereka berinisiatif membuka atap rumah lalu menurunkan kerabat mereka yang sakit itu dari atas di rumah tempat Yesus mengajar. Usaha mereka tidak sia-sia, kerabat mereka disembuhkan dan apa yang mereka lakukan dilihat oleh Yesus sebagai sebuah tindakan iman yang besar. Dosa mereka pun diampuni oleh Tuhan Yesus.

Ketika para murid bertanya kepada Yesus tentang orang yang buta sejak lahirnya “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?” Yesus memberikan suatu kebenaran yang sama sekali berbeda dengan cara pandang umum orang di masa itu. Yesus berkata, “Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia. Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorang pun yang dapat bekerja. Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia”.

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) masih merupakan penyakit yang belum ada obatnya hingga saat ini. Orang-orang yang menderita AIDS disebebkan oleh virus Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyerang dan melemahkan sistem kekebalan tubuh manusia, sehingga manusia di dalam dirinya tidak memiliki pertahanan apa pun terhadap serangan penyakit. Orang yang mengalami penyakit ini merasakan penderitaan yang begitu berat. Sayangnya bagi sebagian besar orang yang mengalaminya, penderitaan mereka bertambah berat karena mereka kehilangan dukungan dari keluarga, kerabat, dan juga masyarakat. Penyebaran penyakit ini sebagian besar disebabkan oleh perilaku seks bebas dan penggunaan jarum suntik yang berganti-gantian yang biasanya dilakukan oleh pengguna narkotika. Inilah yang menyebabkan orang yang menderita HIV/AIDS menerima stigma negatif dari masyarakat, dijauhi, bahkan dikucilkan oleh keluarganya sendiri. Mereka dianggap sebagai orang yang paling berdosa dan kena hukuman dari Tuhan karena perilaku dosa yang mereka buat. Ketakutan yang berlebihan dan juga ketidaktahuan akan cara penyebaran virus HIV ini juga menjadi penyebab sehingga orang-orang lebih memilih untuk menghindari penderita AIDS ketimbang bersentuhan dan berkomunikasi dengan mereka.Bahkan bagi orang-orang yang sudah tahu pun kadang lebih memilih untuk menjauh.

Para penderita AIDS sangat membutuhkan bantuan dari orang-orang di sekitarnya. Bantuan itu berupa kekuatan morel, semangat untuk membangkitkan kepercayaan diri mereka, penerimaan, serta upaya-upaya penyembuhan lainnya. Dengan tidak melihat lagi pada penyebabnya, karena kenyataannya mereka telah menerima penyakit itu dalam diri mereka, maka empati dan perhatian dari keluarga dan masyarakatlah yang seharusnya diberikan. Mereka membutuhkan dukungan rohani yang mengembalikan iman dan harapan mereka kepada Tuhan.

Dari kisah empat orang yang menggotong orang lumpuh kita mendapatkan pelajaran akan kasih, solidaritas kemanusiaan, dan upaya keras untuk melihat kesembuhan dari orang-orang yang sakit. Dari kisah orang yang buta sejak lahirnya kita diajarkan untuk tidak memberi stigma melainkan empati, Kita juga belajar akan kemurahan dan kasih Allah terhadap orang yang sakit. Jika Tuhan begitu mengasihi mereka yang sakit dan menderita, apakah dasar kita untuk menjauhi dan menghukum mereka dengan pandangan negatif kita? Tuhan Yesus berkata kepada kita, “Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorang pun yang dapat bekerja.

Di Hari AIDS Internasional 1 Desember 2019 ini, merilah kita kembali pada semangat dicanangkannya hari AIDS ini yaitu meningkatkan kesadaran global tentang perjuaangan melawan HIV. Mari kita bersama-sama masyarakat dunia mengambil pekerjaan baik ini agar Allah dimuliakan.

Salam Alkitab Untuk Semua