Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya”

Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya”

2Tim 4:2a

Masa awal Kekristenan adalah masa yang penuh perjuangan dan tantangan bagi jemaat Kristus untuk tumbuh dan berakar dalam konteksnya. Di tanah kelahirannya sendiri, dalam lingkungan Yudaisme, gereja menghadapi penolakan dari umat Yahudi terhadap keyakinan dan pemberitaan mengenai Mesias Yang Disalibkan. Akan tetapi, tantangan ini justru menjadi peluang untuk melintas ke konteks-konteks baru, khususnya lingkungan Yunani-Romawi. Injil tumbuh dengan subur di lingkungan politeis ini. Salah satu tokohnya adalah Paulus yang menerobos batas-batas Yudaisme untuk merangkul ta ethne ‘bangsa-bangsa non-Yahudi’ yang kerap dipandang sebagai bangsa-bangsa yang tak mengenal Tuhan. Kegigihannya untuk menyebarkan Kabar Baik membuahkan hasil nyata dengan lahirnya jemaat-jemaat Kristus di wilayah Laut Tengah dan sekitarnya.

Dalam surat kedua kepada Timotius, Paulus menitipkan pesan terakhir kepada anaknya yang terkasih dalam iman (2Tim 4:4-6). Ia mengingatkan Timotius akan tantangan yang bakal dihadapi bukan saja dari luar tetapi juga dari dalam jemaat sendiri. Dari lingkungan sekitarnya, umat Kristus tidak jarang harus menghadapi hambatan akibat kesaksian dan cara hidup mereka. Paulus dan Timotius sudah mengalaminya bersama-sama (3:11). Di dalam jemaat sendiri pun muncul ajaran-ajaran yang tidak sehat (2:18). 

Timotius diingatkan bahwa akan datang masa yang sukar pada hari-hari terakhir dengan aneka gejala yang menunjukkan merosotnya karakter dan perilaku manusia (3:1-4). Banyak orang yang menjalankan agamanya secara lahiriah namun mengingkari pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari. 

Dalam konteks itulah Timotius diingatkan untuk tetap memberitakan Firman, siap sedia, baik atau tidak baik waktunya (4:2). Pesan Paulus kepada Timotius menjadi wasiat berharga yang tak lekang oleh zaman. Di berbagai babak sejarah, umat Kristus menghadapi beragam tantangan tetapi panggilan dan tugas yang sama tetap harus diwujudkan, baik atau buruk situasinya, di tengah-tengah bencana alam maupun bencana kemanusiaan. Meski maut mengintai dan kabar buruk membanjiri segala jenis media, tidak ada kata berhenti untuk menghadirkan Kabar Baik, baik dengan perkataan maupun tindakan. 

Dengan keyakinan yang sama, Lembaga Alkitab Indonesia bahu-membahu dengan para mitra berkomitmen untuk terus menghadirkan Sabda Ilahi yang memberi hikmat dan menuntun kepada keselamatan di dalam Kristus (3:15). Di masa pandemi, dalam keprihatinan bersama-sama berbagai elemen bangsa, LAI turut menyalurkan dukungan para mitra kepada masyarakat yang membutuhkan. Di saat bencana alam melanda beberapa wilayah di tanah air, dengan keprihatinan dan kepedulian yang serupa, LAI turut menyalurkan dukungan kemanusiaan dan juga bacaan-bacaan yang memberi peneguhan dan pengharapan, seperti Alkitab dan buku-buku cerita Alkitab. Ketika aktivitas tatap muka terpaksa dibatasi demi memutus rantai penyebaran virus, dengan visi yang sama LAI tetap berkomitmen menghadirkan Kabar Baik melalui program-program edukasi tentang Firman Tuhan dengan memanfaatkan beragam sarana digital. 

Firman Tuhan di dalam Alkitab juga memberikan janji kekuatan dan penyertaan Tuhan kepada umatNya. Hal ini memberikan pengharapan yang konkret untuk melangkah ke depan. Tuhan tidak pernah dan tidak akan pernah meninggalkan umatNya yang terus mengandalkan kekuatanNya.  

Dengan pertolongan dan rakhmat Ilahi, sungguh tidak ada kata berhenti untuk mewartakan Kabar Baik, baik atau tidak baik waktunya!      

 

Jakarta, 1 Januari 2022 

Lembaga Alkitab Indonesia