// //

Bersukacita Menyambut Kristus

Bersukacita Menyambut Kristus

Matius 11:2-11; Yakobus 5:7-11


Yohanes Pembaptis yang sedang di penjara mendengar tentang pekerjaan Kristus. Lalu ia menyuruh beberapa pengikutnya pergi kepada Yesus untuk menanyakan, "Bapakkah orang yang akan datang menurut janji Allah, atau haruskah kami menunggu orang lain?" Yesus menjawab, "Kembalilah kepada Yohanes dan beritahukanlah apa yang kalian dengar dan lihat: Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang berpenyakit kulit yang mengerikan *berpenyakit kulit yang mengerikan: Lih.. 8:2.* sembuh; orang tuli mendengar, orang mati hidup kembali, dan Kabar Baik dari Allah diberitakan kepada orang-orang miskin. Berbahagialah orang yang tidak ada alasan untuk menolak Aku!" (Matius 11:2-6)

Pengkhotbah padang gurun itu sekarang berada di dalam penjara sebab dengan keras ia menegur Raja Herodes di depan umum karena telah mengambil istri saudaranya sendiri menjadi istrinya (Mat. 14:3-5). Yohanes yang begitu keras dalam pelayanannya menegur orang-orang yang berdosa tanpa pandang bulu mendengar dengan samar-samar pelayanan Yesus yang begitu penuh kasih. Mungkin harapannya, Yesus akan berkhotbah lebih keras lagi dari dirinya, sebab Yohanes pernah berkata “… tetapi yang akan datang sesudah saya, akan membaptis kamu dengan Roh Allah dan api. Ia lebih besar daripada saya. Untuk membawa sepatu-Nya pun saya tidak layak. Di tangan-Nya ada nyiru untuk menampi semua gandum-Nya sampai bersih. Gandum akan dikumpulkan-Nya di dalam lumbung, tetapi semua sekam akan dibakar-Nya di dalam api yang tidak bisa padam.” Karena itu ia menyuruh murid-muridnya untuk bertanya kepada Yesus: “Bapakkah orang yang akan datang menurut janji Allah, atau haruskah kami menunggu orang lain?”

Dalam pengetahuan yang terbatas, manusia menerka-nerka akan sesuatu, akan apa dan siapa, kapan dan di mana, akan mengapa dan bagaimana. Dalam ketidaktahuannya, manusia menjadi ragu-ragu, menjadi kurang yakin. Inilah keadaan kita semua, sebab kita bukan Allah yang Mahatahu, kita hanya manusia yang sedikit tahu dan terbatas dalam pengetahuan. Dalam pemahamannya yang terbatas akan nubuat dari Nabi Yesaya, Yohanes mencoba menerka-nerka akan apa yang akan dilakukan oleh Sang Mesias ketika Ia datang, ketika apa yang terjadi tidak seperti yang ia bayangkan dan inginkan, maka ia bertanya-tanya dalam hatinya dan segera ingin memastikannya. Ketidaktahuan Yohanes dan pemahamannya yang terbatas, juga dialami oleh para murid dan semua orang yang mengikuti Yesus saat itu meskipun mereka selalu ada bersama-sama dengan Yesus setiap hari. Ketika konsep mereka tentang Mesias yang akan datang itu tidak seperti yang Yesus tampilkan, banyak yang menjadi kecewa. 

Kita tidak pernah tahu kapan Tuhan Yesus akan datang kembali, tapi kita tahu bahwa Yesus pernah datang menjadi manusia. Kedatangan-Nya yang pertama membuat kita bersukacita dan karena itulah kita merayakannya. Tetapi tentang kedatangan-Nya yang kedua kali tidak seorang pun yang tahu. Karena itu yang ada pada kita adalah harapan, berharap Yesus akan datang kembali seperti yang telah Ia katakan (Yoh. 14:1-3) dan seperti yang dikatakan oleh malaikat-Nya (Kis. 1:10-11).

Dalam pengharapan dan penantian “buta” kita, Yesus berkata “Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku." (11:6, BIMK). Saat perjalanan iman dan penantian ini tidak seperti yang kita inginkan dan harapkan, saat pandangan mata kita hanya melihat yang samar-samar, firman Tuhan datang kepada kita dan berkata, “Sebab itu, sabarlah Saudara-saudaraku, sampai Tuhan datang. Lihatlah bagaimana sabarnya seorang petani menunggu sampai tanahnya memberikan hasil yang berharga kepadanya. Dengan sabar ia menunggu hujan musim gugur dan hujan musim bunga. Hendaklah kalian juga bersabar dan berbesar hati, sebab hari kedatangan Tuhan sudah dekat. Janganlah menggerutu dan saling menyalahkan, supaya kalian tidak dihukum oleh Allah. Ingat! Hakim sudah dekat, siap untuk datang. Saudara-saudara, ingatlah para nabi yang berbicara atas nama Tuhan. Mereka sabar dan tabah menderita. Jadi, ambillah mereka sebagai contoh. Mereka disebut berbahagia sebab mereka tabah. Kalian sudah mendengar tentang kesabaran Ayub, dan kalian tahu bagaimana Tuhan pada akhirnya memberkati dia. Sebab Tuhan sangat berbelaskasihan dan baik hati.” (Yak. 5:7-11, BIMK).

Penantian kita layaknya penantian petani yang menantikan tanahnya memberikan hasil yang berharga baginya. Hanya penantian kita akan kedatangan Kristus lebih berharga dari itu. Penantian kita pasti sebab tidak bergantung kepada musim yang dapat berubah-ubah, melainkan pada Yesus, kepastian atas semua janji Allah. Kita beroleh bersukacita apabila kita dengan sabar dan tabah menderita, juga tidak menjadi kecewa dalam menyambut Kristus.

Selamat Memasuki Minggu Adven Ketiga

Salam Alkitab Untuk Semua