Good Governance and Integrity Leadership

Good Governance and Integrity Leadership

Oleh Dr. Sigit Triyono

 

Mengapa kasus korupsi dan kesewang-wenangan kekuasaan masih terjadi di lembaga Kristen, termasuk gereja?

Tidak dalam rangka menghakimi atau menyalahkan siapapun, selama tiga hari para pimpinan lembaga pendidikan Kristen, khususnya lembaga pendidikan teologi dan gereja di Asia berkumpul membahas serta mencari jalan keluar pertanyaan di atas.

Forum ini diselenggarakan oleh Christian Conference of Asia (CCA) pada 28-30 November 2022 di Chiang Mai Thailand dan diikuti 32 peserta dari berbagai negara di Asia. Didampingi oleh Pdt. Prof. Dr. Dr. (H.C.) Christoph Stuckelberger, President and Founder of Globethics.net, Visiting Professor di berbagai Universitas di Indonesia, India, UK, China, Nigeria, Russia. 

Hari pertama diawali dengan pembahasan tentang "Teologi yang baik = penerapan good governance sebagai pelayan Tuhan." Dilanjutkan dengan penelusuran akar ekklesiologi beberapa model kepemimpinan gereja. Kemudian diakhiri dengan analisis situasi tantangan good governance di gereja, lembaga pendidikan teologi dan masyarakat.  

Sudah puluhan tahun perjuangan antikorupsi dan anti kesewenang-wenangan kekuasaan di lingkungan gereja di berbagai negara, namun ternyata kasus di atas masih tetap terjadi.  Dengan kondisi ini maka secara iman Kristen tampaknya dosa selalu menjadi bagian dalam kehidupan umat percaya. Perlu terus berjuang bagaimana menjadi orang berdosa yang lebih baik ( bretter sinner ).

Pada hari kedua dibahas pemetaan aset gereja dan lembaga-lembaga pendidikan teologi. Dilanjutkan dengan topik "Mengatasi korupsi: bentuk, solusi dan input untuk kurikulum pendidikan teologi." Diperdalam dengan hasil analisis situasi dan alternatif solusi yang dapat dimasukkan dalam kurikulum pendidikan teologi di masing-masing negara.

Aset gereja bukan saja uang, orang, gedung dan tanah serta segala perabotan yang dapat dilihat dan disentuh ( tangible ) namun juga hal-hal yang nirwujud ( intangible ), seperti nilai-nilai, reputasi dan nama baik. Semuanya berpotensi menjadi tidak optimal dan bahkan menjadi malapetaka karena korupsi dan kesewang-wenangan para pemimpinnya.

Korupsi dan kesewenang-wenangan kekuasaan berkait erat dengan berbagai faktor yang saling berkelindan. Ada faktor individual, interpersonal, dan institusional. Ada juga faktor kepemimpinan, regulasi, peraturan, kultur dan berbagai situasi yang menimbulkan dilema. Berbagai faktor ini perlu dibahas dengan serius dan dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan teologi sebagai sumber lahirnya pemimpin gereja.

Pada hari ketiga diperdalam prinsip-prinsip  manajemen yang menopang good governance. Sesuai dengan pengakuan internasional, good governance adalah penerapan delapan prinsip, yaitu: Akuntabilitas, Transparansi, Patuh Hukum, Responsif, Efektif dan Efisien, Inklusif dan Adil, Partisipatoris, serta Orientasi pada Musyawarah. 

Dalam realitas yang ada, hampir semua peserta konsultasi mengakui kurikulum di pendidikan teologi masih belum membahas ke delapan prinsip di atas secara komprehensif. Kebanyakan hanya parsial saja. Ke depan pembahasan delapan prinsip ini hendaknya menjadi bagian yang utuh dalam kurikulum pendidikan teologi.

Implementasi ke delapan prinsip di atas juga menjadi tantangan tersendiri bagi lembaga-lembaga gerejawi dalam mengembangkan stewardship, menata berbagai bentuk anugerah Tuhan. Masih banyak praktik kepemimpinan dan manajemen yang jauh dari delapan prinsip di atas. Pekerjaan rumah yang tidak mudah bagi semua pemangku kepentingan gereja.

Selanjutnya seluruh peserta bersepakat menindaklanjuti forum konsultasi ini dengan meneruskan pembahasan kurikulum, sasaran, durasi, dan metode pembelajaran di masing-masing lembaga pendidikan teologi dan gereja. Untuk itu telah dibuat grup WhatsApp dan forum diskusi di website globethic.net

Forum konsultasi ini juga mengeluarkan pernyataan bersama yang dikirim kepada berbagai media agar disebarluaskan dan dapat menjadi perhatian bersama. Dengan demikian beban keprihatinan bersama menyangkut penerapan good governance dan kepemimpinan yang berintegritas dapat menjadi agenda bagi semakin banyak pihak di dunia.

Pada intinya pesan yang disampaikan adalah: good governance dan kepemimpinan yang berintegritas perlu terus diperjuangkan oleh seluruh pemangku kepentingan gereja, lembaga Kristen dan masyarakat pada umumnya agar korupsi dan kesewenang-wenangan kekuasaan semakin berkurang.

"Demikianlah Yusuf muncul sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir” (Kej 41: 45). Kutipan ini bisa menjadi inspirasi positif bagi penerapan kepemimpinan yang berintegritas dan setia kepada prinsip-prinsip good governance. 

Meski perjalanan masih panjang, namun tidak ada alasan untuk tidak optimis dalam penerapan good governance dan kepemimpinan yang berintegritas. Lembaga Alkitab Indonesia sebagai bagian tak terpisahkan dari gereja, turut serta aktif dalam arak-arakan bersama memperjuangkan implementasi good governance dan kepemimpinan yang berintegritas mulai dari Pembina, Pengawas, Pengurus, Komisi-komisi dan seluruh karyawan. (2/12/2022).