Jalan Lain LAI

Jalan Lain LAI

Oleh: Dr.  Sigit Triyono

Setidaknya empat kali saya mengikuti Ibadah Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 yang refleksi firman Tuhan mengangkat tema: "Pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain." Tentu hal wajar, karena itulah tema Natal yang diangkat oleh Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI).

Membaca sekilas tema di atas, semula terasa terarah dan condong kepada sorotan soal pulang, yang bisa menimbulkan makna past oriented, bukan future oriented. Belakangan justru "jalan lain" menjadi sorotan dan mutiara refleksi yang bernas untuk bekal melangkah ke masa depan.

"Jalan" bukan saja bermakna detonatif sebagai tempat yang dilewati orang atau kendaraan menuju destinasi tertentu. "Jalan" juga dimaknai secara konotatif sebagai cara atau metode untuk mencapai kinerja atau performansi tertentu.

Pandemi Covid-19 menuntut dan mengarahkan manusia di bumi ini mengembangkan "jalan lain" agar dapat bertahan dan menang. Berbagai uji coba dengan banyak jatuh bangun dilakukan, demi menemukan "jalan lain" paling efektif.

Covid-19 mereda, namun dampaknya belum juga sirna. Malahan disusul perang Soviet vs Ukraina. Juga ketegangan Taiwan vs China. Serta krisis di Eropa dan gonjang-ganjing (lagi) di Amerika.

Awal tahun 2023 Indonesia didominasi kabar gembira dengan berbagai indikator pencapaian makro yang bisa membuat tepuk dada. Namun realita ke depan ternyata tidak bisa berlama-lama eforia apalagi jumawa. Data menunjukkan setidaknya ada 70 negara yang mengalami kesulitan ekonomi, dan bisa berdampak negatif kepada Indonesia.

Keadaan eksternal yang serba tak bisa diduga menuntut untuk membangun kemampuan adaptasi yang cepat dan trengginas. Nasihat para bijak menekankan: dalam situasi yang serba cepat berubah, kita harus tetap berpegang kepada mandat dan visi lembaga.

Dalam situasi serba tak dapat diduga, kita harus berupaya terus untuk memahami segala tren dan arah ke depan. Dalam situasi yang membawa kompleksitas masalah, kita harus mampu memilih dan memilah prioritas utama. 

Dalam situasi yang banyak ambiguitas, kita harus mampu mengembangkan daya kelincahan melangkah. Singkatnya tantangan dan masalah sesulit apapun, tetap ada "jalan lain", meski sangat sulit dan membutuhkan energi prima.

Tanggal 9 Februari 2023 Lembaga Alkitab Indonesia akan merayakan 69 tahun perjalanan pelayanannya. Banyak "jalan lain" yang sudah ditempuh dan memberikan dampak positif bagi eksistensi pelayanan di bidang Alkitab, untuk umat percaya di Indonesia.

Tanggal 9 Februari 2023 juga akan diluncurkan Alkitab Terjemahan Baru Edisi Kedua. Alkitab ini adalah pembaruan Alkitab Terjemahan Baru Edisi Pertama yang terbit tahun 1974. Dengan pembaruan terjemahan ini diharapkan umat percaya semakin mudah memahami dan mengerti isi Alkitab. Pada akhirnya mereka akan lebih dekat dengan Tuhan dalam keseharian hidupnya.

Alkitab Terjemahan Baru Edisi Kedua ini adalah terjemahan ekumenikal, karya bersama gereja-gereja di Indonesia. Semua Gereja Aras Nasional melalui berbagai konsultasi regional dan nasional sudah terlibat aktif dalam penyelesaian dan penyempurnaannya. Pada saat peluncuran, LAI dan LBI (Lembaga Biblika Indonesia) akan menjadi tuan rumah simbol ekumenikal. Secara simbolik Alkitab Terjemahan Baru Edisi Kedua akan diberikan kepada seluruh pimpinan gereja-gereja aras nasional.

Alkitab Terjemahan Baru Edisi Kedua sekiranya dapat menjadi salah satu “jalan lain” LAI bersama seluruh pemangku kepentingan, agar Alkitab lebih menyapa hati dalam bahasa terkini. (22.01.2023).