Jangan Tinggalkan Seko, Pak Tom!

Jangan Tinggalkan Seko, Pak Tom!

 

Peluncuran Perjanjian Baru dalam Bahasa Seko Padang

Sebuah momen bersejarah dalam dunia penerjemahan Alkitab kembali tergores. Kali ini terjadi di ‘Seko’ (Seko Padang), sebuah kecamatan yang sangat terpencil di kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Hasil kerja penerjemahan Perjanjian Baru yang secara akumulatif berlangsung sekitar 40 tahun, akhirnya berbuah manis dengan gaung gempita yang sangat menggelegar. Betapa tidak! Lebih dari 2000 warga jemaat, yang mayoritas anggota dari Gereja Toraja, memenuhi pelataran luas gedung gereja jemaat ‘Sion Eno’. Mereka itu berasal dari jemaat-jemaat di klasis Seko Padang dan juga ‘orang-orang Seko’ yang selama bertahun-tahun sudah merantau di kota-kota lainnya di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah. Ya, Perjanjian Baru dalam Bahasa Seko Padang kini telah diluncurkan dan siap digunakan. Umat penutur bahasa ini menyambutnya dengan sangat antusias. 

Acara berlangsung selama 2 hari, 14-15 September 2022. Diawali dengan pawai keliling desa dimana umat, yang umumnya berpakaian adat, berjalan di belakang semacam tabut perjanjian yang diusung 4 anak muda yang juga berpakaian adat. Pawai ini berakhir di gerbang gedung gereja Sion Eno dan 4 tamu khusus (perwakilan Majelis Sinode Gereja Toraja, Sinode Gereja Protestan di Donggala, LAI, dan SIL) disambut secara adat di atas panggung kehormatan oleh tokoh-tokoh adat. Setelah bubar untuk makan malam, umat kembali berkumpul pada malam itu untuk 3 rangkaian acara berikutnya, masing-masing: (1) sharing untuk motivasi dengan pembicara tunggal, Sdr. Douglas Lakowske; (2) nonton bareng slides perjalanan proses penerjemahan PB Seko; (3) ibadah KPI yang dilayani oleh beberapa pendeta Gereja Toraja.

Acara puncak (peluncuran) diadakan pada hari kedua dan berlangsung dalam bingkai ibadah syukur dengan durasi sekitar 3 jam dan dihadiri oleh umat dengan jumlah yang tidak kalah banyaknya. Dalam acara ini, selain kepada penerjemah, panitia juga memberi kesempatan kepada LAI untuk mengungkapkan sukacita menyambut peluncuran ini. Benar, sukacita masyarakat Seko Padang adalah juga sukacita LAI karena menyediakan Firman Tuhan dalam Bahasa yang dekat dengan hati pembaca adalah salah satu misi yang diemban LAI. Bukan hanya itu, LAI juga bersukacita karena telah menjadi bagian penting dari pekerjaan ini sejak awal, mulai dari pemeriksaan naskah dan berlanjut terus sampai ke pencetakan dan penerbitannya, bahkan diikutsertakan secara terhormat dalam peluncuran produk ini. Di mata para penerjemah dan Gereja Toraja, LAI mendapat tempat yang istimewa. Ini terungkap dalam ungkapan-ungkapan yang disampaikan secara formal dalam kata-kata sambutan sepanjang rangkaian acara selama dua hari ini. 

Thomas dan Kathy Lakowske adalah dua sosok penting di balik pekerjaan besar yang memakan banyak waktu ini. Selama bertahun-tahun, berulang kali mereka harus berjuang di lintasan jalan yang super sulit dari Masamba (ibu kota kabupaten) menuju Seko Padang dengan berjalan kaki berhari-hari, atau menunggang kuda, atau pada waktu yang lebih kemudian, menaiki sepeda motor di atas jalanan berlumpur. Kalau sekarang ini telah tersedia lapangan terbang kecil di dekat kota kecamatan ini, itupun adalah buah perjuangan keras dari sosok Lakowske. Tidaklah mengherankan, sosok ini begitu dicintai masyarakat Seko Padang dan dihormati oleh Gereja Toraja. Maka, kalau pada sambutan terakhir, Pnt. Dr. Ir. Theo Kristian Seleng (Ketua IV BPS Gereja Toraja) meminta, “Jangan tinggalkan Seko, Pak Tom!”, ini sungguh sebuah seruan yang tidak mengada-ada. Masyarakat Seko Padang baru memiliki Alkitab Perjanjian Baru. Mereka juga memerlukan Perjanjian Lama. Tom diharapkan masih bisa melanjutkannya. Dan seiring dengan itu, akan ada lagi perubahan yang dapat ia torehkan di sana … dan LAI akan terus mempunyai kesempatan untuk menjadi bagian pentingnya.

 

Depok, 19 September 2022

Dr.Wenas Kalangit