Josias Pulih dari Masa Lalu yang Menyakitkan

Josias Pulih dari Masa Lalu yang Menyakitkan

Trauma Healing berdasarkan Alkitab telah membantu seorang pendeta di Mali menemukan penyembuhan dan memulihkan hubungan yang rusak.

 

Pendeta Josias tumbuh di rumah yang penuh kekerasan di Mali. “Saya tidak tahu apa penyebabnya, tetapi ayah saya sangat kejam—terutama kepada saya,” kenang Josias. “Hampir setiap hari ia memukul saya seperti musuh.”

Pada usia 12 tahun, Josias kabur meninggalkan rumahnya. Ketika dia kembali beberapa tahun kemudian, Josias mengetahui bahwa ayahnya telah meninggal. Kakak laki-lakinya yang sulung berjuang menggantikan peran ayahnya. Malang tak dapat ditolak, tidak lama kemudian kakak laki-lakinya meninggal karena kanker. Ia meninggalkan Josias, ibu, dan adik laki-lakinya dalam keadaan rentan dan tidak terlindungi. Maka keluarga Josias berharap pertolongan dari adik kandung ayahnya. Alih-alih merawat keluarga yatim, paman Josias memperlakukan mereka dengan kasar. “Paman saya mengambil semua barang ayah kami, dan mengusir kami meninggalkan kampung halaman,” kata Josias.

Di desa barunya, Josias mendengar Kabar Baik tentang Yesus Kristus dan ia memutuskan menjadi seorang Kristen. Setelah beberapa tahun, dia menikah dan akhirnya menjadi pendeta di sebuah gereja kecil. Tapi masa kecilnya yang bergejolak masih menghantuinya. “Batin saya begitu terluka dengan semua pengalaman yang telah saya alami,” ujarnya. Josias segera terjebak dalam pola pelecehan yang sama—hanya kali ini, dialah yang menyakiti orang lain. “Saya menjadi seorang pendeta yang sangat keras terhadap anggota gereja saya,” tutur Josias. Dan, seperti ayahnya sebelumnya, Josias memperlakukan istri dan anak-anaknya dengan kasar dan buruk. “Istri saya ketakutan dan tidak tahan lagi, ia lari bersembunyi di suatu tempat untuk waktu yang lama,” kata Josias.

Dalam kesendirian dan kesunyian hati Josias merasa hancur. Tak lama, Pdt. Josias diundang untuk menghadiri komunitas Trauma Healing yang diselenggarakan Lembaga Alkitab bersama sebuah gereja  setempat.

Saat dia berpartisipasi dalam pelatihan Trauma Healing berdasarkan Alkitab, Josias menyadari bahwa rasa sakit yang dialaminya sewaktu kecil membuatnya ingin menyakiti orang lain. “Saya memahami sumber masalah saya,” tuturnya berbagi. Dia belajar bagaimana membawa rasa sakitnya ke hadapan salib Kristus dan menemukan pengampunan dari-Nya. Perlahan ia mengalami penyembuhan. “Pelatihan ini memulihkan saya secara radikal dan positif,” kata Josias.

Saat menyelesaikan program Trauma Healing, Josias meminta maaf kepada istri dan anak-anaknya. Dan pada kebaktian Minggu berikutnya, Pendeta Josias berdiri di depan jemaatnya dengan air mata berlinang dan meminta maaf kepada mereka juga. “Jemaat pun menangis bersama saya….momen itu sangat mengharukan!” kata Josias.

Berkat pelatihan Trauma Healing ini, Pendeta Josias akhirnya dapat mengungkapkan dengan jujur luka hatinya, membawa bebannya kepada Tuhan Yesus, dan mengalami penyembuhan sejati. Sejak saat itu hubungannya dengan Tuhan dan sesama dipulihkan. Hari ini, dia bersaksi bahwa sukacita di hatinya telah pulih kembali. Hatinya dipenuhi damai sejahtera. Ia pun menambahkan, “Istri saya, anak-anak, dan saya sendiri bahagia… segala kemuliaan bagi Tuhan kita!”

 

Dikutip dari: Americanbible.org, Lembaga Alkitab Amerika (ABS)