Kamu adalah Kabar Baik

Kamu adalah Kabar Baik

 

"Le (Nak), jangan lupa sering-sering menengok Mbah Puteri (Nenek) yang sudah hidup sendiri di Klaten," pesan Ibu saya sesudah kakek saya wafat di tahun 1985-an.

Tahun 1982-1989 saya kuliah di Yogyakarta sekitar 30 km dari Klaten dan harus indekos di dekat kampus. Pesan Ibu saya selalu terngiang, sehingga setiap akhir pekan bila tidak ada jadwal kegiatan, saya selalu datang ke Klaten dan menginap di rumah nenek saya.

Setiap saya datang, nenek saya selalu menyambut dengan senang dan penuh semangat. Mobilitasnya yang sudah terbatas tidak menghalanginya untuk membuatkan minuman dan menyuguhkan makanan ringan. Dengan antusias beliau menceritakan apa  saja yang dialaminya sepanjang saya tidak berkunjung.

Rutinitas kunjungan ke nenek saya juga menjadi kabar baik untuk Ibu saya yang tinggal jauh dan hanya setahun sekali bisa mengunjungi nenek. Saat Ibu saya berkesempatan menjenguk nenek dan mendengar bahwa saya sering mengunjunginya, sukacita ibu saya bertambah-tambah.

Semua orang membutuhkan kabar baik, kapan saja dan di mana saja. Apalagi di tengah bencana wabah Covid-19 ini. Kita semua bisa menjadi kabar baik dengan cara yang paling sederhana melalui berbagai media digital. Melalui sapaan rutin kepada setiap anggota keluarga, baik yang dekat maupun yang jauh, mendoakan dan membantu meringankan beban mereka, kita sudah menghadirkan kabar baik.

Bagi yang memiliki kemampuan lebih, saatnya berbagi untuk meringankan penderitaan pihak lain yang terkena langsung wabah Covid-19 ini maupun yang terkena imbasnya.
Kabar baik bukan hanya kisah yang diceriterakan. Kita semua berpeluang menjadi kabar baik, kabar sukacita, kabar gembira, yang mampu menyalakan lampu kehidupan di mana saja.
Mari berarak-arakan bersama LAI yang semua mandatnya berporos pada menghadirkan kabar baik bagi semesta.

Dr. Sigit Triyono (Sekum LAI)