// //

Kristus Harapan Di Tengah Ketidakpastian

Kristus Harapan Di Tengah Ketidakpastian

Sapaan LAI

Tahun 2005 atau lima belas tahun lalu saya diutus oleh Wahana Visi Indonesia (WVI) untuk membawakan pelatihan tiga hari dengan topik "Membuat Perencanaan Program". Tempatnya di Wamena, Provinsi Papua. Sasaran pesertanya para mitra WVI dari gereja, sekolah dan lembaga mitra lain yang berdomisili di sekitar Kabupaten Wamena.

Ini adalah pertama kalinya saya  menjalankan pelayanan di Papua. Saya pergi sendiri dibekali oleh WVI Jakarta tiket pesawat dari Jakarta ke Jayapura dan petunjuk untuk menemui petugas konter Trigana Air di Bandara Sentani Jayapura. Dari Bandara Sentani, saya melanjutkan perjalanan dengan pesawat Trigana Air: Jayapura- Wamena.

Tiket pulang dari Jayapura-Jakarta sudah juga saya pegang dengan tanggal yang tercantum hari kelima sesudah kedatangan saya di Wamena. Sementara tiket pulang dari Wamena ke Jayapura belum ada di tangan.

Perjalanan berangkat lancar sampai di Wamena tanpa kendala berarti. Berangkat tengah malam dari Jakarta, sampai di Jayapura di pagi hari kemudian berlanjut ke Wamena dan sekitar pukul 11 pagi sudah ada di Wamena.

Setiba di Wamena saya dijemput Regional Manager WVI di Wamena. Ada banyak pertanyaan kepadanya tentang Wamena dan segala yang dilakukan WVI di Wamena. Saya juga bertanya tentang kepastian tiket pulang dari Wamena ke Jayapura. Namun saya agak terkejut karena dijawab: Tiket pulang ke Jayapura baru bisa didapatkan di hari H Bapak mau pulang ke Jakarta.

Lalu saya tanya lebih lanjut: "Apakah pasti saya dapat tiket itu?" Jawab sang manajer: "Tidak ada yang pasti, Pak. Kita berdoa saja agar tiket bisa didapat dan Bapak kembali ke Jakarta dengan jadwal terbang yang cocok dengan jadwal terbang ke Jakarta."

Mendengar pernyataan rekan dari WVI tersebut, terus terang perasaan saya agak khawatir. Apakah saya nantinya benar=benar mendapatkan tiket Wamena-Jayapura? Sekiraya saya tidak mendapatkan tiket, bagaimana dengan tiket Jayapura-Jakarta (yang telanjur dipesan)?

Ketidakpastian ini membuat saya setiap pagi selalu bertanya kepada sang regional manajer WVI di Wamena. Dan jawabannya selalu sama: kepastiannya pagi menjelang keberangkatan ke Jayapura.

Singkat cerita, seusai menjalankan tugas pelayanan selama tiga hari, sejak sore saya sudah berkemas karena esok hari pukul 07.00 pagi sudah harus berada di bandara Wamena untuk mendapatkan tiket tersebut.

Di hari H jadwal kepulangan ke Jakarta, sejak pukul 06.00 pagi saya sudah siap untuk dijemput dari tempat menginap menuju ke bandara. Ketidakpastian mendapatkan tiket menuju ke Jayapura membuat saya hanya bergantung dan berharap dalam iman kepada Tuhan.

Sekitar pukul 7.30 pagi saya sudah tiba di bandara. Suasana bandara masih sepi, tidak terlihat petugas yang hadir di sana. Kembali saya hanya bisa berharap dan beriman kepada Tuhan. Sesudah menunggu lebih dari dua jam barulah tampak ada petugas bandara dan memberikan keterangan kepastian dapat tiket ke Jayapura diperoleh sesudah pesawat mendarat. Kembali harapan dan iman sangatlah relevan.

Sekira pukul 10 pesawat dari Jayapura mendarat dan satu persatu turun. Sejenak setelah itu semua penumpang yang sudah memegang tiket mengantri untuk masuk pesawat. Saya didampingi regional manajer WVI Wamena ikut mengantri tanpa memegang tiket. Agaknya beliau sudah cukup dikenal oleh para petugas bandara maupun maskapai penerbangan. Sesudah semua penumpang naik, pramugari dari pintu pesawat muncul dan mengumumkan: "Karena masih ada satu kursi kosong, silakan Bapak Sigit Triyono bisa naik ke dalam pesawat."

Situasi pandemi Covid-19 yang penuh ketidakpastian mendorong kita untuk terus berharap dalam iman di dalam Kristus. Lembaga Alkitab Indonesia terus hadir dalam jendela-jendela media sosial dan websitenya untuk setidaknya mengingatkan kita semua untuk terus-menerus berharap kepada Kristus melalui pembacaan dan perenungan Alkitab.

Kristus yang kita peringati kelahirannya pada setiap 25 Desember sungguh nyata kehadirannya dalam setiap kehidupan pribadi, keluarga, lembaga dan semua umat percaya.

Kecemasan, kekhawatiran, ketakutan, kesedihan, dan segala rasa ketidakpastian hendaknya berubah menjadi pengharapan yang pasti akan cahaya terang di masa depan. Itu semua karena kehadiran Kristus, sang Juruselamat dunia.

Salam Alkitab untuk Semua

 

Dr. Sigit Triyono