MENGENANG DRS. SUPARDAN, M.A.

MENGENANG DRS. SUPARDAN, M.A.

(3 Maret 1940–27 Maret 2022)

Dalam memoarnya (2010), Pak Supardan berkisah kalau namanya diambil dari nama bulan dan tahun penanggalan Jawa ketika beliau lahir. “Supar” dari bulan Sapar karena lahir pada bulan Sapar, dan “dan” karena lahir pada tahun Dhal. Tidak terlalu jelas mengapa lalu menjadi Supardan bukannya Sapardhal. Ketika tinggal di India, kawan-kawannya di sana menebak Supardan sama dengan Supradhan, artinya ”bagus” atau ”lebih dan arif”. Sementara ketika menetap di Hongkong, seorang yang  berlatar belakang bidang kesusasteraan menulis namanya menjadi Tsu Pha Thom, artinya pilar kokoh yang menjadi pelindung. Nama “Supardan” juga pernah mendapat sentuhan Yahudi. Dalam rangka mengurus visa ke Israel, Sekretaris Umum Lembaga Alkitab Israel mengubah “Supardan” menjadi dua kata ”Supar” dan ”Dan” (salah satu anak Yakub). Alasannya kalau ada marga maka proses pengurusan akan lebih mulus, apalagi dengan nama Ibrani “dan”. Nama baru itulah yang lalu ditulis ketika Lembaga Alkitab Israel memberi rekomendasi pada pemerintahnya untuk visa kunjungan Pak Supardan ke sana.

Namanya mungkin bermula sederhana, untuk sekedar mengingat bulan dan tahun kelahiran saja, bukan nama yang sarat dengan harapan dan doa. Tetapi kelak setelah berkiprah di berbagai tempat dan lembaga, Pak Supardan mewujudkan arti namanya sebagaimana yang direka oleh para rekannya di India dan Hongkong. Dan salah satu lembaga tempat Pak Supardan berkarya adalah Lembaga Alkitab Indonesia (LAI). Di LAI, Pak Supardan menjadi Sekretaris Umum LAI (1989–2005), Ketua LAI (2005–2013), dan Pembina LAI (2013). 
Sebagai Sekretaris Umum yang secara prinsip mirip pekerjaan seorang CEO dalam perusahaan, Pak Supardan mengaku mengawali karyanya di LAI pada Februari 1989 sebagai sosok yang hampir-hampir tidak mengenal lembaga ini kecuali bahwa LAI adalah lembaga penerbit Alkitab. Tetapi hal ini tidak lama, karena dengan pendalamannya akan LAI, visi dan misinya, pun tentang departemen-departemen yang ada di LAI segera departemen-departemen di LAI merasakan sentuhan perubahan dan pengembangan, termasuk LAI sebagai lembaga yang makin menegaskan karakter ekumenitasnya serta perannya dalam gereja dan umat kristiani di Indonesia.

Ketika pensiun dari LAI, Pak Supardan dan keluarga meninggalkan Jakarta. Mereka memilih Kutoarjo, Purworejo, Jawa Tengah. Mengapa Kutoarjo? Karena di kota itulah Pak Supardan menjalani masa kanak-kanaknya yang dalam memoarnya dikatakan sebagai tempatnya mengakar. Karenanya, ke situlah ia ingin menjalani masa tuanya. Di sana, di sebuah rumah dengan pekarangan luas dan sawah, kebun serta sungai kecil di sekitarnya Pak Supardan menjalani hari-harinya sejak pertengahan 2005. Mengamati pertumbuhan padi di sawah, mensyukuri pohon pisang yang berbuah lebat, sambil beberapa kali mengurus penerbitan buku terkait pendidikan.

Minggu 27 Maret 2022 pagi di R.S. Dr. Ashmir DKT Salatiga, Jawa Tengah, Pak Supardan mengakhiri ziarahnya di bumi dan memasuki keabadian. Atas nama Lembaga Alkitab Indonesia, kepada Ibu Wiel, Mbak Yiyik & Thor, Pandu & Indi, Mas Pras, dan seluruh keluarga besar Ranoetinojo dan Probowinoto, kami ucapkan:  “Terima kasih untuk kehadiran seorang Pak Supardan di LAI. Tuhan kiranya memberkati Ibu Wiel, anak-anak, cucu, menantu, dan seluruh keluarga besar. Mengutip Rasul Paulus, ‘Pak Supardan telah mengakhiri pertandingan yang baik, ia telah mencapai garis akhir dan ia telah memelihara iman’ (2Tim. 4:7)”.