Menghadirkan Firman Allah dalam Sentuhan Jari

Menghadirkan Firman Allah dalam Sentuhan Jari

Kunjungan ke Rawinala dan Anak Terang

Dalam masyarakat yang heterogen terdapat tempat yang bukan hanya untuk orang yang sama dengan kita, melainkan untuk orang yang berbeda, dalam hal ini para penyandang cacat dan penyandang kelainan. Penyandang cacat disebut disabled, yang secara harfiah berarti tidak sanggup. Itu keliru! Andar Ismail dalam bukunya “Selamat Berkarunia” mengartikan Penyandang cacat bukan disabled persons, melainkan different ability persons (diffable), yaitu orang-orang dengan kesanggupan berbeda. Berangkat dari visi LAI yakni Firman Allah hadir bagi semua orang, LAI mengusahakan kehadiran Alkitab Braille bagi kaum difabel netra. Bersama dengan Ibu Pdt. Sri Yuliana, Ibu Diana Sainfalak, Dwi Prasetyo, Maju Lumban Tobing dan Perlando Panjaitan berkesempatan mengunjungi dua tempat difabel netra untuk membagikan Alkitab Braille hasil penggalangan dukungan acara yang berlangsung Maret lalu yakni “Menggapai Hidupku”. Rasa antusias dan kebersamaan kami rasakan saat mengunjungi tempat dimana mereka tinggal dan belajar.

Sebagai persinggahan pertgama, kami mengunjungi Yayasan Dwituna Rawinala yang berada di Kecamatan Kramatjati, Jakarta Timur. Tempat ini memiliki 62 orang difabel netra yang belajar untuk diberikan pengetahuan dan ketrampilan. Pelayanan kasih dan pembacaan Firman Tuhan dibagikan dengan penuh hangat dan kekeluargaan oleh Pdt. Sri Yuliana. Bacaan Firman Tuhan diambil dari Yohanes 6:35, 41-51 yang menceritakan tentang Tuhan Yesus yang adalah Roti yang Hidup. Mengingatkan kita kembali untuk juga menjalani hidup dengan bergairah. Dan jika mengartikan Rawinala itu sendiri dalam bahasa Jawa kuno berarti cahaya hati, bahwa mereka yang tidak dapat melihat, masih dapat "melihat" melalui indera lainnya, juga hati dan jiwanya. Ini terlihat dari bagaimana difabel netra yang dibina disana mampu mengiringi lagu-lagu dengan baik dan membawa kami semua menghayati setiap lirik dan musik yang dibawakan mereka. Sebuah pengalaman indah dan layaklah kalau pekerjaan Allah berhasil dinyatakan melalui kesaksian talenta mereka. Acara kemudian dilanjutkan dengan pembagian Alkitab Braille langsung diserahkan secara simbolis ke Ketua Pengurus Bp. Dwihardjo Sutarto disaksikan Ibu Iswati, Ibu Tini dan Bp. Dedi Suseno yang adalah staf pendukung dari Yayasan Dwituna Rawinala.    

Tempat kedua kami mengunjungi Anak Terang Ministry yang berada di Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Menurut Bp. Chen Lie selaku pengurus Anak Terang Ministry, tempat ini adalah rumah singgah bagi Difabel Netra yang kemalaman karena jualan krupuk yang diambil langsung dari pabrik. Berawal dari persekutuan doa lalu meningkat menjadi persekutuan ibadah yang dilakukan setiap hari sabtu. Dari rumah singgah ini juga mereka diajari ketrampilan lain seperti membuat keset untuk dijual. Anak Terang Ministry sudah berjalan umur 4 tahun. Selama ini mereka menikmati Firman Tuhan melalui Alkitab Audio. Setelah perkenalan dilanjutkan Pujian dan Ibadah. Dan kami di sini lagi-lagi melihat antusias yang ditunjukkan. Menariknya menurut kesaksian Ibu Diana salah satu staf LAI yang hadir sebenernya dia sudah mempersiapkan Lagu Pujian “Hari Ini Kurasa Bahagia” untuk dinyayikan di ibadah bersama mereka. Dan kebetulan sekali dipersiapkan juga oleh bapak-bapak yang memainkan musik binaan Anak Terang Ministry. Kebahagian terpancar dari wajah-wajah mereka yang adalah bagian dari Umat Tuhan juga. 

Kita seringkali lupa akan keberadaan mereka dan lalai untuk menghormati kehadiran mereka ditengah masyarakat kita yang semakin individualis. Semoga kehadiran Alkitab Braille di persekutuan ibadah mereka mengokohkan iman mereka. Mereka yang tidak bisa melihat pun turut merasakan kehadiran Tuhan melalui sentuhan jari yang merangkai setiap kalimat dan menjadikan sebuah Firman Tuhan itu menjadi hidup.