Mengubah Persepsi, Merangkul Yang Berjuang

Mengubah Persepsi, Merangkul Yang Berjuang

 

Sahabat Alkitab, pada masa-masa awal kemunculan Covid-19 terjadi sebuah fenomena sosial yang memosisikan penderita Covid-19 seperti manusia yang hidup dengan aib. Banyak yang merasa malu, ketika mengetahui bahwa ia terjangkit virus tersebut dan banyak yang mencibir orang di sekitarnya yang terjangkit Covid-19. Kondisi itu pun perlahan memudar, beriringan dengan edukasi terhadap masyarakat mengenai apa dan bagaimana menghindari Covid-19. Sekarang semua orang sepakat bahwa Covid-19 bukanlah aib yang harus ditutup-tutupi dan harus dicibir. Namun, masih ada sebuah virus dengan rentetan dampak penyakit yang masih mendapatkan stigma dari masyarakat, yaitu HIV-AIDS (Human Immunodeficiency Virus- Acquired Immune Deficiency Syndrome).

Kita perlu mengakui bahwa, masih banyak masyarakat termasuk umat beragama yang memandang HIV-AIDS sebagai sebuah hasil dosa atau hukuman dari TUHAN terhadap para penderita. Itulah sebabnya, tidak jarang orang yang mengaku ber-Tuhan justru memberikan sikap yang menghakimi dan penilaian yang tidak membangun.

Semua dimulai dari perspektif yang sudah tertutup dan cenderung menganggap diri lebih baik dibanding orang lain. Sikap yang demikian justru menjadikan mereka yang hidup dengan HIv-AIDS (biasa disebut ODHA, Orang Dengan HIV/AIDS) memiliki beban secara fisik, psikis dan iman. HIV yang menggerogoti dan menghancurkan tubuh para penderita sudah memaksa mereka untuk berjuang mempertahankan hidupnya secara fisik. Kemudian, stigma dari masyarakat semakin menambah beban hidup para ODHA untuk bertahan secaara psikis. Tidak berhenti sampai di situ, komunitas agama dengan segala ketertutupan dan penghakiman yang ditujukan kepada ODHA juga membuat mereka harus berjuang mempertahankan kesehatan spiritualitasnya. Artinya, mereka yang hidup dengan HIV/AIDS tidak hanya mengalami ancaman kematian secara fisik, melainkan juga kerentahan kesehatan mental dan iman.

Di hari peringatan HIV/AIDS sedunia pada 1 Desember, setiap masyarakat dunia diajak untuk membangun kesadaran dan pemahaman yang objektif terhadap HIV/AIDS. Kita perlu mengakhiri sikap ketertutupan untuk mengenali apa dan bagaimana kerja dari HIV/AIDS. Hal ini akan menolong kita untuk menekan lagu penyebaran virus HIV dan angka kematian orang akibat AIDS. Pemahaman yang benar dan sikap yang baik terhadap ODHA juga akan sangat menolong mereka untuk menjalani dan bertahan hidup dengan HIV/AIDS. Salah satu contohnya adalah menyudahi sikap yang menganggap mereka sebagai katalisator HIV hanya melalui persentuhan fisik seperti menjabat tangan atau berpelukan. Penyebaran HIV hanya dapat terjadi melalui kontak seksual, penggunaan jarum suntik yang bergantian, percampuran darah dari pengidap, atau proses kehamilan, kelahiran dan menyusui.

Sahabat Alkitab, marilah kita membangun sikap yang bertanggung-jawab dengan mengetahui apa dan bagaimana HIV/AIDS, serta memberikan respons yang menolong para ODHA untuk mempertahankan hidupnya entah secara fisik, psikis, maupun iman. Sikap Yesus terhadap seorang pengidap kusta semestinya menjadi sebuah teguran iman, bukan hanya bagi orang-orang Yahudi pada waktu itu tetapi juga bagi setiap umat percaya yang masih membangun tembok pemisah terhadap para pengidap penyakit seperti HIV/AIDS (lih. Mat. 8:1-4; Mrk. 1:40-45; Luk. 5:12-16). Tuhan Yesus memberikan sebuah telada sikap beriman yang konstruktif terhadap mereka yang bergumul akibat kondisi penyakit dan disingkarkan oleh masyarakat umum. Dia tidak diam, Dia tidak pergi meninggalkan, atau Dia tidak menghakimi si orang dengan penyakit kusta, melainkan Tuhan Yesus memilih untuk mengulurkan tangan-Nya dan memberikan kekuatan melalui kesembuhan. Kita mungkin tidak dapat memberikan kesembuhan bagi para ODHA, namun kita mampu mengulurkan tangan untuk memberikan kekuatan bagi mereka untuk menjalani hidupnya. Paling tidak, sikap kita yang merangkul dan menolong mereka dapat berguna untuk kesehatan psikis dan imannya sehingga ODHA dapat fokus untuk mempertahankan kesehatannya secara fisik.

Apkah anda bersedia menjadi perpanjangan tangan Kristus?