Menjadi Agen Pembaruan

Menjadi Agen Pembaruan

Sapaan LAI

Istilah "normal baru" menekankan unsur kebaruan yang harus dilakoni. Hal baru harus dibarengi dengan mentalitas yang baru. 

Tidak semua hal baru membuat kita nyaman. Saya teringat tahun 2011 manakala saya pertama kali berkunjung ke kota Shyogwe di  Rwanda (Afrika) dan harus mengikuti kunjungan ke ladang pertanian milik Gereja Anglikan di tengah panas matahari Rwanda yang sangat terik. Saya tak menyangka panasnya Rwanda jauh lebih menyengat dibandingkan dengan terik yang paling panas di Indonesia.

Saya bisa bertahan karena tiga alasan. Pertama, respek terhadap pengundang yang sudah memberikan kehormatan bagi saya untuk terlibat dalam pekerjaan pengembangan umat Tuhan di daratan Afrika. Kedua, hormat kepada para peserta pelatihan yang sangat antusias belajar di tengah terik matahari. Ketiga, rasa ingin tahu terhadap upaya riil Gereja Anglikan Rwanda dalam pengembangan ekonomi jemaat. 

Dari pengalaman di atas saya dapat belajar dua hal besar: (1) Rasa hormat dan respek kepada pihak lain, bisa memperkuat daya tahan dalam menghadapi situasi yang tidak terduga. (2) Menjadi agen pembaruan seperti yang dilakukan Gereja Anglikan Rwanda harus siap mendaki jalan terjal. 

Menjadi agen pembaruan mensyaratkan menjalani hidup dalam semangat yang benar-benar baru. Daya antisipasi, adaptasi dan inovasi menjadi keniscayaan. Lebih dari itu optimisme, selalu berpikir positif, dan  menjaga antusiasme adalah etos yang harus terus dikembangkan dan dipertahankan. Tidak ada cerita untuk pesimis, negatif dan loyo.

Dalam masa transisi PSBB atau "normal baru" yang menekankan aspek produktivitas di tengah kewaspadaan, sungguh-sungguh membutuhkan paradigma yang sangat berbeda dari "normal lama". Agen pembaruan sangat dibutuhkan sebagai "teladan" dalam menjalani kehidupan yang penuh ketidakpastian. 

Di sisi lain tidak jarang agen pembaruan justru ditolak oleh karena mengganggu "kemapanan". Tak ada pilihan kecuali selalu mengandalkan belas kasih Tuhan, agar tetap setia di jalanNya yang membawa kita kepada hidup baru. Di dalam Dia selalu ada pengharapan hal-hal baik di masa depan.

Lembaga Alkitab Indonesia dalam menjalankan semua mandat dan misinya tidak pernah sendiri. Semua mitra LAI, baik Gereja, individu, lembaga keumatan, pemerintah, kalangan dunia usaha, dan persekutuan internasional selalu bahu membahu dalam arak-arakan bersama menyebarkan Firman Tuhan sampai ujung bumi.

Kita semua adalah agen pembaruan. Kekuatan utama kita berasal dari Tuhan, Sang Pemilik Kehidupan Yang Mahakasih. Semua program dan produk LAI menjadi sarana bagi tuntunan menjalani hidup baru di era "normal baru". 

Salam Alkitab Untuk Semua.

Dr. Sigit Triyono