Momentum Berlitarasi

Momentum Berlitarasi

Momentum Berlitarasi

“Ini bulannya baca-baca!” Kira-kira itulah kalimat yang terlintas dalam pikiran ketika kita berada di bulan September ini. Tanggal 14 September 1995 untuk pertama kali dicanangkan oleh Presiden ke-2 RI yaitu Bpk Soeharto sebagai Hari Kunjung Perpustakaan dan sekaligus juga menetapkan bulan September sebagai Bulan Gemar Membaca. Penetapan ini didasarkan pada Surat Kepala Perpustakaan Nasional RI nomor 020/A1/VIII/1995 tanggal 11 Agustus 1995 tentang Usulan Pencanangan Hari Kunjung Perpustakaan pada tanggal 14 September 1995 kepada Presiden Soeharto saat itu (sumber: http://perpustakaan.unej.ac.id/?p=1649).

Tujuan utama dari pencanangan itu adalah untuk mendekatkan masyarakat dengan perpustakaan sekaligus meningkatkan minat bacanya. Namun sayangnya, dua puluh satu tahun sejak pencanangan itu minat baca masyarakat Indonesia masih sangat rendah. Hasil penelitian terakhir yang dilakukan oleh Central Connecticut State University dengan judul “Most Littered Nation In the World” pada Maret 2016 menunjukkan bahwa Indonesia berada pada urutan 60 dari 61 negara, hanya satu tingkat di atas Bostwana. Penelitian lain yang dilakukan oleh UNESCO memberikan hasil yang sangat memprihatinkan yaitu hanya 0,001% minat baca masyarakat Indonesia yang berarti dari 1000 orang manusia Indonesia hanya 1 orang yang rajin membaca. (sumber: https://www.thejakartapost.com/life/2016/08/29/indonesia-ranks-second-last-in-reading-interest-study.htmlhttps://ugm.ac.id/en/news/13829-growing.childrens.reading.interest.through.paper.craft)

Hasil dari dua penelitian tersebut sekalipun tidak membahagiakan namun harus dijadikan cemeti untuk memacu masyarakat agar melek literasi. Literasi tidak diartikan hanya sekedar membaca karena jika demikian maka sebagian besar masyarakat Indonesia sudah melakukannya, namun literasi adalah kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup (sumber: KBBI Edisi Kelima, “literasi”). Dalam berliterasi ada dua hal yang penting yaitu kemampuan Individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan, serta bertujuan untuk kecakapan hidup.

Kemampuan Mengolah Informasi & Pengetahuan

Tidak semua informasi yang diterima itu valid demikian juga tidak semua pengetahuan itu benar dan kredibel. Penyebaran informasi dan “pengetahuan” yang begitu pesat hari ini melalui media online tidak sebanding dengan kemapuan individu dalam mengolahnya. Sehingga ada begitu banyak informasi simpang siur dan pengetahuan yang palsu yang diterima begitu saja tanpa ada proses pengolahan melalui pertimbangan risionalitas maupun akademis, akibatnya adalah timbunya kesesatan berpikir. Akibat lebih parah timbul ketika informasi ini kembali disebarkan oleh individu tersebut dan diterima oleh orang-orang yang juga buta literasi maka timbullah kesesatan berpikir secara massal.

Tujuan kedua dari berliterasi adalah untuk kecakapan hidup. Tentu banyak juga infomasi benar yang beredar di sekitar kita. Pertanyaan bagi kita adalah apakah informasi benar itu berguna untuk kita terapkan dalam hidup kita? Dapatkah itu membangun kehidupan bersama yang damai dan penuh harmoni?

Tidak semua informasi benar itu berguna dan dapat kita manfaatkan untuk kebaikan apalagi untuk disebarluaskan. Sebagai contoh: “Seorang pemuda bernama A dari suku Jawa membunuh seorang wanita bernama B dari suku Betawi.” Informasi seperti itu perlukah untuk disebarluaskan? Sekalipun peristiwa yang diinformasikan itu benar tapi tidak perlu untuk disebarluaskan karena dapat menimbulkan reaksi yang negatif dari orang-orang yang membacanya seperti kemarahan terhadap suku tertentu yang berujung pada tindakan anarkis, padahal berita yang diinformasikan tersebut terjadi secara kebetulan melibatkan orang-orang dari suku-suku yang berbeda.

Oleh karena itu, firman Tuhan berkata kepada kita dalam I Tesalonika 5:21, “Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.” Segala informasi dan pengetahuan perlu diuji sebelum diterima dan sebelum itu disebarluaskan. Yaitu menguji kebenarannya dan menguji kegunaannya. Dan kejarlah apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun (lih. Rom. 14:19).

Perpustakaan sebagai Tempat Berliterasi

Sampai pada hari ini, di belahan dunia yang paling maju, di tempat-tempat pendidikan paling terkenal dan paling berkualitas, perpustakaan tetap menjadi tempat paling favorit dan paling popular untuk mencari kebenaran, menimba ilmu, menambah dan memperluas wawasan, serta menemukan dasar dari segala yang berguna bagi kehidupan manusia.

Perpustakaan berisi beraneka ragam buku dari berbagai bidang ilmu bergantung dari tipe atau jenis dari perpustakaan itu sendiri. Di Indonesia terdapat beberapa jenis perpustakaan yang dikembangkan, seperti: (sumber: https://basipda.bekasikab.go.id/berita-jenisjenis-perpustakaan.html)
1. Perpustakaan Digital
2. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
3. Perpustakaan Provinsi
4. Perpustakaan Kabupaten/ Kota
5. Perpustakaan Umum
    a. Perpustakaan Umum Kecamatan
    b. Perpustakaan Umum Desa/ Kelurahan
6. Perpustakaan Khusus
7. Perpustakaan Lembaga Pendidikan (SD, SMP, SMA, PT: Pusat & Fakultas, LSM)
8. Perpustakaan Lembaga Keagamaan

Melalui perpustakaan inilah kita dapat mengembangkan kemampuan berliterasi kita, karena setiap informasi yang ada di dalamnya dapat dipertanggungjawabkan secara akademik dan keilmuan. Kita dapat membanding-bandingkan berbagai informasi atau ilmu dari banyak sumber buku, melakukan pengujian kembali, yang pada akhirnya membuat pikiran kita terbiasa untuk tidak hanya menerima informasi atau ilmu dari satu sumber begitu saja dan juga menahan diri kita dari menerima, mempercayai, dan menyebarkan informasi terlalu cepat tanpa melakukan pengujian telebih dahulu.

Perpustakaan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI)

Perpustakaan LAI termasuk pada jenis Perpustakaan Lembaga Keagamaan karena dikelola oleh lembaga keagamaan Kristen yaitu LAI sendiri. Di dalamnya terdapat berbagai jenis koleksi buku-buku baik yang terbaru maupun buku-buku yang terbilang sebagai buku kuno karena berusia lebih dari 400 tahun. Jenis koleksi buku yang tersedia adalah Alkitab (dari berbagai bahasa daerah di Indonesia dan juga mancanegara), Alkitab Braille, Testamen, Portion, Kamus, Konkordansi, Ensiklopedia, Biblica, Teologi, Handbook, Sejarah Penerjemahan Alkitab, dan berbagai Jurnal, Buku Renungan, serta Majalah-majalah rohani Kristen.

Pengunjung dari Perpustakaan LAI terdiri dari para karyawan LAI, mahasiswa-mahasiswa teologia atau perguruan tinggi lainnya, anak-anak usia sekolah mulai dari TK sampai SMA, orang-orang dengan profesi sebagai pendeta, pastor, guru, dan berbagai latar belakang pendidikan dan pekerjaan lainnya. Pada intinya, Perpustakaan LAI ini terbuka untuk umum, tidak hanya untuk kalangan umat kristiani tapi juga dapat dikunjungi oleh umat dari agama lain. Setiap tahunnya, pengunjung perpustakaan ini mencapai lebih dari 3.000 orang. Selain karena koleksi-koleksi buku yang menarik, juga karena tempat yang sangat nyaman untuk membaca menjadi daya tarik pengunjung perpustakaan ini. Di dalamnya juga disediakan ruang belajar dan bermain bagi anak-anak.

Pada hari Kunjung Perpustakaan yang diperingati hari ini kiranya dapat menjadi momentum bagi semua orang untuk meningkatkan kemampuan berliterasi dengan rutin mengunjungi perpustakaan untuk membaca dari sumber-sumber yang terpercaya. Kita memerlukan lompatan berliterasi untuk menyeimbangkan diri dengan pesatnya informasi yang datang agar kita tidak tertinggal dan menjadi terpuruk karena gagal menerima, mencerna, dan mengelola setiap informasi. “Ayo ke perpustakaan!”
Selamat Merayakan dan Memperingati Hari Kunjung Perpustakaan

Salam Alkitab Untuk Semua