Kesaksian  Keluarga Suroto: Mujizat Pengampunan di Balik Kepedihan Batin

Kesaksian Keluarga Suroto: Mujizat Pengampunan di Balik Kepedihan Batin

 

Kasus pembunuhan Ade Sara pada 3 Maret 2014 menjadi salah satu peristiwa fenomenal yang pernah terjadi. Keluarga Pak Suroto sangat terpukul dengan kematian anak semata wayangnya. Kejadian itu masih membekas dalam ingatan Pak Suroto dan istri. Hidup Ade Sara harus berakhir dengan pembunuhan keji. Namun, melalui peristiwa tersebut Pak Suroto dan istri belajar mengampuni dan menerapkan kasih sesuai ajaran Kristus. 

Bagi masyarakat luas, kasus pembunuhan tersebut merupakan hal yang tidak pantas untuk diampuni. Akan tetapi, Pak Suroto beranggapan bahwa mengampuni adalah ajaran Kristus yang harus diterapkan dalam hidupnya. Ia teringat pada empat tahun lalu ketika Jaksa dalam persidangan bertanya padanya, “Hukuman apa yang harus diberikan kepada tersangka?” Dalam hati Pak Suroto mengharapkan hukuman yang setimpal. Namun, Pak Suroto merenungkan kembali, “Apakah hukuman yang ia inginkan sesuai juga dengan yang Tuhan mau?” Pertanyaan itu selalu muncul dan  membuatnya sulit untuk mengambil keputusan.

Istri Pak Suroto sempat sangat marah terhadap para tersangka dan juga Tuhan. Selama hidupnya, ia telah menjadi pengikut yang taat dengan melakukan segala perintah Tuhan, tetapi ia kecewa karena anak satu-satunya harus diambil dari hidupnya. Dalam kemarahannya, Tuhan memberikan penglihatan. Ibu Suroto melihat Tuhan menggandeng anak kecil yang menangis dan marah karena Tuhan mengambil hartanya yang paling berharga. Ia merasa Tuhan jahat dan tidak menyayanginya. Anak kecil tersebut adalah Bu Suroto sendiri. Lalu Bu Suroto protes pada Tuhan, kenapa peristiwa itu harus menimpa keluarganya?

Melalui penglihatan tersebut Tuhan berpesan bahwa Ia tidak akan pernah meninggalkan keluarga Pak Suroto. Tuhan akan selalu menolong dan menopang, baik dalam suka maupun duka. Tuhan ingin membentuk keluarga Pak Suroto menjadi anak-anak-Nya yang taat dan setia. Tuhan juga berpesan bahwa menjadi pengikut Kristus bukanlah hal yang mudah. Peristiwa tersebut menjadi peringatan, pesan, dan kekuatan bagi keluarganya untuk hidup sebagai orang yang mengenal kasih Kristus.

Sebagai orang yang dekat dengan Tuhan, akhirnya Bu Suroto mendorong suaminya untuk memberikan pengampunan bagi orang yang telah menyakiti dan membunuh anaknya, meskipun pada kenyataannya hati kecil mereka masih belum merelakan kepergian anaknya. 

Pada saat acara pemakaman tiba, istri Pak Suroto meminta pertolongan dari Tuhan agar dirinya dikuatkan. Saat itu juga, ia melihat dirinya mengangkat tubuh anaknya dan melihat kata pengampunan. Ketika membaca kata itu, semua beban berat terangkat. Ia menangis tanpa henti.  Tuhan membukakan jalan baru bernama pengampunan.

Bu Suroto juga melihat anak perempuannya bersinar dan tersenyum manis. Seketika hatinya merasa damai. Sejak saat itu, istri Pak Suroto percaya bahwa anaknya sudah bahagia dan tenang dalam naungan Kasih Allah. Ia pun percaya bahwa segala hal yang terjadi dalam hidup keluarganya merupakan rencana Tuhan untuk membentuk keluarganya menjadi anak yang berharga dimata-Nya. 

Melalui setiap proses penglihatan istrinya, akhirnya Pak Suroto berani mengambil langkah untuk mengampuni para tersangka dan orang-orang yang menyakitinya. Seperti yang tertulis dalam Matius 6:14, “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga.” 

Pengampunan memampukan Pak Suroto dan keluarga mendapatkan sukacita yang baru setiap hari dan bangkit dari kesedihan. Pak Suroto juga yakin bahwa ada rencana Tuhan yang indah dalam kehidupannya.


Suroto, beliau dan keluarganya merupakan warga jemaat GKI Layur, Jakarta. Kesaksian hidupnya saat mengampuni pembunuh anaknya telah menjadi berkat bagi banyak orang.