Nasihat Yang Tidak Menggurui

Nasihat Yang Tidak Menggurui

Sapaan LAI

Saya termasuk golongan orang yang sangat beruntung. Betapa tidak, sepanjang perjalanan studi, karier pekerjaan, serta pelayanan,  saya selalu memiliki mentor-mentor hebat.

Saat menjadi mahasiswa saya memiliki dua mentor yang hebat, yakni dua orang Pendeta Mahasiswa yang selalu setia memberikan berbagai inspirasi, edukasi dan penguatan. Sampai saat ini saya masih berkomunikasi dengan mereka, meskipun terpisah jauh. Satu orang ada di Jogya dan yang satu lagi tinggal di Negeri Belanda.

Dari sisi usia, mereka lebih tua 15-20 tahun dari saya. Dari sisi ilmu mereka saat itu sudah lama menjadi sarjana dan sudah ditahbiskan menjadi Pendeta. Tapi mereka memperlakukan saya sebagai setara. Mereka selalu mengembangkan komunikasi dialogis. Nyaris tak pernah ada model searah atau indoktrinatif.

Kedua mentor saya tersebut pernah menyelenggarakan forum studi rutin "Bengkel Teologia". Di forum ini saya pernah tuntas mengikuti eksposisi Kitab Yunus. Padahal saya bukan mahasiswa teologi. Saya banyak belajar dari forum ini dan saya merasa "diuwongke" (diperlakukan sebagai manusia yang berharga). Saya tidak pernah digurui dan dipaksa setuju dengan uraian mereka. 

Melalui berbagai perjumpaan dalam banyak program kegiatan dan diskusi informal, saya merasakan banyak nasihat yang langsung terinternalisasi dalam benak saya. Semuanya membentuk pemikiran, semangat dan cara kerja saya seperti sekarang.

Penghayatan umat terhadap Firman Tuhan dan upaya untuk selalu mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, membutuhkan banyak nasihat tanpa membuat umat merasa digurui. Dengan interaksi dialogis ada banyak peluang untuk lebih menancapkan berbagai nilai-nilai secara sukarela dan sukacita.

Kesukacitaan membawa nuansa serba terbuka dan memudahkan menerima berbagai prinsip yang mungkin saja semula bertentangan dengan pendapat pribadi. Tidak ada lagi 'blok' atau penghambat terhadap sesuatu yang baru oleh karena hati yang sukacita.

Program dan berbagai produk Lembaga Alkitab Indonesia dimaksudkan sebagai sarana dialog antara umat dengan Tuhan. Program dan produk LAI selalu diawali dengan dialog, diselenggarakan dengan dialog, tetap dimonitor juga melalui dialog, baik dengan umat maupun dengan para pimpinan Gereja.

Bukankah cara Tuhan Yesus memberikan nasihat banyak sekali dengan perumpaan dan berbagai pertanyaan kritis? Nasihat-Nya disampaikan tanpa harus menggurui. Meski nasihat itu datang dari Sang Guru yang Agung dan Mulia.

Salam Alkitab untuk Semua.

 

Dr. Sigit Triyono