RAJA SALOMO

RAJA SALOMO

 

Salomo, putra kesepuluh Daud dan putra kedua dari istrinya Batsyeba, menjadi raja Israel yang ketiga pada tahun 970 SM, dan memerintah selama empat puluh tahun. Meskipun perjalanan untuk meraih takhta kerajaan diwarnai pembunuhan musuh-musuh politiknya (1 Raj. 2:25, 34, 36), masa pemerintahan Salomo dinilai sebagai “zaman keemasan” kerajaan Israel. Pada masa inilah, kerajaan Israel mengalami kedamaian, kemakmuran, dan mencapai puncak kebudayaan. Kata “Salomo” dalam bahasa Ibrani berarti “damai”. Hanya satu kali serangan militer yang dicatat dalam masa ini (2 Taw. 8:3). Periode aman dan sejahtera yang panjang selama pemerintahan Raja Salomo ini membuahkan kesatuan di seluruh Israel dan kesetiaan kepada raja. Periode ini juga melengkapi modal dan waktu yang diperlukan untuk merealisasikan rencana Salomo yang amat penting, yaitu pembangunan Bait Allah di Yerusalem. Bait ini dibangun dari bahan-bahan yang sebelumnya sudah disediakan oleh Daud (1 Taw. 22). Sebagaimana Kemah Suci, Bait Allah juga melambangkan kehadiran Allah yang terus-menerus di tengah bangsa-Nya.

Salomo memperoleh sebagian besar uang pajak dari penguasaan jalur perdagangan utama yang melintasi Israel (1 Raj. 9:26-28; 10:14-15). Meskipun demikian, ia selalu terlilit utang karena ia juga mendirikan bangunan-bangunan lainnya (1 Raj. 7:1-12). Masalah keuangan yang dihadapinya itu memaksanya untuk menyerahkan sebagian wilayah kerajaannya (1 Raj. 9:11-12). Ia membebani rakyat dengan pajak yang tinggi, dan mengerahkan pekerja rodi dalam pembangunan ini tanpa memberi upah (1 Raj. 4:1-6). Pergolakan melanda seluruh kerajaan. Sementara pajak tinggi tetap harus dibayarkan selama masa hidupnya (1 Raj. 4:21), beberapa wilayah, seperti negeri Edom dan Damsyik, lambat laun melepaskan diri dari kerajaan Salomo dan menjadi negeri yang merdeka (1 Raj. 11:14, 23-25).

Masalah yang lebih serius adalah kegagalan Salomo dalam kehidupan keagamaan, karena pengaruh istri-istri asingnya yang beribadat kepada ilah-ilah asing (1 Raj. 11:1-9). Karena itu, Allah berfirman kepadanya, “Oleh karena begitu kelakuanmu, yakni engkau tidak berpegang pada perjanjian dan segala ketetapan-Ku yang telah Kuperintahkan kepadamu, maka sesungguhnya Aku akan mengoyakkan kerajaan itu dari padamu dan akan memberikannya kepada hambamu” (1 Raj. 11:11). Ketika Salomo wafat, Rehabeam anaknya, menggantikannya sebagai raja. Dia tidak dapat meredam pemberontakan suku-suku utara yang memisahkan diri dan membentuk kerajaannya sendiri. Keturunan Daud dan Salomo tetap memerintah atas dua suku di Israel bagian paling Selatan. Inilah yang dikenal sebagai kerajaan Yehuda. Dengan demikian, Daud selalu memiliki seorang keturunan yang memerintah Yerusalem (1 Raj. 11:12-13, 34-36).



Sumber: Alkitab Edisi Studi (LAI)