Vaksinasi dalam Iman

Vaksinasi dalam Iman

Sapaan LAI

Sahabat Alkitab yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus.

Bagi saya vaksinasi bukan hanya tindakan rasional yang didukung alasan ilmiah, namun terlebih dari itu juga merupakan tindakan iman spiritual.

Lamat-lamat saya masih ingat, kala saya berusia sekira empat tahun, saya menyaksikan banyak orang antri untuk disuntik bagian atas pegelangan tangannya. Ada yang sambil tertawa-tawa, ada yang tegang dan bahkan ada yang harus didorong-dorong untuk masuk antrian. Belakangan saya baru tahu kalau itu adalah vaksinasi cacar.

Kemudian di saat saya kelas lima SD atau usia sekira sepuluh tahun saya menjadi bagian dari antrian yang divaksin cacar di halaman sekolah. Saya masih ingat ada satu kawan yang sudah masuk antrian, namun saat sudah mendekati petugas vaksinator dia keluar dari antrian dan berpindah ke barisan paling belakang. Begitu dilakukan beberapa kali yang akhirnya membuat dia disuntik vaksin paling akhir sambil menaha tangisan ketakutan.

Mungkin karena saya sudah pernah menyaksikan orang-orang yang disuntik vaksin, maka saya merasa tidak tegang dan takut menghadapi jarum suntik vaksinasi. Setelah saya disuntik vaksin saya ditanya oleh teman-teman yang masih dalam antrian: "Bagaimana rasanya Git?" Saya menjawab: "Kayak digigit semut!" Padahal sebenarnya sakitnya lebih dari itu, tapi saya sulit mengungkapkan dengan bahasa yang pas. Di samping juga agar banyak kawan yang masih takut menjadi lebih berani.

Seingat saya ada lagi vaksinasi yang lain yang saya jalani di masa kanak-kanak sesudah vaksinasi cacar. Tapi setelah vaksinasi cacar, tidak pernah ada pengalaman menjalani vaksinasi yang seheboh pelaksanaan vaksinasi cacar.

Setelah saya refleksikan, ternyata vaksinasi yang saya jalani sebenarnya adalah peristiwa iman. Betapa tidak, di waktu kecil yang rasionalitas saya masih.sangat terbatas, ternyata sudah ada keyakinan bahwa vaksinasi adalah untuk menjaga agar tetap sehat dan terhindar dari sakit.

Iman atau keyakinan bertumbuh bisa karena melihat, membaca, mendengar atau mengalami. Dalam hal vaksinasi di masa kecil, mula-mula iman saya terhadap manjurnya vaksinasi bertumbuh karena melihat. Kemudian ditambah mendengar penjelasan dari para guru dan orang tua. Lalu berlanjut dengan mengalami vaksinasi sehingga vaksinasi berikutnya menjadi seremoni biasa saja.

Sejak Rabu 13 Januari 2021 vaksinasi Covid-19 sudah dimulai. Orang pertama yang disuntik vaksin adalah Presiden Jokowi. Penjelasan tentang vaksinasi Covid-19 baik versi ringkas maupun panjang sudah banyak dipublikasikan. Pernyataan suci dan halal dari MUI sudah resmi didapatkan. Ijin resmi penggunaan vaksin Covid-19 merk Sinovac sudah dikeluarkan oleh BPOM RI. Pernyataan berbagai otoritas lembaga dan tokoh masyarakat bahwa vaksinasi Covid-19 adalah cara efektif untuk menanggulangi pandemi, sudah sangat banyak beredar.

Secara rasional, emosional dan spiritual bagi saya tidak ada alasan untuk menolak vaksinasi. Sejak vaksin Covid-19 resmi diproduksi dan lalu diujicoba kepada ribuan orang, saya sudah menyatakan diri bersedia disuntik vaksin bila vaksin sudah siap. Saat ada surat edaran di lingkungan RT Perumahan saya tentang siapa yang akan mendaftar program vaksinasi Covid-19, nama saya ada di urutan nomor satu.

Sebagai lembaga yang memiliki mandat negara di bidang pembinaan spritual warga negara Kristiani, Lembaga Alkitab Indonesia harus mendukung program vaksinasi yang juga merupakan peristiwa iman spiritual.

Vaksinasi selayaknya dijalankan dengan iman percaya yang kuat. Kita mesti meyakini bahwa program ini adalah salah satu jalan Tuhan untuk menyelamatkan kehidupan umat-Nya. Vaksinasi adalah ekspresi kasih Tuhan kepada seluruh umat manusia yang dikasihiNya.

Mendukung program vaksinasi Covid-19 yang sudah disiapkan oleh pemerintah dengan sangat hati-hati, sungguh sangat bermanfaat meyakinkan pihak-pihak yang masih ragu untuk divaksin. Semakin banyak jumlah orang yang divaksin maka akan terbentuk komunitas kebal terhadap Covid-19. Dan bila ini terjadi berarti pandemi Covid-19 sudah dapat dikendalikan.

Salam Alkitab untuk Semua

Dr. Sigit Triyono