BAIT ALLAH DIBANGUN KEMBALI

BAIT ALLAH DIBANGUN KEMBALI

(Kembalinya Umat Israel dari pembuangan)


Umat Israel hidup di pembuangan Babel selama lima puluh tahun. Di sana para imam dan para guru Israel tidak membiarkan iman mereka mati. Walaupun Bait Allah dihancurkan, dan mereka berada jauh dari negeri mereka, mereka tetap memiliki Firman Tuhan baik dalam Alkitab maupun dalam hati mereka. Beberapa pakar yakin bahwa masa pembuangan menandai suatu komitmen yang baru kepada Tuhan dan kepada pembelajaran Alkitab. Orang Yahudi mungkin masih tetap bertemu untuk beribadat, namun mereka harus melakukan hal ini di rumah-rumah pribadi.

Pada tahun 540 SM, orang Persia mengalahkan Babel. Koresh, raja Persia, mengikuti kebiasaan Persia mengizinkan para tawanan kembali ke negeri mereka dan beribadat secara bebas sejauh mereka berjanji untuk tidak memberontak melawan Persia. Meskipun tidak semua, cukup banyak orang Israel yang kembali ke Yehuda, yang dimulai pada tahun 539 SM. Mereka menyelesaikan pembangunan Bait Allah yang baru, tetapi ukurannya lebih kecil (“Bait Allah Kedua”) pada tahun 515 SM (Ezr. 3-6). Nabi Hagai mengatakan bahwa Bait Allah ini tidak dapat dibandingkan Bait Allah Salomo (Hag. 2:3), tetapi Bait Allah ini digunakan selama lebih dari 400 tahun, lebih lama daripada Bait Allah Salomo.

Ezra dan Nehemia adalah pemimpin-pemimpin penting selama seratus tahun pertama sesudah umat kembali ke Yehuda dari pembuangan. Ezra, seorang imam Yahudi dan ahli taurat, mempelajari hukum Taurat dan mengajarkannya kepada mereka (Neh. 8). Salinan-salinan hukum Taurat dan catatan sejarah ditemukan, diedit, dan kembali menjadi bimbingan dasar untuk hubungan antara Tuhan dan orang Israel. Nehemia, yang dipilih oleh raja Persia sebagai bupati di Yehuda, mengawasi pembangunan kembali tembok Yerusalem (Neh. 2-6).

Selama abad-abad sesudah Bait Allah yang kedua didirikan dan sebelum Yesus dilahirkan, orang Israel sering sekali berada di bawah kekuasaan asing. Ini mendorong mereka untuk melihat diri lebih sebagai suatu kelompok keagamaan daripada sebuah bangsa dengan batas-batas fisik dan pemimpin politik. Pada masa ini, ciri terpenting dari agama Israel, yang dikenal sebagai Yudaisme, ialah penekanannya pada menaati hukum Taurat. Menjadi seorang Yahudi berarti mengikuti hukum Taurat. Termasuk di dalamnya melaksanakan semua perayaan keagamaan dan juga peraturan-peraturan khusus bagi para imam dan ibadat di Bait Allah.

Bait Allah yang kedua menjadi pusat dari suatu peristiwa penting dalam sejarah Israel pada abad kedua. Antiokhus IV Epifanes, raja Siria, membuat sebuah mezbah untuk Zeus, dewa Yunani, di dalam Bait Allah pada tahun 167 SM. Ini merupakan penghinaan yang mngerikan terhadap Tuhan dan orang Yahudi, sehingga orang Yahudi memberontak melawan Antiokhus dan memperbaharui Bait Allah pada tahun 164 SM. Para imam Makabe yang memimpin pemberontakan untuk membebaskan orang Yahudi dari kekuasaan Siria membentuk satu negara Yahudi dan mereka menjadi rajanya. Kerajaan ini bertahan sampai orang Romawi menyerbu tahun 63 SM.

 

Sumber: Alkitab Edisi Studi, Lembaga Alkitab Indonesia