“Dengar dan Lihatlah”

“Dengar dan Lihatlah”

Lukas 2:8-20

Di dalam injil Lukas, berita tentang lahirnya Yesus Kristus untuk pertama kalinya disampaikan kepada para gembala yang sedang menjaga kawanan ternak. Beberapa orang mulai menyangsikan kebenaran narasi tersebut, yang dianggap tidak masuk logika. Dalil-dalil yang biasanya dilontarkan adalah pertama, apabila kelahiran Yesus Kristus terjadi pada tanggal 25 Desember, maka iklim di wilayah Betlehem akan sangat dingin di malam hari sehingga; kedua, merupakan sesuatu yang tidak wajar jika gembala masih menggembalakan ternak di malam hari. Pemikiran-pemikiran seperti demikian cukup berkembang di kalangan orang Kristen hingga menimbulkan sikap sangsi terhadap peristiwa kelahiran Yesus Kristus.

Membaca Alkitab merupakan sebuah kegiatan seni yang membutuhkan daya imajinasi, upaya interpretasi dan pengenalan latarbelakang tiap tulisan yang ada di dalamnya. Itulah sebabnya, dasar-dasar pemikiran yang hanya dari satu perspektif terkadang membuat kita berkesimpulan bahwa kisah-kisah di Alkitab menjadi sesuatu yang melemahkan keimanan. Padahal, Alkitab menunjukkan kepada kita tentang bagaimana Allah berkarya dalam perjalanan sejarah kehidupan manusia. Setiap narasi yang tertulis di dalamnya pun memiliki nilai-nilai yang dinamis dan terus hidup dalam setiap pembaca di segala waktu dan tempat. Salah satunya adalah narasi tentang kelahiran Yesus Kristus yang tertulis dalam injil Lukas.

Injil Lukas pada awalnya merupakan sebuah tulisan (diyakini ditulis oleh seorang terdidik bernama Lukas dan teman sepelayanan Paulus) yang ditujukan kepada sebuah jemaat non-Yahudi dengan kondisi yang cukup meresahkan, entah secara spiritual maupun fisik. Beberapa kondisi yang mereka alami adalah kegoyahan iman dalam pengharapan akan kedatangan Tuhan, adanya kesenjangan sosial si kaya dan si miskin, serta hubungan antara gereja (umat dan iman Kristen) dengan negara (secara politis). Apabila kita mempertimbangkan beberapa kondisi jemaat injil Lukas tersebut, maka kita akan semakin mudah mendapatkan makna-makna yang ada dibalik Lukas 2:8-20.

Yohanes Calvin misalnya, berpendapat bahwa berita kelahiran Yesus Kristus dari malaikat Tuhan kepada para gembala menjadi sebuah simbol tentang perhatian Tuhan kepada mereka yang tergolong dalam kelas masyarat biasa (bukan golongan terhormat). Sebagai pembaca yang hidup di masa sekarang, terkhusus bagi yang hidup di perkotaan, narasi ini mungkin tidak terlalu menimbulkan ikatan emosional yang membuat kita merasa dilibatkan. Namun, bagi para pembaca awal injil Lukas, narasi ini menjadi sebuah pengingat bahwa Allah sangat memperhatikan mereka yang selama ini tidak terlalu dianggap. Pada ayat 20 kita dapat melihat adanya dampak yang dialami oleh para gembala pasca kunjungan ke tempat kelahiran Yesus Kristus, “Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka.” Pada malam itu para gembala mendapat pengalaman yang akan mengubah perspektif, hati dan kondisi iman mereka selamanya.

Setiap orang percaya pasti ingin mengalamai apa yang didapatkan oleh para gembala. Namun, itu semua tidak terjadi tanpa proses dan secara sekejap. Kita perlu melihat dan meneladani bagaimana gembala merespons malaikat Tuhan. Pada saat pertama kali mereka melihat malaikat, para gembala merasa ketakutan. Namun, semua itu berubah ketika mereka mendengarkan pesan malaikat Tuhan tentang berita kelahiran Kristus (bdk. Ayat 11). Proses ini pun tergenapi ketika mereka berkunjung dan melihat Kristus hingga mereka pulang dengan memuji dan memuliakan Allah.

Narasi ini mengajarkan kita bahwa berita kelahiran Kristus idelanya menjadi sebuah pengalaman yang transformatif. Namun, itu semua dapat dialami ketika kita bersedia mendengar dan melihat Tuhan. Mendengar dan melihat Tuhan tidak terjadi dalam artian fisik, melainkan kesediaan hati untuk menerima firman dan menemui Tuhan. Perayaan Natal yang terus dilakukan setiap tahun dapat berubah menjadi rutinitas yang minim makna. Ada kalanya, umat hanya sekadar datang untuk beribadah dan pulang tanpa mendapatkan pengalaman iman yang mengubahkan. Padahal, perayaan kelahiran Kristus idealnya menjadi kesempatan untuk mendengar dan melakukan berita pengharapan. Inilah mengapa setiap umat yang merayakan kelahiran-Nya perlu hadir dalam kerinduan yang begitu besar untuk melihat Tuhan.

Kelahiran Kristus bukanlah sebuah peristiwa yang statis dan berhenti pada 2000 tahun lalu, melainkan selalu menghadirkan transformasi pada setiap umat yang mendengar dan melihat-Nya. Selamat mengalami kabar sukacita di malam kelahiran Sang Kristus.