Desa dan Kota di Zaman Alkitab

Desa dan Kota di Zaman Alkitab

 

Gambaran yang membedakan antara desa dengan kota di masa Alkitab terbilang tidak terlalu banyak. Perbedaan utama bukan pada luas wilayahnya, melainkan sistem pertahanannya. Di kota memiliki tembok pertahanan yang mengelilingi wilayah tersebut, sedangkan di desa tidak memiliki tembok atau palang atau pintu gerbang (Yeh. 38:11), dan terletak di dekat sungai atau mata air. Desa-desa dibangun berkelompok mengelilingi kota benteng. Jika terjadi perang, penduduk desa akan berlindung ke kota tersebut.

Di dalam Perjanjian Lama dalam sebuah kota biasanya terdapat pusat perdagangan dan hukum diberlakukan, serta wilayah sekitarnya adalah daerah pinggiran kota (migrasy, “tanah padang rumput”) di mana terdapat pertanian (Bil. 35:2; Yos. 14:4; 1 Taw. 5:16; Yeh. 48:15-17). Wilayah perkotaan berkembang sekitar 4000 SM yang didasari kebutuhan untuk melindungi pasokan air dari para nomad yang jumlahnya semakin banyak.

Ada beberapa rujukan ke kota-kota yang bukan kota Israel di dalam Perjanjian Lama, misalnya Pitom dan Raamses, kota-kota perbekalan Firaun (Kel. 1:11); kota-kota orang Filistin (1 Sam. 6:17-18); Damsyik, ibukota Siria; Niniwe, kota mengagumkan yang luasnya 3 hari perjalanan (Yun. 3:3); Babel yang besar (Dan. 4:30; Yer. 51:37, 43, 58); Susan, ibukota Persia (Est. 1:2).

Di dalam kota-kota berkubu terdapat rumah-rumah penduduk, rumah-rumah besar milik para bangsawan, dan bahkan istana. Gerbang kota menjadi tempat berdagang dan tempat penghakiman. Di gerbang kota, para hakim duduk bersidang untuk memberikan keputusan-keputusan (2 Sam. 15:2-6; 1 Raj. 22: 10).

Terkadang di setiap kota memiliki peranan khusus, seperti Mesir, Pitom dan Raamses merupakan kota perbekalan (Kel. 1:11) atau perbendaharaan. Salomo memiliki kota-kota untuk kereta-kereta dan orang berkuda (1 Raj. 4:26; 9:19), juga kota perbekalan. 

Pada zaman Perjanjian Baru, pengaruh Yunani dan Romawi menyebabkan perencanaan kota menjadi lebih cermat, dengan jalan-jalan yang teratur, wilayah yang jelas, bangunan tinggi, serta layanan air dan limbah. Herodes Agung membangun kembali Samaria (diberi nama Sebaste) dan Kaisarea dengan gaya Romawi. Daerah tersebut dikembangkan menjadi pelabuhan utama yang megah untuk 300 kapal, dengan istana Herodes di tanjung yang menghadap ke pelabuhan. Garnisun utama Romawi ditempatkan di sini. Salah satu perwira yang bernama Kornelius menjadi salah satu orang non-Yahudi yang bertobat dan menjadi orang percaya (Kis. 10).


Albert Tambunan, dari berbagai sumber