Karya Roh Kudus Dalam Kenormalan Baru

Karya Roh Kudus Dalam Kenormalan Baru


Kenormalan baru, menurut Badan Bahasa Kemendikbud, yaitu keadaan normal yang baru (belum pernah ada sebelumnya). Istilah ini menjadi sering terdengar di telinga kita setelah berbulan-bulan kita tinggal di rumah dengan perubahan dari segala aspek kehidupan. Di masa pandemi Covid-19 mengharuskan masyarakat beradaptasi dengan kenormalan baru. Dari yang dulu tidak biasa kita lakukan, sekarang harus mulai dibiasakan untuk melakukannya. Seperti menggunakan masker ketika keluar rumah, selalu mencuci tangan, menjaga jarak fisik ketika berada di tempat yang ramai, rajin berolahraga, dan makan makanan yang sehat. Awalnya memang membuat kita kurang nyaman, karenanya perlu adaptasi / penyesuaian diri, hingga kita terbiasa. 

Lalu apa hubungan kenormalan baru ini dengan peristiwa turunnya Roh Kudus yang minggu ini kita rayakan? Setiap peristiwa yang ada di dalam Alkitab tentu saja memberikan suatu pelajaran berharga bagi kita yang hidup di masa kini dengan konteks yang berbeda. Demikian juga dengan peristiwa turunnya Roh Kudus, ada yang dapat dijadikan refleksi bagi kita saat ini.

Betapapun menyakitkan perpisahan yang terjadi saat kenaikan-Nya, Yesus meyakinkan para murid bahwa kepergian-Nya adalah demi kebaikan mereka. Yesus menyadarkan mereka bahwa semua harus terjadi. Dia harus pergi, supaya ada yang lain yang akan datang, yaitu Roh Kudus. Pekerjaan Roh adalah menginsafkan dunia akan dosa mereka, memimpin ke dalam semua kebenaran dan memberitakan kepada kita apa yang telah diterima-Nya (Yoh. 16:4b-15). Peristiwa turunnya Roh Kudus juga merupakan penggenapan janji Yesus yaitu pencurahan karunia Roh kepada para murid dan, seperti yang diberitakan Petrus, kepada semua umat Allah di era baru ini (Kis. 2:38). Roh Kudus akan menyertai perjalanan para murid untuk meneruskan hidup dan pelayanan mereka. Roh Kudus hadir dan bekerja dengan cara-cara yang baru.

Sekarang, mari kita refleksikan peristiwa itu dalam hidup kita, dalam konteks kenormalan baru ini. Covid-19 sudah membuat hidup manusia berubah total. Ada kesedihan yang mendalam karena rasa “kehilangan”. Semua yang kita miliki lenyap, tidak sedikit yang harus merelakan orang-orang yang mereka kasihi. Sungguh kehilangan yang seakan menghentikan nadi kehidupan. Kita nyaris tidak mampu berbuat apa-apa selain mengisolasi diri di ruang-ruang bertembok dan terpisah dari saudara dan tetangga. Peristiwa kenaikan Yesus merupakan gambaran rasa kehilangan itu. Mungkin saja mereka menatap ke langit dengan pikiran yang dipenuhi pertanyaan, “Mengapa ini terjadi?” atau “Mengapa Engkau pergi?” dan perkataan Yesus merupakan teguran bagi mereka untuk “stop meratap dalam kesedihanmu.” Ini harus terjadi (necessary) supaya hadir yang baru, “Lebih berguna Aku pergi. Sebab jika Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu…” (Yoh. 6:7). Melalui kehadiran Roh Kudus dalam diri para murid, membuat mereka segera sadar bahwa hidup harus terus berlanjut dan karya penyelamatan harus terus dilakukan dengan cara-cara baru yang Roh Kudus tunjukkan.

Dalam konteks di Indonesia saat ini, penerapan kenormalan baru (new normal) merupakan cara baru dalam menekan penyebaran virus corona. Setiap orang, mau tidak mau, harus melewati masa-masa adaptasi yang sulit dan menyakitkan untuk mencapai kehidupan baru. Atau dengan kata lain, manusia harus melalui proses pertumbuhan sebagaimana dialami oleh setiap organisme hidup di dunia. Sebelum berbuah tumbuhan akan bertunas, kemudian berbunga, dan pada akhirnya mengahasilkan buah yang diharapkan. Proses menghasilkan tunas dan bunga adalah tahap-tahap penting dan harus terjadi (necessary) agar buah dapat dihasilkan. Demikian juga manusia, yang harus melewati masa bayi, kanak-kanak, dan remaja. Masa-masa ini merupakan tahap-tahap yang harus dilewati dan tak seorangpun dapat melompatinya. Dalam perspektif seorang filsuf yang bernama Hegel, musibah (wabah) seperti ini memang harus terjadi, karena merupakan bagian dari perjalanan Roh agar manusia semakin mengenal diri dan realitasnya. Dengan kata lain, kenormalan baru (new normal) menunjukkan kepada kita bagaimana Roh Kudus berkarya, memperlengkapi dan memberi kesadaran agar kita dapat menjalaninya tahap demi tahap (necessary), hingga akhirnya membuahkan segala kebaikan dalam hidup kita.

Pdt Sri Yuliana M.Th