KEMENYAN DAN MUR: MEMBERI PERSEMBAHAN YANG LAYAK

KEMENYAN DAN MUR: MEMBERI PERSEMBAHAN YANG LAYAK

 

Kemenyan dihasilkan dari getah putih yang cepat mengeras dari pohon tertentu yang tumbuh di tanah Arab. Getahnya diperoleh dengan menoreh kulit kayu dan rasanya pahit. Bubuk bernilai tinggi yang diproduksi dari getah tersebut memiliki aroma yang harum dan biasa digunakan dalam ibadat orang Yahudi (Kel. 30:34-38). Kemenyan menjadi sumber kekayaan para pedagang yang menempuh jalan perdagangan kuno dari Arab bagian selatan ke Gaza dan Damsyik (Yes. 60:6) karena kemenyan merupakan barang berharga (Kid. 3:6).

Kemenyan dicampur dengan dengan rempah-rempah lainnya menjadi ukupan yang kudus yang digunakan dalam Kemah Suci (Kel. 30:34) dan dibakar pada saat korban sajian dipersembahkan (Im. 6:15), kemenyan juga ditaburkan di atas setiap susun roti sajian di Kemah Suci (Im. 24:7). Kemenyan yang dibakar melambangkan doa orang-orang kudus (Why. 5:8).

Mur berasal dari getah kuning kecoklatan dari batang dan cabang suatu pohon yang rendah yang disebut Commiphora myrrha atau Balsamodendron myrrha yang berasal dari Arabia selatan dan timur laut Afrika. Dalam bahasa Ibrani tanaman ini diberi nama mor. Mur merupakan bahan dasar untuk membuat minyak urapan yang dikhususkan untuk menguduskan Kemah Pertemuan, perkakas dan para imam (Kel. 30:22-33). Selain itu mur memiliki nilai yang tinggi karena memiliki aroma yang begitu wangi sehingga dapat juga digunakan untuk wangi-wangian perempuan (Est. 2:12) maupun kosmetik. Mur digunakan Nikodemus untuk mengurapi tubuh Yesus sebelum dikuburkan (Yoh. 19:39). Jika dicampur dengan anggur, mur dapat menjadi obat penawar rasa sakit, ini yang ditawarkan kepada Yesus pada saat di kayu salib, tetapi Ia menolaknya (Mrk. 15:22-23).

Kemenyan, mur beserta dengan emas, sesuatu yang memiliki nilai tinggi dan berharga tersebut dibawa dan dipersembahkan oleh orang Majus pada saat kelahiran-Nya (Mat. 2:11). Ada pendapat yang mengatakan bahwa mur yang dipersembahkan oleh orang Majus kepada Yesus melambangkan penderitaan dan kematian Yesus karena tubuh-Nya diurapi mur yang wangi pada saat dikuburkan. Namun, pendapat ini tidaklah mutlak bahwa mur merupakan lambang dukacita/perkabungan, karena mur juga dipakai sebagai parfum, kosmetik, dan obat.


Dari berbagai sumber