Kesetiaan dan Pengorbanan Adalah DNA Kita!

Kesetiaan dan Pengorbanan Adalah DNA Kita!

 

Berdirinya Lembaga Alkitab diinspirasi oleh kisah seorang gadis kecil bernama Mary Jones. Cerita perjuangan gadis kecil dari Wales yang bertahun-tahun menabung dan rela berjalan kaki puluhan kilometer untuk memperoleh Alkitab merupakan teladan pengorbanan dan kesetiaan. Pada 9 Mei 1946, dalam situasi paska Perang Dunia II, wakil-wakil dari Lembaga-lembaga Alkitab dari berbagai bangsa berkumpul bersama di Sussex, Inggris, untuk meneruskan nilai-nilai Mary Jones ini dengan menyisihkan berbagai kepadatan agenda pelayanan mereka sendiri. Mereka bersatu hati untuk membuat Alkitab semakin dikenal dan tersebar kepada semua orang. Di Indonesia paska perang kemerdekaan, di awal dasawarsa 1950-an, beberapa tokoh Kristen nasional berkumpul dan mengesampingkan latar belakang denominasi gereja mereka untuk mendirikan sebuah Lembaga Alkitab yang mandiri, yang mampu melayani umat Kristiani di Nusantara.    

Sejak saat itu, banyak pahlawan Alkitab yang datang dan pergi. Orang-orang ini- baik laki maupun perempuan-, tidak hanya menunjukkan gairah dan kecintaannya pada Alkitab, tetapi kesetiaan dan pengorbanan mereka menjadi teladan bagi pelayanan penyebaran Kabar Baik di seluruh dunia. 

Beberapa dari para pendahulu tersebut mendermakan sebagian  dari hidupnya, beberapa yang lain bahkan memberikan seluruh hidupnya untuk pelayanan ini. Mereka tidak sekadar menyebarkan Alkitab, tetapi hidup mereka sendiri merupakan cerminan dari nilai-nilai Kitab Suci. Dalam tiap bagian hidup mereka kita melihat jejak kasih dan kesetiaan yang tidak pernah berhenti dari Tuhan kita. Banyak dari mereka selama bertahun-tahun, setia dalam jalan kesunyian, mengorbankan hidup mereka agar banyak orang dapat membaca Alkitab dalam bahasa yang dapat dimengerti dan dipahami. 

Satu bulan menjelang LAI merayakan usianya yang ke-69, kita mungkin perlu mengingat pada kesetiaan dan pengorbanan para  pendahulu, para pahlawan yang pernah datang dan pergi dalam pelayanan lembaga Alkitab Indonesia. Semoga kita menjadi sadar bahwa yang menjadi ukuran keberhasilan pelayanan di lembaga-lembaga Alkitab di seluruh dunia bukan sekadar angka-angka, jumlah terjemahan  Alkitab yang telah selesai, atau berapa banyak Alkitab telah disebarkan, tapi yang utama pengorbanan dan kesetiaan pada pelayanan. Pelayanan Lembaga Alkitab seringkali adalah jalan sunyi yang jauh dari panggung tapi bernilai kekal, karena kehadiran Alkitab menemani perjalanan umat Tuhan dalam menumbuhkan dan meneguhkan iman sepanjang hayat. 

Nilai pengorbanan dan kesetiaan ini adalah DNA kita, dan ini adalah warisan sejati kita untuk  generasi yang akan datang. Semoga nilai ini terus menjadi pedoman bagi kita para pelayan  di LAI pada saat ini. Ketika masing-masing dari kita bercermin pada kisah perjalanan iman kita sendiri, marilah kita saling mendoakan agar kita tidak kehilangan panggilan sejati kita dalam pelayanan ini. 

Dengan menyadari kembali panggilan sejati kita, semoga kita kembali disegarkan, diisi ulang dan diperbarui oleh kasih dan Roh Tuhan agar mampu menjalani panggilan pelayanan yang telah ditetapkan-Nya, yaitu agar semua orang dapat mengenal kasih penebusan Tuhan dan Kabar Baik yang mengubah hidup manusia. Salam Alkitab untuk semua. 

 

Diadaptasi dan dikembangkan dari tulisan Michael Pererrau (mantan Direktur General UBS)