Mengabdi Pada-Mu Lewat Karyaku 

Mengabdi Pada-Mu Lewat Karyaku 

 

Pada pertemuan para mitra LAI yang digelar beberapa tahun yang lalu, seorang pembicara meminta peserta pertemuan secara jujur menuliskan apa yang memotivasi mereka untuk terlibat dalam pelayanan LAI. Jawaban peserta yang hadir beragam dan secara garis besar bisa dikelompokkan dalam 3 jawaban.

Pertama, karena mereka diutus dan ditugaskan oleh gereja atau diajak teman. Intinya mereka terlibat karena orang lain. Ini sama saja dengan mereka yang berkarya karena tuntutan orang lain. Anak yang giat belajar karena takut dimarahi oleh orang tuanya. Karyawan yang bekerja karena perintah atasan. Kita bisa membayangkan mereka yang bekerja dengan motivasi seperti ini, biasanya akan bekerja dengan terpaksa dan hasil akhirnya dikelompokkan sebagai B aja (biasa saja).

Kedua, karena mereka dapat bertemu dengan banyak saudara seiman yang berasal dari daerah/gereja yang berbeda. Ada juga  yang menjawab karena uang. Kelompok kedua ini digerakkan karena manfaat yang akan mereka terima. Memperoleh imbalan entah berupa kesenangan atau finansial menjadi kata kunci yang penting. Tidak bisa dipungkiri motivasi trasaksional ini sering menguasai  kita termasuk dalam pelayanan. Semakin besar imbalan yang didapat, maka semakin ia bergiat untuk berkarya. Jika kita hanya berhenti di sini, tentu kita akan merasakan kecewa bila imbalan yang kita harapkan tidak kita peroleh. Dan ketika kekecewaan itu kita alami, maka umumnya mereka akan berhenti berkarya.

Ketiga, karena karya mereka memberikan kesempatan agar orang lain dapat bertemu dengan Tuhan Yesus melalui Alkitab yang disebarkan. Mereka berkarya bukan karena orang lain atau kepentingan diri, namun karena Tuhan. Karya mereka adalah wujud syukur dan respon mereka atas anugerah Tuhan bagi mereka. Mereka telah sampai pada kesadaran bahwa hidup mereka karena Tuhan dan jika mereka diberi kesempatan untuk hidup, maka haruslah memberikan buah, seperti tulis Rasul Paulus (bdk Fil 1:22a). Inilah pengabdian yang sesungguhnya. Ketika kita meletakkan diri kita sebagai hamba Tuhan di tengah dunia. 

Sebuah motivasi dan tujuan dalam berkarya yang benar akan menentukan kualitas dari hasil karya kita. Mereka yang bekerja karena orang lain atau karena kepentingan diri cenderung menghasilkan karya yang biasa saja dan pada titik tertentu akan berhenti dengan sendirinya. Namun berbeda dengan mereka yang berkarya karena Tuhan. Johanes Calvin pernah mengatakan bahwa kerja adalah panggilan Tuhan bagi umat-Nya. Kerja adalah wujud pengabadian kita kepada Tuhan. Kita semua dipanggil Tuhan untuk menghadirkan Kerajaan Alkitab di bumi ini melalui karya kita. Tuhan yang memanggil akan terus memperlengkapi kita masing-masing dengan talenda dan berkat-Nya. Kiranya Roh Kudus menuntun kita berkarya bagi Tuhan. (ey)