Mengikuti Jejak Yesus

Mengikuti Jejak Yesus

 

Program Pembaca Baru Alkitab di Asia Pasifik

Tidak hanya di Indonesia, lembaga-lembaga Alkitab nasional di seluruh dunia berkomitmen pada pekerjaan pemberantasan buta aksara yang di kalangan lembaga Alkitab dikenal sebagai Program Pembaca Baru Alkitab. Persekutuan Lembaga-lembaga Alkitab Sedunia (United Bible Societies/UBS) dan anggota-anggotanya yakin dalam beberapa tahun ke depan dapat menjangkau 750 juta warga dewasa  dan anak-anak di seluruh dunia yang belum melek huruf melalui berbagai program literasi yang mereka jalankan. Pada dasarnya kemampuan baca dan tulis merupakan bagian dari rencana dan tujuan Allah bagi setiap insan. 

“Kami percaya bahwa melek huruf berkait erat dengan martabat, kemandirian, dan keutuhan setiap manusia,” kata Julian Sundersingh, Koordinator Literasi Global UBS. “Mampu membaca dan menulis akan memberi orang akses kepada informasi-informasi penting, memberdayakan mereka untuk membuat keputusan yang tepat dalam kehidupan mereka. Ketika mereka melek huruf, akan terbuka peluang untuk pekerjaan, pendidikan lebih lanjut dan membantu orang keluar dari kemiskinan. Singkatnya, orang yang terpelajar memiliki prospek yang jauh lebih baik daripada mereka yang tidak bisa membaca.”

Lebih lanjut, Julian menambahkan,”“Kekuatan pendorong di balik program pemberantasan buta huruf/pembaca baru Alkitab (PBH/PBA) UBS adalah pertama, kebutuhan yang sangat besar dari banyak umat dan kedua, potensi yang sangat besar yang ditawarkannya untuk bergaul erat dengan Kitab Suci.”

Faktanya, pekerjaan melek huruf sangat penting bagi Lembaga-lembaga Alkitab, sehingga para spesialis dipekerjakan untuk memastikannya terjadi secara efektif. Hanya orang yang melek huruf yang akan mampu membaca Kitab Sucinya sendiri. 

Bagaimana Alkitab berbicara tentang keaksaraan, dan keaksaraan bekerja?

Ketika berpikir tentang kerja keaksaraan, dan bagaimana hal itu dapat membebaskan masyarakat yang tidak melek huruf, Julian mengenang sebuah pengalaman di Myanmar. Pada sebuah lokakarya yang dia adakan, dia bertanya kepada peserta lokakarya,“Apa kebutuhan masyarakat Anda, dan bagaimana kami dapat memenuhi kebutuhan tersebut?”

Mereka menjawab, “Kami ingin fokus pada kisah Musa karena dia datang sebagai seorang pembebas dalam konteks di mana bangsa Israel menderita selama 400 tahun, dan Tuhan mendengarkan doa-doa yang mereka naikkan.” 

Julian mengaitkan hal ini dengan pentingnya kerja pelayanan pemberantasan buta aksara(literasi). “Saya pikir dalam konteks banyak umat Tuhan yang tidak bisa membaca, mereka merasa tertindas dan terpinggirkan, tidak dianggap penting oleh sesamanya dan karena keterbelakangan mereka tidak mampu terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan. Kisah Musa yang membebaskan orang Israel yang tertindas dan diperbudak sangat relevan bagi mereka, dan juga relevan bagi kita dalam pekerjaan pendidikan literasi.”

Adalah Mansueto Casquite. Dia menjabat sebagai penasihat literasi UBS untuk kawasan Asia Pasifik. Ia dikenal sebagai seorang pria yang lembut dan berbicara dengan tenang yang memperkenalkan dirinya sebagai 'Cito', dia tinggal di Filipina dan demikian menyukai pekerjaannya. Ia mendorong, mendampingi dan membantu Lembaga Alkitab merencanakan dan menjalankan proyek literasi untuk komunitas mereka. Cito menyukai bahasa (dia berbicara empat bahasa!) dan bekerja untuk pelayanan Lembaga Alkitab telah memberinya banyak kesempatan, katanya,“Saya ingin memperluas jangkauan untuk menjadi berkat bagi banyak orang dengan mendampingi umat belajar membaca dan menulis.”

Lewat pelayanannya Cito ingin meneladani kehidupan dan pribadi Yesus. “Saya ingat sebuah perikop di Alkitab yang menceritakan Yesus menulis di tanah, dan biasanya itulah cerita yang biasanya saya bagikan di bengkel saya,” jelas Cito. “Bahkan Yesus sendiri menulis. Yesus adalah orang yang terpelajar. Dia menulis di tanah.”

“Itu adalah kisah yang membesarkan hati bagi saya, dan tidak hanya bagi saya, tetapi juga bagi orang lain, yang bahkan ditulis oleh Penguasa Segala Penguasa. Dan tentu saja, Yesus membaca karena dia membaca gulungan kitab Yesaya di sinagoga. Kisah Yesus menjadi motivasi besar bagi saya, karena orang-orang yang tidak terpelajar ingin meniru Yesus, mengikuti Yesus, bukan hanya aspek melek huruf Yesus, tetapi cara hidup Yesus di bumi.”

Dr. Kimmo Kosonen, Kepala Literasi dan Pendidikan untuk United Bible Societies. Ia kelahiran Eropa, namun ia telah tinggal selama lebih dari dua dekade di Asia Tenggara, tempat yang demikian ia cintai. Kimmo selalu bersemangat setiap membicarakan program melek huruf, dan berbicara dengan sangat antusias tentang pekerjaan yang dia geluti.

Kimmo telah menjadi konsultan internasional dalam pendidikan dan literasi multibahasa selama bertahun-tahun, melatih para penerjemah Alkitab dan pekerja literasi untuk Asia Tenggara serta memberikan layanan konsultasi, dan bantuan teknis untuk program literasi dan program-program pendidikan lainnya. Dalam pertemuan lembaga-lembaga Alkitab pada pada Januari 2022, Kimmo berbagi tentang pengalaman dan hasratnya yang luas untuk pekerjaan literasi dan pendidikan.

Saat ditanya apakah ada bagian dari Kitab Suci yang memberinya dorongan dalam melayani, Kimmo menyampaikan refleksi berikut. “Saya bukan seorang teolog. Tetapi ketika saya membaca bagaimana Yesus berkarya, dia tidak berkeliling dan banyak berkhotbah tentang 'Akulah Juruselamat! Sesungguhnya, Dia tidak terlalu banyak berkhotbah. Dia bergaul dan melakukan berbagai hal dengan orang biasa, dengan komunitas bahasa non-dominan, para wanita, anak-anak, kaum pria, orang sakit, orang asing, Anda tahu, dan mereka yang tertindas dan terpinggirkan.”

Menurut Kimmo Yesus berkhotbah melalui tindakannya. Kimmo menambahkan, belajar dari Yesus kita perlu memikirkan dan menolong salah satu komunitas yang terpinggirkan dan tertindas, yaitu mereka yang belum melek huruf, yang belum bisa membaca dan menulis.

“Saya pikir melek huruf adalah salah satu jenis pelayanan yang dapat lembaga-lembaga Alkitab berikan. Kita bisa mengikuti jejak Yesus melalui pelayanan ini. Kita dapat menolong banyak orang mengenal  Tuhan melalui Kitab Suci. Bagi yang belum melek huruf mereka belum mengetahui caranya, jadi kita perlu mendampingi mereka hingga mereka benar-benar mandiri menggunakan Kitab Sucinya.” 

Setiap kali Kimmo merenungkan bagaimana Yesus berkarya dan melakukan banyak hal untuk mereka yang mengikuti-Nya, Kimmo semakin bersemangat menjalankan program-program literasi. 

“Melayani umat agar melek huruf adalah hal yang baik untuk dilakukan, agar firman Tuhan tersedia, dapat dibaca, dan setiap orang dapat memahami isinya, sehingga nantinya mereka dapat mengubah hidup dan komunitas mereka kea rah yang lebih baik.”

 

Dikutip dan diterjemahkan dari: ubscommunity.org