OSHIMA!

OSHIMA!

 

Ketika saya memasuki dunia kerja di Jakarta saya diperkenalkan dengan kosakata baru, “ti ji ai ef”. What is that? Apa artinya? Ternyata yang dimaksud adalah TGIF sebuah singkatan dalam Bahasa Inggris yang artinya, “Thank God it’s Friday” – “Terima kasih Tuhan, hari ini  Hari Jumat”. Bagi generasi, “no longer teenagers but not adults yet” atau mereka yang baru memasuki dunia kerja, mereka yang dituntut menjadi orang dewasa namun masih belum lepas dari sifat-sifat keremajaan mereka, TGIF berarti siap-siap berhura-hura di akhir pekan seusai jam kerja di kantor. Entah ke café bersama, makan bersama, nonton bioskop bersama, atau menikmati akhir pekan spesial bersama pacar. 

Sungguh, aturan tak tertulis ini benar-benar berlaku, “Jangan melakukan rapat koordinasi pada hari Jumat siang”. Percuma, karena staf kantor yang sudah terjangkiti TGIF sudah tidak bisa berkonsentrasi untuk urusan-urusan kantor selepas makan siang pada hari Jumat. Jika Anda benar-benar memaksakan rapat koordinasi pada hari Jumat selepas makan siang, maka pada Senin pagi, satu-persatu anak buah/staf akan menghadap dan bertanya tentang tugas-tugas mereka untuk minggu berjalan. Tepok jidat deh!

Namun, jangan tanyakan soal TGIF kepada kawan-kawan marketing/sales. Hari Jumat adalah hari tersibuk mereka. Mereka harus memastikan target penjualan minggu berjalan harus tercapai dengan melakukan deal-deal khusus terhadap manajer/supervisor kantor cabang, agen/penyalur besar, dll. TGIF buat kelompok ini baru dapat mereka rasakan setelah semua upaya yang bisa mereka lakukan selesai. Benar-benar akhir pekan yang melelahkan. Dan kejadian tersebut selalu berulang setiap akhir pekan, lebih-lebih di akhir bulan untuk pencapaian target bulanan. 

Terminologi TGIF berawal dari mereka yang menerima gaji setiap akhir pekan, khususnya para pekerja “kerah biru/buruh”. Seusai menerima gaji, di depan pintu pabrik sudah menanti para pedagang kredit menawarkan produk-produk mereka, menagih angsuran kredit, dll. Jadi TGIF pada awalnya adalah sebuah ironi. Bahagia menerima gaji, tetapi gaji juga segera berkurang banyak karena tagihan-tagihan sudah menanti. Apapun, TGIF adalah sebuah oase di akhir pekan dimana kita melepas penat setelah sepekan bekerja. 

Senin pagi. Seperti biasa, orang kantoran, Senin pagi adalah saatnya menyiapkan rencana kerja mingguan. Dalam keheningan Senin pagi itu tiba-tiba kami dikejutkan oleh seorang rekan kerja yang terkenal kocak, memasuki ruang kerja sambil berkata, “Oh, Oshima-Oshima… it’s you again, it’s you again…”. Seorang rekan kerja yang lain menimpali, “Kenapa lu, baru diputusin pacar yang masih sepupunya Oshin?” “Ha-ha-ha-ha…, maksudku adalah, “Oh shit it’s Monday again”. “Sebentar lagi aku mesti menghadap boss, aku belum nyiapin rencana kerja mingguan, oh Oshima-Oshima…”. Beruntunglah orang tersebut mampu menghadapi Senin pagi dengan bercanda, walau sebenarnya ia bermasalah. Orang lain mungkin menanggapi Senin pagi dengan murung yang disebut sebagai “Blue Monday Syndrome”. Awalnya, Blue Monday Syndrome, di Inggris, adalah Senin pagi di minggu ketiga bulan Januari yang dikatakan sebagai, “the saddest Monday of the year”. Mengapa demikian? Karena di minggu tersebut orang harus membayar tagihan kartu kredit yang setinggi langit karena belanja Natal yang tak terkendali. Namun, kini, Blue Monday adalah istilah yang digunakan untuk menunjukan gairah kerja yang rendah di hari Senin.

Kembali ke Mr. Oshima. Ia sedang menghadap atasannya membahas rencana kerja mingguan yang acak-adut karena dipersiapkan asal saja. Di akhir pertemuan, sang atasan berkata, “OK, Mr. Oshima, would you give me your 100% commitment this week?” “Yes, Sir” sahut Mr. Oshima, antusias, disertai sorot mata yang tegas serta fokus, serta wajah ramah penuh kesehatian terhadap wacana sang boss. “Good, I’m counting on you”, sahut si boss. Namun sambil kembali ke mejanya, Mr. Oshima ngedumel, “Maksudku Hari Senin cukup 10% saja, Selasa 25%, Rabu 40%, Kamis 20 %, dan Jumat cukup 5% saja”, sambil tersenyum.

Cerita di atas hanyalah fiksi, namun bisa terjadi di kantor manapun karena kisah tersebut memang terinspirasi kisah nyata. Mengenai hari-hari kerja, Alkitab menuliskan, “Ada orang yang merasa suatu hari tertentu lebih penting dari hari-hari yang lain, sedangkan orang lain pula menganggap bahwa hari-hari itu sama saja. Biarkan masing-masing orang menentukan pendiriannya sendiri. Orang yang mementingkan hari-hari tertentu, orang itu berbuat begitu untuk menghormati Tuhan. Orang yang makan segala-galanya, berbuat begitu untuk menghormati Tuhan, karena ia bersyukur kepada Allah atas makanan itu. Begitu juga dengan orang yang makan hanya makanan tertentu saja; orang itu juga menghormati Tuhan dan bersyukur kepada Allah.” [Roma 14:5-6, BIMK]. Semua hari adalah baik dan patut disyukuri, karena setiap hari mempunyai dinamikanya masing-masing. 

Rencanakanlah hari-hari kerja kita dengan baik agar kita menjadi produktif dan menjadi kesaksian bagi orang-orang di sekitar kita. Tetap sehati, antusias dan fokus. Kita pasti bisa menghindari Blue Monday Syndrome . Walau mengumpat, seperti Mr. Oshima, namun ia tetap mampu menciptakan Hari Senin yang ceria. Happy Monday.


Pdt. Sri Yuliana