PALUNGAN DAN KAIN LAMPIN: TEMPAT PEMBARINGAN SANG PUTRA NATAL

PALUNGAN DAN KAIN LAMPIN: TEMPAT PEMBARINGAN SANG PUTRA NATAL


Setiap tahun ketika memperingati hari kelahiran Yesus, kisah lahirnya Yesus dandibaringkan di dalam palungan menjadi cerita yang selalu diingat. Lalu, apakah palungan itu sendiri? Palungan adalah tempat makanan ternak (Ayb. 39:9; Yes. 1:3). Menurut kisah kelahiran Yesus yang tertulis di dalam Injil Lukas 2:7, dituliskan bahwa Yesus setelah lahir dibaringkan di dalam palungan, yang kemungkinan setengah dipahat pada padas (lapisan tanah yang keras/batu yang terjadi dari pasir atau tanah) dan setengahnya disempurnakan dengan tanah liat seperti yang biasa dilakukan para gembala di dalam gua-gua di Israel.

Palungan merupakan tempat untuk makanan binatang, dibuat dengan dipahat dari batu pada suatu sisi gua. Selain di wilayah Israel, palungan juga dikenal di berbagai negeri lainnya. Pada umumnya kandang binatang disatukan dengan rumah pemilik binatang itu, dan di kandang tersebut terdapat palungan. Dalam kandang-kandang
kuda raja di Megido yang dibangun pada zaman wangsa Omri, terdapat batu-batu
besar yang diliangi sebagai tempat palungan. Para arkeolog telah menemukan
bak-bak besar yang dipahat pada bongkahan-bongkahan batu kapur dan berukuran kira-kira panjang: 0,9 m; lebar: 0,5 m; dalamnya 0,6 m. Bak-bak tersebut diperkirakan digunakan sebagai palungan.

Agar bayi Yesus dapat dibaringkan dengan nyaman di sebuah palungan dan untuk
menghangatkan tubuhnya, maka tubuhnya dibungkus dengan lampin. Kain lampin
atau kain bedung adalah sepotong kain yang diikatkan menjadi satu seperti potongan
kain perban yang memanjang. Setelah seorang bayi dilahirkan, tali pusarnya dipotong dan diikat, kemudian bayi tersebut dibasuh dan digosok dengan garam dan dibungkus dengan potongan-potongan kain yang memanjang (Yeh. 16:4). Dengan cara tersebut akan memberikan si bayi kehangatan, perlindungan dari keadaan-keadaan yang ekstrem dan memberi rasa aman.


*Dari berbagai sumber