PAPIRUS Si Pencatat Sejarah

PAPIRUS Si Pencatat Sejarah

 

Pernahkah Anda berpikir bagaimana manusia pada zaman kuno menulis? Media apa yang mereka pakai untuk menulis? Sebelum manusia mengenal kertas sebagai media tulis, manusia berkomunikasi dengan menggunakan berbagai cara, yaitu melalui suara, gerakan tubuh, tatapan, gambar dan simbol. Pada masa itu belum ada kertas seperti yang kita pakai sekarang. Baru pada tahun 3500-an SM, bangsa Mesir Kuno mulai menggunakan papirus sebagai salah satu alat komunikasi. 

Papirus adalah sejenis tanaman air yang dikenal sebagai bahan membuat kertas pada zaman kuno. Papirus berasal dari kata Yunani, yaitu papyros; “paper” dalam bahasa Inggris; dan “papier” dalam bahasa Belanda, yang artinya kertas. Namun ada juga yang berpendapat kata papirus diturunkan dari kata papuro dalam bahasa Mesir Kuno yang artinya “termasuk milik raja”, karena pada zaman Yunani-Romawi pembuatan kertas termasuk monopoli raja.      

Papirus tumbuh subur di Mesir utara sepanjang tepi Sungai Nil bagian Hulu.  Tanaman ini juga tumbuh di Galilea Utara di muara Sungai Yordan. Papirus adalah tanaman berakar dangkal yang tumbuh dalam lumpur (Ay. 8:11). Tingginya sekitar 3 m dengan batang yang tidak bercabang dan daunnya berserabut pendek.

Bangsa Israel memanfaatkan papirus untuk membuat kertas dengan cara menguliti batang pohonnya. Lalu dipotong dengan ukuran kira-kira 40-45 cm. Bagian dalam batang papirus kemudian diiris memanjang menyerupai pita. Pita-pita tersebut kemudian disusun berjajar di atas papan, pita yang satu sedikit menindih pita yang lain dan begitu seterusnya. Halaman yang serat-seratnya mendatar disebut halaman rekto, bagian inilah yang ditulisi terlebih dahulu. Halaman baliknya dengan serat yang tegak lurus disebut verso. Namun ada juga yang membuat kertas papirus dengan pola anyaman.

Patokan panjang papirus adalah 20 lembar, tapi bisa diperpendek dengan memotongnya atau diperpanjang dengan menempelkan lagi lembaran yang lain. Kemudian susunan pita tersebut dipukul dengan palu kayu sampai tipis dan dijemur untuk menghilangkan kadar airnya. Sesudah bagian tepinya dirapikan dan agak dihaluskan, akhirnya terciptalah selembar kertas berwarna keputihan yang dapat bertahan lama. Namun seiring berjalannya waktu, kertas papirus akan berubah warna menjadi kekuningan. 

Pemakaian kertas papirus didasarkan pada kegunaannya, ukuran yang lebih besar biasanya digunakan untuk surat-surat resmi, surat dagang dan rekening. Sedangkan yang berukuran lebih kecil digunakan untuk karangan-karangan sastra. Papirus terpanjang ialah Papirus Hariys 1 yang ditulis kira-kira 1160 SM dan saat ini tersimpan di British Museum, London. Panjangnya kira-kira 40 m. 

Papirus juga memiliki manfaat lain selain untuk membuat kertas. Orang Mesir memakai papirus untuk membuat perahu (Yes 18:2), tali pancing (Ay. 40:20) dan anyaman (Kel 2:3). Getahnya dipakai sebagai galah, obat dan bahan bakar. Inti batangnya juga bisa dimakan. 

Pada masanya, harga papirus tidaklah murah, sehingga bagian-bagian kosong atau bagian belakang dari gulungan papirus tua sering dipakai untuk menulis. Bahkan tidak jarang, tulisan di atas kertas papirus dihapus kemudian ditulisi kembali dengan naskah yang baru. Banyak manuskrip ditulis di atas papirus, contohnya bagian-bagian dari kitab Kejadian, Bilangan, Ulangan, Ester, Yeremia, Yehezkiel, Daniel, Pengkhotbah, dan Mazmur. Naskah-naskah dalam Perjanjian Baru juga ditulis di atas kertas papirus.

Banyak manuskrip yang telah ditulis di atas kertas papirus akhirnya membantu kita untuk mengetahui lebih banyak tentang teks Alkitab. Pada masanya, kertas papirus merupakan hasil dari kemajuan teknologi, layaknya gadget pada masa kini. Dengan adanya papirus, kita yang hidup ribuan tahun setelahnya akhirnya dapat belajar bagaimana manusia mencatat sejarah, lebih dari itu, kita bisa membaca teks kitab suci yang ada pada kita saat ini. 

Anda dapat melihat secara langsung kertas papirus beserta pohonnya dengan berkunjung ke Perpustakaan Biblika dan Museum Alkitab LAI di Salemba, Jakarta Pusat. Papirus nan tipis, biar kuno tapi mencatat sejarah. Salam Alkitab Untuk Semua.

Vera Harefa