Pdt. David L. Baker: Misionaris Yang Dipimpin Roh Allah

Pdt. David L. Baker: Misionaris Yang Dipimpin Roh Allah

 

Seperti halnya Tim Alkitab Terjemahan Baru (TB/1974), dalam tim pembaruan TB tidak semua merupakan orang lokal. Salah satu pakar Kitab Suci asing yang terlibat adalah Pdt. David L. Baker, Ph. D atau akrab disapa dengan Pak Baker. Beliau lahir di Inggris pada 1949. Semula ia tidak berpikir untuk belajar teologi apalagi ilmu biblika yang secara khusus belajar Kitab Suci. Ia memilih belajar  ilmu-ilmu pasti di Universitas Sheffield, Inggris. Tapi panggilan hati kemudian membawanya beralih ke studi Alkitab sampai memperoleh gelar sarjana biblika (1970). Meraih diploma Pendidikan Agama Kristen di Universitas Oxford (1971) dan gelar doktor dalam ilmu biblika dari Universitas Sheffield (Ph.D., 1975).

Sejak 1997 Pak Baker diutus oleh Overseas Missionary Fellowship(OMF) ke Indonesia untuk melayani di HKBP Angkola, Tapanuli Selatan (1978-1979). Tahun 1980-1990 mengajar sebagai dosen biblika di STT HKBP Pematangsiantar dan 1990-2001 di STT Jakarta. Pada tahun 2001, beliau menjadi wakil ketua Tyndale House di Cambridge, Inggris. Sejak 2016, beliau mengajar studi Alkitab di All Nations Christian College, London.

Pak Baker menerbitkan banyak karya tulis dalam bahasa Indonesia, di antaranya: Pengantar Bahasa Ibrani (bersama Dr. S.M. Siahaan dan Dr. A.A. Sitompul, 1988), Roh dan Kerohanian dalam Jemaat: Tafsiran Surat 1 Korintus 12-14 (1991), Mari Mengenal Perjanjian Lama (1996), Satu Alkitab Dua Perjanjian (2001), Mari Mengenal Arkeologi Alkitab (bersama John J. Bimson, 2009); semuanya diterbitkan oleh BPK Gunung Mulia, Jakarta.  Salah satu karya terbarunya adalah: Tight Fists or Open Hands? Wealth and Poverty in Old Testament Law (Eerdmans, 2009) yang juga telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia (Kekayaan dan Kemiskinan, Menelusuri Keadilan Sosial Menurut Hukum Perjanjian Lama) dan diterbitkan oleh Yayasan Komunikasi Bina Kasih. 

Berikut tanggapan singkat beliau tentang perkenalannya dengan Kitab Suci dan pelayanan beliau di Indonesia.

David L. Baker atau akrab dipanggil Pak Baker mulai mengenal Alkitab di Sekolah Minggu. Selama mengikuti kelas Sekolah Minggu tersebut, dirinya secara khusus mengingat kegiatan pertandingan membaca Alkitab dan lomba menghafal ayat-ayat mas yang diselenggarakan di gerejanya setiap tahun. Dirinya tidak ingat lagi kapan pertama kalinya membeli atau memiliki Alkitab, tetapi ada beberapa Alkitab—yang diberikan sebagai hadiah oleh seseorang pada saat tertentu—, yang cukup berpengaruh dalam kehidupannya. 

Sewaktu masih duduk di bangku sekolah, David Baker pernah menerima Buku Perjanjian Baru dari Yayasan Gideon. Bukan hanya memberikan, pihak Gideon juga menantang dirinya dan teman-teman sekolahnya untuk membaca Alkitab setiap hari. David menanggapi tantangan tersebut dengan penuh semangat. Semangat itu tidak pernah padam. Sampai hari ini ia masih terus menjalani kebiasaan tersebut.

Saat ditanyakan apa yang membuatnya mengagumi isi Alkitab, David Baker menyebut Alkitab ditulis ribuan tahun lalu, namun beritanya tetap relevan dan berpengaruh hingga masa-masa kemudian, misalnya masa Reformasi (abad ke-16) dan masa penghapusan perbudakan di Inggris (abad ke-19).

Sebagai manusia biasa Pak Baker menyadari, daya tarik Alkitab baginya juga mengalami pasang surut. Meskipun demikian, semangatnya untuk tekun membaca kitab suci tidak kendur.“Ada kalanya daya tarik Alkitab bagi saya naik turun. Namun, saya tetap membacanya karena yakin bahwa pembacaan Alkitab sangat perlu agar iman dapat bertumbuh dan pengenalan akan Tuhan semakin mendalam, terlepas apakah isinya “menarik” atau tidak,” katanya. 

Pak Baker meyakini bahwa panggilan melayani Tuhan hanya bermanfaat apabila dikerjakan dengan pimpinan Roh Allah, bukan dengan kuasa atau kemampuan sendiri. Agaknya firman Tuhan menjadi sumber bagi Pak Baker untuk mengenal kehendak Tuhan dan mengenali tuntunan Roh Allah.

Tentang panggilannya untuk mendalami ilmu biblika, Pak Baker menceritakan waktu di sekolah ia berbakat dalam bidang matematika dan berminat menjadi aktuaris atau guru matematika. Maka selepas sekolah menengah, David Baker memilih jurusan ilmu-ilmu pasti di Universitas Sheffield, Inggris. Namun, dalam perjalanannya, dirinya merasa Tuhan memanggilnya untuk mengajar Firman-Nya, sehingga ia pun  beralih untuk mendalami bidang Biblika. Setelah tamat sarjana, Pak Baker diberi kesempatan melanjutkan studi sampai tingkat doktor, dan mempersiapkan diri menjadi dosen Perjanjian Lama.

Saat studi doktoralnya hampir selesai dan ia bersiap untuk menjalankan tugas panggilannya sebagai seorang pengajar Perjanjian Lama, Pak Baker berpikir dan berdoa tentang tempat paling tepat untuk menjalankan panggilan tersebut. “Ceritanya panjang, tetapi akhirnya saya ditugaskan di STT-HKBP di Pematang Siantar, Sumatra Utara,” katanya. Demikianlah Pak Baker menjadi seorang misionaris OMF (Overseas Missionary Fellowship) yang ditempatkan untuk berkarya di Indonesia. 

Sewaktu Pak Baker melayani sebagai pengajar di STT-HKBP, ada proyek LAI untuk menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Angkola-Mandailing, salah satu suku di Sumatera Utara. Dirinya diminta menjadi penasihat untuk proyek tersebut, terutama untuk Perjanjian Lama, karena Pak Baker me- ngenal bahasa Ibrani dan juga sedikit bahasa Angkola. Setelah penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Angkola selesai dan diterbitkan hubungan persahabatan antara Pak Baker dan rekan-rekannya di LAI semakin erat. Kemudian beliau diminta turut terlibat dalam proyek revisi Alkitab Terjemahan Baru, yang masih berlangsung sampai saat ini. Tim revisi Alkitab Terjemahan Baru boleh dikatakan sebuah tim yang beragam dan plural. Berasal dari berbagai negara, berbagai usia dan berbagai denominasi gereja. Bekerja dalam tim tersebut baginya sangat menyenangkan. 

“Rasanya pertemuan tim revisi Terjemahan Baru merupakan salah satu acara yang paling menarik dalam program kerja saya setiap tahun karena bekerja sama dengan rekan-rekan dari Indonesia dan          Eropa, baik Protestan maupun Katolik, termasuk yang sudah tua dan masih muda. Kadang-kadang diskusinya seru, tetapi anggota tim saling menghargai dan selalu bersedia untuk menerima usul rekan apabila terbukti lebih baik daripada usul mereka sendiri,” demikian tanggapannya tentang keterlibatannya dalam revisi Alkitab. 

Pengalaman panjang terlibat dalam proyek penerjemahan dan revisi Alkitab menyadarkan Pak Baker betapa pentingnya mempelajari Alkitab dalam bahasa aslinya, serta menerjemahkannya ke dalam bahasa yang mudah dimengerti oleh pembaca. Dalam hal ini beliau mengagumi sosok reformator Martin Luther yang pertama kali menerjemahkan Alkitab dari bahasa Ibrani dan Yunani ke dalam bahasa Jerman, dan William Tyndale yang menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Inggris.

Selama terlibat dalam berbagai proyek penerjemahan, ada satu pengalaman menarik yang beliau ingat. Pada awal tahun 1988, Pak Baker mengemudi mobil VW Kodok miliknya ke Padang Sidempuan untuk mengikuti lokakarya penerjemahan Alkitab. Di bagasi mobilnya penuh naskah-naskah hasil terjemahan yang akan diperiksa. Di tengah perjalanan tiba-tiba mesin mobilnya mulai mengeluarkan asap. Pengalaman mengalami kebakaran mobil baru sekali-kalinya beliau alami. 

“Agaknya si Iblis mau mengganggu karya penerjemahan Alkitab, namun Tuhan melindungi kami. Para penumpang mobil serta semua naskah selamat,” katanya.

Sepanjang pelayanannya sebagai seorang pengajar biblika dan penerjemah Alkitab, Pak Baker sering melibatkan anak-anak didiknya maupun generasi muda lainnya. Baginya ini sekaligus merupakan proses regenerasi dan kaderisasi. 

“Sejak mula saya berusaha melibatkan mahasiswa di STT HKBP, kemudian di STT Jakarta, juga orang muda lainnya, dalam penulisan dan penyuntingan buku-buku teologi. Hal yang sama saya lakukan untuk pemeriksaan terjemahan Alkitab ke dalam bahasa Angkola. Rasanya strategi tersebut berhasil. Saya tidak tinggal di Indonesia lagi, namun beberapa anak didik saya menjadi dosen teologi serta penulis buku, bahkan ada yang sekarang menjadi Konsultan Penerjemahan Alkitab di LAI,”ucapnya penuh syukur. Ya, Kepala Departemen Penerjemahan LAI yang sekarang, Pdt. Anwar Tjen, Phd., dulunya adalah salah satu mahasiswa yang beliau didik. Kini mereka menjadi rekan sekerja, melaksanakan tugas panggilan Allah menerjemahkan Kitab Suci untuk kebutuhan umat Tuhan di Indonesia. 

Ada suatu bagian firman Tuhan yang senantiasa menginspirasi  hidup dan pelayanan Pak Baker, yaitu Yeremia 9:23-24, TB. Beginilah firman Tuhan: “Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya, tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah Tuhan yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman Tuhan.” 

 

Pdt. David L. Baker, Ph. D. misionaris OMF, pernah mengajar di STT HKBP Pematangsiantar, STT Jakarta, dan kini ikut membantu tim revisi Alkitab TB.