Pesan-Nya Menyentuh Jiwaku!

Pesan-Nya Menyentuh Jiwaku!

Peluncuran Perjanjian Baru dalam Bahasa Songo

Dalam budaya Songo, keranjang anyaman bambu biasa digunakan untuk membawa atau menyajikan barang-barang yang sangat berharga atau penting. Itulah sebabnya para gadis Songo sambil menari mengangkat keranjang bambu yang berisikan salinan Perjanjian Baru Songo. Mereka berarak-arakan memasuki area upacara penahbisan dan peluncuran PB Songo di Malanje, Angola pada 20 Maret 2021.

Sambil menyanyikan pujian, “Tala mukanda wa Suku wa ku tu longesa” (Lihatlah Firman Tuhan, Yang Mengajar Kita), para remaja putri, mengenakan rok warna-warni, membawa keranjang mereka ke depan tempat pertemuan. Setelah itu mereka mengangkat PB Songo agar semua dapat melihat.

 

Bersyukur kepada Tuhan untuk Perjanjian Baru Songo

“Inilah cara simbolis mereka untuk menghormati nama Tuhan,” kata Claudia Pinto, Manajer Program Lembaga Alkitab Angola. “Sungguh mengharukan melihat antusiasme umat Kristen di Songo yang sangat ingin mendapatkan salinan Perjanjian Baru mereka. Kami melihat orang-orang berlutut, berterima kasih kepada Tuhan dan juga mengungkapkan rasa terima kasih mereka untuk semua orang yang telah menjadi bagian dari pekerjaan ini, termasuk para donatur.”

 

COVID-19 menyebabkan penundaan

Jumlah penutur bahasa Songo sendiri sekitar 150.000 orang dan mayoritas tinggal di Angola tengah utara. Lembaga Alkitab Angola awalnya berencana untuk meluncurkan Perjanjian Baru pada tahun 2020 tetapi Pandemi Covid-19 menyebabkan penundaan dalam pencetakan dan pengiriman. Meskipun Perjanjian Baru akhirnya tiba di gudang pada November 2020, meningkatnya penyebaran virus corona di Angola menyebabkan peluncuran ditunda hingga akhir Maret.

Salah satu yang menarik dari upacara peluncuran adalah ketika Maria Isaque, seorang remaja putri berusia 18 tahun  membacakan petikan Perjanjian Baru dengan lantang. Bagi banyak orang Songo, inilah pertama kalinya bagi mereka mendengar Kitab Suci dibacakan dalam bahasa Songo, bahasa ibu mereka. Momen ini juga terasa sangat special bagi Maria. 

“Ini pertama kalinya saya mengikuti acara seperti ini,” katanya sambil tersenyum. “Berkat hadirnya Perjanjian Baru ini saya akan dapat belajar lebih banyak tentang bahasa ibu saya dan yang lebih penting lagi, kehadirannya akan membantu memperkenalkan jiwa-jiwa baru kepada Kristus. Bahasanya mudah dimengerti dan isinya pasti akan membantu banyak anak muda mengembangkan nilai-nilai moral dan kewarganegaraan.”

Second Teresa, 53, yang memimpin pelayanan wanita di Evangelical Church of the Brothers di Angola, juga bersemangat karena akhirnya memiliki Perjanjian Baru dalam bahasanya sendiri saat dia membagikan Injil dengan pembicara Songo lainnya.

 

Wilson Muzengo

“Biasanya saya merasa sangat sulit untuk menyampaikan pesan alkitabiah kepada umat, karena sebagian besar dari mereka hanya mengerti bahasa Songo. Kini mereka tidak perlu pergi dan menghindari ibadah lagi, kini telah hadir Perjanjian Baru dalam bahasa yang mereka mengerti,” terang Wilson Muzengo.

“Seringkali dalam pertemuan kami, banyak orang akan mengatakan, 'Hanya ada Alkitab dalam bahasa Cokwe dan Portugis tetapi kapan kami akan memilikinya dalam bahasa Songo kami?'”lanjutnya. 

Wilson Muzengo, 64 tahun, adalah seorang ahli bahasa Afrika, yang mengkhususkan diri dalam bahasa-bahasa Angola. Wilson senang akhirnya memiliki sebagian besar Kitab Suci dalam bahasa ibunya.

 

Kegembiraan yang luar biasa

“Ini merupakan sukacita yang luar biasa – sebuah keajaiban!” katanya dari balik maskernya sambil memegang salinan Perjanjian Baru. “Menerjemahkan tulisan, terutama yang berkaitan dengan teks-teks suci, bukanlah tugas yang mudah. Ketika Alkitab diterjemahkan ke dalam bahasa suatu bangsa, pesan Tuhan langsung masuk ke dalam hati mereka.”

“Saat saya membaca Perjanjian Baru ini di Songo, pesannya menyentuh saya, bahkan di dalam jiwa saya, dan saya merasa seperti sedang berbicara dengan Tuhan. Saya mendorong Lembaga Alkitab dan para penerjemah untuk melanjutkan pekerjaan besar ini.  Saya berdoa agar Tuhan memimpin dan mencerahkan semua orang yang terlibat dalam pekerjaan penerjemahan ini sehingga kami dapat segera memiliki Alkitab yang lengkap dalam bahasa kami.”

“Saya bersyukur kepada Tuhan bahwa saya dapat mengambil Perjanjian Baru ini ke dalam tangan saya,” tutur Joana Mundundi Isaque, 50 tahun, anggota tim penerjemah yang lain. “Semoga mereka yang membacanya merasakan sukacita dan menemukan keselamatan dalam Firman Yesus Kristus.”

Penerjemah Songo dan koordinator tim penerjemahan, Baptist Ernesto Cabita, 61, mengatakan bahwa dia juga merasa takjub ketika dia membaca Kitab Suci dalam bahasanya.

“Dalam Perjanjian Baru ini, ayat favorit saya adalah Yohanes 3:16 karena saya mengerti bahwa Tuhan mengasihi saya, sebagai seorang manusia di bumi ini, dan karena itulah Ia mengutus putra tunggal-Nya. Membaca teks ini membuat saya merasa sangat bahagia,” katanya.

Berkaca pada proses penerjemahan Perjanjian Baru, ketiga anggota tim penerjemah mengaku sempat mengalami masa-masa sulit. Mereka mengaku menggalang dana untuk mewujudkan PB Songo sungguh tidak mudah. Pernah pula kantor mereka beberapa kali dirampok orang. Pekerjaan menerjemahkan Kitab Suci membutuhkan waktu bertahun-tahun dan memerlukan ketekunan yang luar biasa. Belum lagi anggota tim harus mengikuti berbagai pelatihan untuk mematangkan kemampuan mereka. Hali ini tak jarang sulit dipahami oleh keluarga dan anggota masyarakat pada umumnya.

 

Banyak berdoa untuk pekerjaan terjemahan kami

“Istri saya pernah ragu, karena dia tidak selalu dapat melihat hasil pekerjaan tim untuk sementara waktu,” komentar penerjemah Esmael Araújo Muquixi, 52 tahun. “Tetapi setelah perilisan Bagian dari Injil Lukas dan Kisah Para Rasul pada 2019, dia mulai percaya bahwa pekerjaan yang saya lakukan dengan penerjemah lain sangat serius dan sangat berharga. Sekarang dia adalah pendukung utama saya dan dia banyak berdoa untuk pekerjaan penerjemahan kami.”