Robert Raikes Pendiri Sekolah Minggu

Robert Raikes Pendiri Sekolah Minggu

 

Robert Raikes adalah orang sibuk. Ia pemilik dan penerbit The Gloucester Journal, koran yang paling besar di wilayah Gloucester,Inggris. Sering kali ia sendiri harus turun tangan mencari berita, menyunting laporan, memeriksa salah cetak, atau lainnya. 

Oleh karena kesibukannya Raikes sering terpaksa bekerja pada hari Minggu untuk menyiapkan koran yang harus terbit keesokan harinya. Ia merasa aneh karena justru pada hari Minggu ia terganggu oleh suara-suara gaduh dari luar. Ternyata di luar kantornya ada banyak anak yang bermain dan membuat keributan di jalan. Usia mereka sekitar sepuluh tahun. Pakaian mereka lusuh. Muka mereka kotor. Kelakuan mereka kasar. Kata-kata mereka jorok. 

Raikes mencari tahu mengapa anak-anak ini bermain di jalan pada hari Minggu. Ternyata mereka tidak bersekolah. Mereka bekerja di pabrik sepanjang pekan. Ini abad ke-18. Inggris sedang demam industrialisasi. Muncul banyak pabrik yang butuh tenaga murah. Akibatnya banyak anak berhenti sekolah dan bekerja di pabrik dari pagi hingga petang. Mereka diperlakukan dengan keras. Satu-satunya kesempatan bebas adalah hari Minggu. Sebab itu pada hari Minggu mereka berkeliaran di jalan, bermain dan membuat onar. 

Sebagai wartawan yang sering menulis berita kriminal dan berkunjung ke penjara, Raikes menyadari bahwa anak-anak ini mudah terseret ke dunia kriminal. Sebab itu, ia berpikir dan mencari jalan keluar untuk menolong anak-anak ini. Bersama dengan pendeta di gerejanya, yaitu Pdt. Thomas Stock, Raikes menyewa sebuah rumah kosong untuk membuka sekolah pada hari Minggu bagi anak-anak ini. Pada bulan Juli 1780 sekolah itu di mulai dengan nama Sekolah Minggu. Ketika itu Raikes berusia 45 tahun. Anak-anak yang tidak bersepatu diberinya sepatu. Untuk anak yang belum makan ia menyediakan roti. Disuruhnya anak-anak ini mandi. Setiap hari Minggu pagi Raikes memanggil dan menuntun tangan anak-anak ini, "Mari, ikut Sekolah Minggu!" la menjemput mereka, "Hayo ikut, belajar di Sekolah Minggu!" Sambil berjalan dengan mereka, teringatlah Raikes akan ucapan Yesus, "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku..."

Pelajaran yang diberikan di Sekolah Minggu yang pertama ini adalah membaca, menulis, berhitung, mendengar cerita Alkitab, mempelajari katekismus, bermain dan beribadah. Buku utamanya adalah Alkitab. Pelajaran berlangsung setiap hari Minggu pukul 10.00-12.00 dan dilanjutkan lagi pukul 13.00 hingga 17.30. Pada pukul 18.00 Raikes mengajak anak-anak ini beribadah di gereja. 

Janganlah dikira bahwa Sekolah Minggu yang pertama ini berjalan dengan mudah. Di kelas sering terjadi keributan. Pernah seorang murid diam-diam membawa seekor tikus, lalu melepaskan tikus itu ketika mereka sedang berdoa. Langsung saja kelas itu menjadi kacau balau. Sering kali juga terjadi perkelahian karena seorang anak mencuri permen temannya. Pernah Raikes memukul seorang murid dengan tongkat karena murid itu mendorong dan menjatuhkan seorang nenek yang lewat. 

Walaupun banyak kendala, namun Sekolah Minggu pertama di Gloucester ini berkembang. Semakin banyak anak tertarik dan semakin banyak orang tua melihat faedahnya. Seorang ayah berkata, "Sejak anak saya ikut Sekolah Minggu, perilakunya menjadi baik, saya juga berhenti mabuk-mabuk, saya sekarang teratur ke gereja." Juga anak-anak perempuan datang dan ikut Sekolah Minggu.

Setelah berlangsung tiga tahun, Raikes mulai menceritakan perjalanan pelaksanaan Sekolah Minggu ini ke kota-kota lain. Di korannya yang terbit tanggal 3 November 1783, ia menguraikan tentang gagasan dan pengalaman Sekolah Minggunya. Tanggapan positif muncul di seluruh Inggris. Di sana sini lahir Sekolah Minggu yang baru.

Sepuluh tahun setelah Sekolah Minggu pertama berdiri di Gloucester, menyeberanglah gagasan ini ke Amerika dan ke negara-negara lain. Yang tampak berbeda adalah bahwa kebanyakan Sekolah Minggu di negara lain mengkhususkan diri dalam pelajaran cerita Alkitab. Tradisi lain yang tumbuh di Sekolah Minggu di Amerika Serikat adalah pelajaran untuk pelbagai golongan usia. Sampai sekarang tradisi itu tetap kuat di Amerika Serikat. Hampir semua gereja dari denominasi apa pun di Amerika Serikat mempunyai Sekolah Minggu untuk pelbagai golongan usia: ada ruangan di mana anak kecil sedang menggunting gambar kapal Nuh, sedangkan di ruangan lain orang-orang dewasa dengan serius membicarakan hubungan iman Kristen dengan persoalan lingkungan hidup. 

Kini tidak terbilang lagi jumlah anak dan orang dewasa yang setiap hari Minggu pagi dengan setia belajar dan mengajar suatu bagian Alkitab di Sekolah Minggu. Sekolah Minggu ada di mana-mana: di sebuah rumah di Situbondo, di suatu garasi di Kairo, di suatu peternakan di Meksiko, di bawah pohon di pedalaman Kongo, di suatu gedung gereja di Orlando. Di mana-mana tiap Minggu ada Sekolah Minggu.

Semua ini berawal dari prakarsa Robert Raikes di sebuah rumah tua di Gloucester, atau lebih tepat lagi, semua ini berawal dari kegaduhan anak-anak yang bermain di tepi jalan di luar kantor Raikes.Prakarsa Raikes telah menjadi berkat. Pada batu pualam tempat Robert Raikes dimakamkan di gereja Saint Mary di Gloucester terukir kata-kata Ayub 29:11-13, sebagai berikut:

Apabila telinga mendengar tentang aku, maka aku disebut berbahagia,

apabila mata melihat, maka aku dipuji. 

Karena aku menyelamatkan orang sengsara, yang berteriak minta tolong, 

juga anak piatu yang tidak ada penolongnya;

Aku mendapat ucapan berkat, dari orang yang nyaris binasa, 

dan hati seorang janda kubuat bersukaria.