Sharing – Pelayanan Dari Mentawai

Sharing – Pelayanan Dari Mentawai

 

Selamat Hari Minggu

Saya ingin sharing beberapa hal dari perjalanan pelayanan ke Mentawai selama seminggu.   Kiranya memberikan inspirasi,  reminder dan penyemangat buat kita semuanya.

Kabupaten Mentawai adalah bagian dari Provinsi Sumatera Barat.   Ada 4 pulau utama. Pelayanan saya kali ini di Pulau Siberut, tepatnya di Kecamatan di Siberut Selatan. Tantangan yang dihadapi penduduk disana, termasuk umat Tuhan adalah kondisi infrastruktur.  Walau dalam satu pulau, namun tidak ada akses jalan raya.   Jadi antar kecamatan atau antar desa harus naik perahu. Dari Padang pun, tidak ada pesawat.   Saya naik kapal cepat, itupun bisa 7 sd 8  jam.  Tergantung cuaca dan tidak tidak hari ada kapal cepat 

Itu juga mempengaruhi harga jual hasil kebun / pertanian tidak bisa tinggi, karena sulit dan mahalnya biaya transportasi.  Dengan kondisi ekonomi anggota gereja,  tentu mempengaruhi kemampuan keuangan gereja termasuk membiayai kebutuhan transportasi yang mahal.

Jumlah pelayan Tuhan tidak sebanding dengan jumlah gereja yang harus dilayani.   Jadi bisa melayani berbagai wilayah di pelosok yang tentu butuh waktu dan biaya untuk transportasi.    Jika pergi naik perahu mesin,  dengan perjalanan berjam-jam bisa butuh 50 liter BBM. Di sana tidak ada SPBU.  Maka beli BBM eceran.   Itu sudah lebih dari Rp 750 ribu.

Waktu saya beribadah di sebuah gereja.  Terdengar pengumuman total persembahan dalam ibadah minggu tidak sampai Rp 200 ribu.  Lalu bagaimana mereka bisa mencukupkan biaya pelayanan sampai ke pelosok / gunung? Hal sejenis ini adalah fakta yang sering saya temui di setiap pelosok pedalaman.   Maka membuka cabang gereja adalah pengorbanan yang memerlukan komitmen yang totalitas.   

Jika di kota,  sering terdengar  rebutan umat (jemaat),  maka di pedalaman justru  kadang ada umat yang ‘terlantar’.    Ketika ada pelayan Tuhan yang tidak tahan lagi dengan kesusahan dan meninggalkan umat,   maka tidak serta merta ada yang mau (bisa) mengambil alih.  

Pelayanan di pedalaman itu sering minus. Hamba Tuhan yang pergi khotbah, atau pemberkatan pernikahan atau pelayanan untuk kematian. Mereka paling dijamu dengan makan atau diberikan hasil kebun. Padahal untuk BBM naik perahu atau sepeda motor, itu butuh biaya yang sangat besar.

Bagi gereja tertentu yang mempunyai sistem support dari kota,  tentu ada subsidi silang.  Sehingga bisa mengirim pelayan dari kota untuk mendukung pelayanan di pedalaman.   Termasuk juga bantuan dana. Lalu bagaimana dengan gereja lokal yang tidak punya donatur tetap?

Padahal firman  Tuhan perlu terus diberitakan.   Umat Tuhan harus tetap dilayani.    Ketika gereja tidak hadir atau pelayan Tuhan tidak hadir, maka domba mudah dicuri. Mereka meninggalkan iman karena berbagai kesulitan hidup dan tekanan ekonomi. Maka untuk itulah selalu diperlukan orang yang peduli dengan sesama tubuh Kristus.   Tanpa membedakan organisasi gereja atau denominasi.

Saya sudah puluhan kali masuk ke pedalaman.   Keprihatinan akan kehidupan umat Tuhan di pelosok sering kontras dengan hidup berlimpah sebagian umat Tuhan di perkotaan. Dana, SDM, fasilitas berlimpah. Berapa banyak yang tetap punya kepekaan dan kemauan untuk berbagi atau menolong mereka yang susah di pelosok?

Kita diingatkan firman Tuhan dari Roma 10:14 -15, yang demikian bunyinya,” Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya?  Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: "Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!"

 

Syukur pada Tuhan, ada bantuan untuk umat Tuhan di Mentawai yang dititipkan melalui saya. Jumlahnya total sekitar 76 juta rupiah yang berasal dari 34 orang donatur.  Bantuan itu saya saluran ke 25 gereja dan 18 orang untuk berbagai keperluan.

Saya pergi ke Mentawai tujuan utamanya adalah untuk memberikan training / pelatihan motivasi kepada para tutor PBA (Pembaca Baru Alkitab).   Namun selain itu juga ada pelayanan seminar kepada para anak muda,  khotbah di gereja dan kunjungan.

PBA (Program Pembaca Baru Alkitab) merupakan salah satu program LAI untuk membantu umat Kristiani yang masih buta huruf agar memiliki kemampuan dasar baca dan tulis.  Sudah dimulai dari tahun 1998 di berbagai pelosok Indonesia. Tahun 2023 ini dijalankan di Pulau Siberut, Kepulauan Mentawai, dengan mencakup 3 kecamatan yaitu Siberut Selatan, Tengah dan Barat Daya.  Peserta terdiri dari 1.400 orang dari anak kecil sampai dewasa.  Mereka dibimbing 70 orang tutor.

LAI  bisa melaksanakan Program PBA di berbagai pelosok  tanah air karena dukungan umat Tuhan.  JIka sendirian LAI tidak mungkin mampu menjalankannya, karena butuh dana yang sangat besar. Tim LAI terus bekerja keras menggalang dana untuk PBA ini, termasuk melalui berbagai KKPD (Kelompok Kerja Penggalangan Dukungan).   Mereka menyampaikan proposal,  presentasi ke gereja dan berbagai kegiatan lain.

Program seperti PBA ini adalah salah satu wujud kesatuan tubuh Kristus.   Mereka yang menggalang dana tidak akan bertanya,  yang dibantu untuk program ini dari gereja mana?  Kita adalah satu dalam tubuh Kristus. Saya bekerja lebih dari 27 tahun di berbagai perusahaan.   Saya telah menyaksikan banyak sekali umat Tuhan yang diberkati usaha dan pekerjaannya oleh Tuhan.  Ketika kita diberkati dengan gaji, fasilitas, bonus dan untung berlimpah. Apakah kita  masih ingat dan tergerak untuk membantu mereka yang miskin, terlantar dan terabaikan? Atau kita sibuk dengan segala keinginan,  cita-cita dan kepentingan kita?

Jika semakin banyak umat Tuhan yang peduli dan mau menolong. Maka akan semakin banyak orang yang terberkati. Di Mentawai, kami memakai sebuah perahu dari suatu gereja.  Bapak Pendeta bercerita bahwa perahu tersebut termasuk mesinnya adalah bantuan dari sebuah gereja di Jakarta.

Di Sumba, tahun 2022 lalu saya melihat ada bangunan gereja baru yang dibangun pengganti gereja lama yang hancur karena angin puting beliung. Semua warga saling membantu membangunnya. Beda organisasi gereja, tapi mereka mau saling membantu.

Ini adalah sebagian hal yang bisa saya bagikan dari pelayanan ke Mentawai. Tuhan Yesus menuntun kita senantiasa.

 

Salam dan doa

Ulbrits Siahaan

 

www.ulbrits.org

FB : Ulbrits Siahaan

IG :  Ulbrits