Sukacita Berbagi Firman Tuhan Dalam Selimut Duka Di Desa  Ujung Bayur

Sukacita Berbagi Firman Tuhan Dalam Selimut Duka Di Desa Ujung Bayur

 

Hari Jumat tepatnya pada tanggal 6 September 2019, merupakan hari ke lima perjalanan Satu Dalam Kasih Lembaga Alkitab Indonesia di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Perjalanan kali ini kami akan menempuh kurang lebih dua jam dari Putusibau dengan melewati jalur darat dan air. Sepanjang perjalanan kami disuguhi oleh hijaunya pepohonan dan udara yang bersih. Kami juga harus melewati jalur air dengan menyelisir Sungai Kapuas.

Namun kaki kami sedikit tertatih karena pagi ini, Tuhan memberi kami kabar duka dari Ulak Peti, Desa Ujung Bayur, Kecamatan Embaloh Hilir. Bapak Lambertus Alim alias Bapak Banten merupakan tokoh desa setempat mengalami kecelakaan speed boad 40 HP dengan speed boad Pemda Kapuas Hulu saat hendak mengambil ikan. Menurut penuturan warga setempat dan Kapolres menjelaskan, korban ditemukan di dalam air, masih berada posisi dalam speed boad, karena kakinya terlilit tali stir speed boad.

Tuhan mendatangkan kami sebagai penghiburan untuk warga setempat yang ditinggalkan oleh tokoh desa setempat. Seperti yang telah ditinggalkan oleh Bapak Banten, yang memberikan sebagian tanah tinggalnya untuk dibangun Gereja sebagai bentuk kecintaannya dan rasa syukur Beliau kepada Tuhan, Sang Empunya kehidupan. Gereja GKMI Alfa Omega menjadi bukti cinta Beliau kepada Tuhan. Dan LAI datang ke Desa Ujung Bayur untuk melengkapi penyebaran firman Tuhan sampai ke pelosok nusantara.

Tuhan memiliki rencana yang luar biasa, ya, sangat luar biasa. Setelah kurang lebih empat puluh lima menit kami menempuh jalur air dengan menggunakan speed boad yang kami sewa dari warga Desa Ujung Bayur; kami tiba di Desa Ujung Bayur. Sesaat kami turun dari speed boad, kami sudah disuguhi pemandangan miris dari dua speed boad yang hancur akibat bertabrakan. Kami mencoba untuk tetap tersenyum, karena sambutan dari warga setempat yang juga masih mencoba tersenyum walau sedang dilanda duka. Bahkan anak dari Bapak Banten juga ikut menyambut kami.

Kami dihantarkan ke rumah Bapak Pdt. Agus, untuk beristirahat setempat dan santap siang. Kami berbincang mengenai kejadian yang menimpa Desa Ujung Bayur dan kami mencoba
 
menghibur dengan membawa Alkitan dan bagian-bagiannya ke Desa Ujung Bayur. Dan hal itu disambut baik oleh Pdt. Agus dan warga setempat.

Tak lama setelah santap siang, kami mengikuti ibadah pelepasan jenazah di rumah duka. Suasana ‘mendung’ nampak dari wajah keluarga terutama anak perempuan dari Bapak Banten yang juga turut mengalami menjadi korban selamat dalam kecelakaan tersebut. Lantunan doa dan lagu-lagu menghantarkan jenazah Bapak Banten ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Isak tangis keluarga terus teringang di telinga kami. Kami semua yang berkumpul di rumah duka, percaya, bahwa Tuhan sangat mencintai hamba-Nya ini; melihat bagaimana cintanya Bapak Banten kepada Tuhan Yesus.

Matahari yang membumbung tinggi menjadi saksi mengantaran peti jenazah dan penghantaran jenazah ke tempat peristirahatan terakhirnya. Kami, tim LAI, tidak ikut mengantarkan jenazah ke tempat peristirahatan terakhirnya dikarenakan kami harus menjalankan amanat visi dan misi LAI di Desa Ujung Bayur.

Kami berjalan dengan hati yang teguh tatkala melihat wajah ceria anak-anak Desa Ujung Bayur yang sudah menunggu kami di dalam Gereja GKMI Alfa Omega dengan antusiasnya. Kedatangan kami seakan menjadi obat dan penghiburan untuk mereka yang tengah berduka dan pastinya merindukan firman Tuhan menjamah desa mereka.

Bagi saya, yang baru melakukan Perjalanan Satu Dalam Kasih, membuat saya merasakan kerinduan mereka yang amat dalam. Tanpa disangka, air mata saya sudah membumbung di pelupuk mata saya. Air mata bahagia ini sebagai tanda syukur saya dan terima kasih saya kepada Tuhan, bahwa Tuhan masih memberi saya kesempatan untuk singgah di Desa Ujung Bayur.

Detik berganti menit dan menit berganti jam, kami harus pamit karena keesokan harinya kami masih harus membagi firman Tuhan kembali ke tempat lainnya. Wajah sedih nampak dari anak-anak dan warga sekitar; karena harapan mereka semua saya dan tim dapat menginap di sini. Namun apa daya, kami juga harus menjalankan amanah lainnya ke desa-desa lainnya di Kapuas Hulu ini.

Seperti apa yang ada pada Mazmur 147:3 “Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka”; hati kita mungkin akan terluka dengan cukup parah ketika kita ditinggalkan oleh seseorang yang dekat dan kita cintai, tetapi Tuhan sendiri lebih besar kuasa-Nya dibandingkan luka yang kita miliki dan Dia sanggup untuk menyembuhkannya.