SURAT-SURAT PAULUS

SURAT-SURAT PAULUS

Apa Isi Pesannya?

 

Surat-surat Paulus meliputi beberapa tulisan tertua di dalam Perjanjian Baru. Surat-suratnya yang paling awal kemungkinan besar ditulis pada periode 50-60 M dan dihasilkan sebelum penulisan Injil-injil, Kisah Para Rasul, serta tulisan-tulisan lainnya di dalam Perjanjian Baru.

Paulus pernah belajar Alkitab Ibrani dan menjadi anggota kelompok Farisi, sebuah kelompok yang mengabdikan diri untuk mengajar dan hidup sesuai hukum Allah (Gal. 1:14; Flp. 3:5). Di dalam surat-suratnya, Paulus mengakui bahwa ia pernah menyusahkan para pengikut Yesus, yaitu “gereja”, karena pada saat itu Paulus yakin bahwa mereka mempertanyakan otoritas hukum Allah serta hidup berdasarkan ajaran baru yang dibawa Yesus. Namun, ketika Allah memperlihatkan kepada Paulus siapa sebenarnya Yesus (Gal. 1:15-16), Paulus pun mulai memberitakan dan mengajarkan kabar baik tentang Yesus.

Keseluruhan surat Paulus mengandung beberapa tema penting. Sebagai contoh, Paulus mengajarkan bahwa Allah mengutus “Kristus untuk menjadi kurban bagi kita” dan untuk “membebaskan kita dari dosa-dosa kita” (Rm. 3:24-26). Dia juga berkata bahwa tidak ada orang yang dapat menyenangkan Allah atau diterima oleh Allah karena mematuhi hukum (Gal. 3:11; Rm. 3:23), tetapi “Allah menerima mereka yang memiliki iman di dalam Yesus Kristus” (Gal. 2:16). Siapa saja yang menaruh kepercayaan mereka di dalam Yesus tidak hanya diuntungkan dari pengurbanan yang telah dilakukan oleh Kritsus, tetapi juga mendapat bagian hidup baru yang telah diterima Kristus ketika Ia dibangkitkan dari kematian (Rm. 6:5-11). Paulus mengatakan kepada orang-orang Kristen untuk hidup seturut Roh Allah, yang memberi karunia untuk melayani sesama (Rm. 12:6-21; 1 Kor. 12-13; Gal. 5:16-25). Dia menantikan kedatangan Kristus kembali (Flp. 3:20, 4:5; 1 Tes. 4:13-18), dan dia menguatkan para pengikut Yesus untuk hidup seolah-olah Yesus akan kembali dengan segera (1 Tes. 5:1-8; 1 Kor. 7:29-39).

Rasul Paulus merupakan penulis hampir setengah dari kitab-kitab Perjanjian Baru. Namanya muncul di bagian salam dari tiga belas “surat” di Perjanjian Baru, tetapi di masa kini banyak ahli yang meyakini bahwa dia tidak benar-benar menulis semua surat itu. Semua ahli setuju bahwa Paulus menulis surat Roma, 1 dan 2 Korintus, Galatia, Filipi, 1 Tesalonika, dan Filemon. Tiga surat yang lain mengandung banyak ajaran dasar Paulus, tetapi memperlihatkan berbagai ide yang tidak ditemukan di dalam tujuh surat di atas yang telah dipastikan ditulis oleh Paulus. Hal ini, ditambah beberapa perbedaan di dalam gaya penulisan dan penggunaan kosa kata, telah menuntun beberapa ahli untuk meyakini teori bahwa Efesus, Kolose, dan 2 Tesalonika ditulis oleh penulis yang lain. Akhirnya, tiga surat kepada pemimpin-pemimpin gereja mula-mula (1 dan 2 Timotius dan Titus) menghadirkan isu kepemimpinan gereja, yang oleh banyak ahli dipandang sebagai isu yang penting pada periode satu atau dua generasi setelah kematian Paulus. Pada generasi tersebut, gereja-gereja lokal memiliki pertambahan anggota dan telah terjadi peningkatan jumlah gereja. Jadi, sementara tiga surat ini secara tradisional dilihat sebagai tulisan Paulus, sangatlah mungkin bahwa mereka bukan ditulis oleh Paulus sendiri melainkan ditulis oleh seseorang yang sangat mengenal surat-surat dan ajaran-ajaran Paulus, dan yang ingin menerapkan apa yang telah mereka pelajari dari Paulus untuk menjawab berbagai masalah baru yang dihadapi oleh gereja.

Paulus dapat dipastikan adalah salah seorang pemimpin yang berpengaruh pada kehidupan kekristenan mula-mula. Dia memberitakan dan mengajar di banyak tempat selama perjalanannya di daerah Laut Tengah. Beberapa suratnya ia tulis kepada gereja-gereja dan orang-orang yang pernah ia temui semasa perjalanannya, serta kepada mereka yang memperoleh  pengajaran kabar baik tentang Yesus Kristus dari dirinya. Beberapa suratnya yang lain ia tulis kepada orang-orang yang berharap ditemuinya di masa depan. Surat-surat Paulus menggambarkan kehidupan di antara banyak kelompok kekristenan mula-mula yang bergumul untuk memahami apa maksud Yesus dan ajaran-Nya untuk hidup ini dan hidup yang akan datang. Ajaran Paulus mencerminkan kebudayaan dan dunia sosial pada zamannya. Ajaran-ajaran itu juga menunjukkan apa yang ia pahami tentang Alkitab Ibrani serta pengenalannya terhadap filsafat Yunani. Paulus menggunakan semua pengalaman dan pengetahuannya untuk mengabarkan kabar baik tentang Kristus Yesus. Dia meyakini bahwa dirinya dipilih untuk memberitakan “kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya” (Rm. 1:16).

 

*Sumber: Alkitab Edisi Studi