Langkah Panjang Menuju Kesatuan Lembaga-lembaga Alkitab
Antara 1804 hingga 1890-an dua lembaga Alkitab yang tertua dan terbesar, Lembaga Alkitab Inggris (British and Foreign Bible Society- BFBS) dan Lembaga Alkitab Amerika ( American Bible Society-ABS) bertanggung jawab atas sebagian besar produksi Alkitab dan distribusinya di sebagian besar belahan dunia. Di bawah dukungan Kerajaan Inggris Raya, BFBS memandang seluruh dunia sebagai ladang pelayanan mereka. Sementara ABS, meskipun terutama melayani sebagian besar wilayah Amerika- yang pertumbuhan penduduknya sangat pesat-, juga mencoba memenuhi kebutuhan para misionaris Amerika di negara asing, khususnya Asia dan Afrika. Di lain pihak Lembaga Alkitab Skotlandia (NBSS) dan Lembaga Alkitab Belanda (NBG) ternyata juga tak mau ketinggalan untuk memainkan peran penting di panggung global penyebaran Kitab Suci.
Di Jepang dan Korea, antara tahun 1880-an hingga 1890-an, BFBS dan ABS secara bertahap mencoba menjalin kerjasama. Hal ini dirasa penting karena menjelang permulaan abad ke-20 wilayah pelayanan ABS membentang sangat luas tidak hanya di Korea dan Jepang, tetapi juga di Cina, dan bagian lain dari Timur Jauh, serta di Amerika Tengah dan Selatan, Persia, dan negara-negara di Mediterania bagian timur.
Secara umum, ABS tidak bekerja di negara-negara yang menjadi jajahan Kerajaan Inggris. Namun, ada beberapa kejadian di mana kedua lembaga Alkitab tersebut - BFBS dan ABS - , bekerja di wilayah yang sama atau berdekatan. Kejadian tersebut tak jarang menyebabkan kebingungan, tumpang tindih dalam pelayanan dan kesalahpahaman di antara mereka.
Bertahun-tahun kemudian, di permulaan abad ke-20, lembaga-lembaga Alkitab yang bersinggungan tadi mulai menyadari bahwa koordinasi dan kerja sama yang erat antara lembaga-lembaga Alkitab sangat diperlukan, sehingga mulai dirintis langkah-langkah untuk mengadakan komunikasi dan saling tukar pengalaman di antara beberapa lembaga Alkitab. Namun, pecahnya Perang Dunia I menghambat perkembangan kerja sama ini.
Setelah perang usai, John Ritson, Sekretaris Umum BFBS, menghadiri sebuah pertemuan dengan para pejabat ABS di New York, pada tahun 1911, sebelum memulai perjalanan pelayanannya ke Kanada. Dari pertemuan ini muncul kesepahaman untuk saling menghormati pelayanan masing-masing dan menghindari tumpang tindih ladang pelayanan.
Tak lama sesudahnya, perkembangan yang baik mulai terjadi - ABS menarik diri dari Korea dan sebagai langkah yang sama, BFBS menarik diri dari Filipina. ABS menarik diri dari Persia, BFBS dari Amerika Tengah dan sebagainya. ABS dan BFBS setuju pula untuk berbagi pekerjaan di Brazil, Cina, dan Jepang dengan membagi secara geografis wilayah pelayanan yang terpisah di negara tersebut.
Namun, kedua Lembaga Alkitab terbesar tersebut masih belum sepaham dalam upaya merintis jalan menuju pembentukan sebuah perserikatan lembaga Alkitab yang melayani secara global. Pada awal Maret 1919 ABS mengusulkan pembentukan “Federasi Lembaga Alkitab Sedunia”. Bentuk lembaga yang diusulkan ABS sesungguhnya begitu mirip dengan apa yang nantinya mewujud dalam United Bible Society (UBS) 27 tahun kemudian. Namun, BFBS menanggapi dengan angkuh saran ABS. Mereka berkata,”Sedari awal berdirinya, BFBS merupakan lembaga Alkitab yang bertanggungjawab melayani masyarakat di seluruh dunia. Kami merasa usulan Anda dengan federasi tersebut membatasi pelayanan kami hanya pada satu negara atau bagian dari suatu negara.” BFBS lebih cenderung menyetujui saran Lembaga Alkitab Belanda (NBG) agar perserikatan yang akan dibentuk tersebut menjadi semacam forum persahabatan dan konsultasi saja di antara Lembaga Alkitab nasional.
Pertemuan di London Bible House
Dari tanggal 26 hingga 27 Juli 1932, delegasi dari tiga lembaga Alkitab ( ABS, BFBS dan NBSS) bertemu di London Bible House. Ketiga lembaga Alkitab yang hadir ini merupakan “tiga besar” lembaga Alkitab yang pada masa itu memiliki tanggung jawab atas sebagian besar distribusi Alkitab di seluruh dunia. John Temple, Sekretaris Umum BFBS, yang pemikirannya visioner mengundang pimpinan ketiga lembaga Alkitab tersebut untuk bertemu di kediamannya. Pertemuan berlangsung dalam suasana hangat yang mencerminkan sebuah persekutuan Kristiani. Para delegasi membahas rencana kerja sama pelayanan di masa mendatang.
Salah seorang anggota delegasi Lembaga Alkitab Inggris yang hadir dalam pertemuan tersebut menulis dalam laporan resminya, “Kami baru saja menyelesaikan sebuah konferensi yang kami yakini tidak hanya unik dalam sejarah tiga lembaga Alkitab, tetapi juga memiliki arti yang amat penting bagi masa depan pelayanan kita.”
Sementara wakil Lembaga Alkitab Amerika menyimpulkan laporan formal mereka dengan sebuah catatan menggembirakan: “Dalam salah satu doa pembukaan konferensi, kami diingatkan bahwa Tuhan sendiri telah hadir memasuki ruang pertemuan sebelum semua dari kita tiba. Pada penutupan konferensi kami menjadi yakin bahwa Tuhan senantiasa bersama kami dan akan memberikan kepada kami suatu hasil yang jauh melampaui harapan kami.”
Konferensi ini menghasilkan beberapa kesimpulan revolusioner tentang Cina. Konferensi merekomendasikan bahwa lembaga-lembaga Alkitab harus bekerja sama untuk mendorong pembentukan Lembaga Alkitab China. Namun, pecahnya perang Jepang dan Cina pada bulan Juli 1937 menunda tindak lanjut dari hasil konferensi tersebut.
Konferensi tersebut juga menyepakati bahwa daripada ada tiga lembaga Alkitab yang melayani di Hong Kong (ABS, BFBS, dan NBSS), akan lebih baik bila salah satu lembaga Alkitab tersebut, dalam hal ini BFBS, ditunjuk sebagai pelaksana dan penanggung jawab administrasi Sementara biaya pelayanan di Hong Kong ditanggung bersama oleh ketiga lembaga Alkitab peserta konferensi.
Pertemuan di Woudschoten, Belanda
Pada bulan Juli 1939, Lembaga Alkitab Belanda (NBG) merayakan ulang tahunnya yang ke-125 pada. Menyambut hari jadinya tersebut, NBG mengundang sembilan lembaga Alkitab untuk menghadiri sebuah konferensi di Woudschoten, Zeist. Tiga dari lembaga Alkitab yang diundang tidak hadir, namun perwakilan dari BFBS, ABS, NBSS, Lembaga Alkitab Norwegia dan Lembaga Alkitab Perancis hadir dalam pertemuan tersebut.
Kraemer Menyatakan Pendapatnya
Profesor Hendrick Kraemer, misionaris dan sekaligus ahli penerjemahan yang melayani di Indonesia atas nama Lembaga Alkitab Belanda (NBG) -salah satu tokoh utama munculnya gerakan ekumenis- dalam pidato pembukaan konferensi tersebut menyampaikan berbagai tantangan besar dalam kerja sama antara lembaga-lembaga Alkitab dan gereja untuk mendorong penggunaan Alkitab di tengah-tengah umat Tuhan.
Profesor Kraemer mengatakan, dirinya mengakui pelayanan penting Lembaga Alkitab dalam dalam menerjemahkan, mencetak, dan mendistribusikan Alkitab, namun ia menghimbau agar lembaga-lembaga Alkitab juga membuat sebuah gerakan yang sistematis dan terencana untuk mengajar mereka yang telah membeli Alkitab, agar umat mau belajar membaca, memahami isinya dan menggunakan Alkitab tersebut dalam ibadah pribadi maupun keluarga, yang kini dikenal sebagai misi pelibatan (engagement) dari Lembaga-lembaga Alkitab.
Di masa itu, lembaga-lembaga Alkitab memang memfokuskan diri dalam menerjemahkan, mencetak dan menyebarkan Alkitab, tanpa catatan-catatan tambahan dalam Alkitab tersebut. Kalaupun ada yang menerbitkan materi-materi tambahan diterbitkan terpisah dari Alkitab. Pemahaman isi Kitab Suci dianggap wewenang dan tanggung jawab gereja.
Usulan Kraemer memicu diskusi yang hangat di antara peserta pertemuan. Selain usulan di atas, Kraemer juga mengkritik kualitas terjemahan Lembaga Alkitab, mempertanyakan petunjuk dan rambu-rambu yang diberikan Lembaga Alkitab kepada para penerjemah mereka di lapangan. Usulan-usulan Kraemer nampaknya akan mengarah ke proposal agar penerbitan Alkitab harus disertai dengan penjelasan. Ini melewati prinsip dasar lembaga-lembaga Alkitab bahwa Alkitab harus diterbitkan “tanpa catatan atau komentar”. Beberapa delegasi menganggap Kraemer mendorong Lembaga-lembaga Alkitab untuk mengambil tugas dari gereja-gereja. Isu mengenai Alkitab yang dilengkapi catatan-catatan ini akan terus menjadi perdebatan hingga bertahun-tahun perjalanan Persekutuan Lembaga Alkitab (UBS). Bahkan hingga hari ini.
Dalam laporan resmi pertemuan tersebut, lembaga-lembaga Alkitab yang hadir menyatakan persetujuan mereka bahwa tujuan dari Lembaga-lembaga Alkitab, “akan sepenuhnya dilakukan dengan ketentuan bahwa Kitab Suci diedarkan oleh lembaga-lembaga Alkitab di seluruh dunia tidak mengandung dan tidak terikat dengan soal-soal deskripsi atau penafsiran dengan cara apa pun, atau mencoba menafsirkan kata-kata yang inspiratif, karena akan menyebabkan terjemahan tersebut memiliki bias doktrin.”
Pertemuan Woudschoten mejadi titik balik penting dalam sejarah gerakan lembaga-lembaga Alkitab. Masukan atas kejelasan arti isi Alkitab nantinya akan diakomodasi dalam revisi Kitab Suci yang akan dilakukan pada 1970-an yang menggunakan metode dinamis fungsional. Namun, perhatian utama dari Pertemuan Woudschoten tersebut tetap pada upaya mendorong kerja sama antara lembaga-lembaga Alkitab. Sekretaris Umum ABS, BFBS, dan NBG berbicara dengan penuh semangat, member kesaksian mengenai terjalinnya kerja sama antar lembaga Alkitab di wilayah pelayanan mereka.
John Mott sumbang saran
John Mott, 74 tahun, seorang misionaris terkenal, yang bertahun-tahun sebelumnya mengetuai konferensi misi di Edinburg hadir juga dalam pertemuan di Woudschoten. Ia mengajak seluruh delegasi untuk sesegera mungkin mewujudkan semangat kerja sama antar lembaga Alkitab. John Mott menyatakan bahwa pekerjaan dan pelayanan lembaga Alkitab begitu penting, karena mendasari semua aktivitas pelayanan Kristen lainnya.
John Mott juga meyakini bahwa pertemuan di Belanda ini merupakan wujud isyarat dari Allah untuk menarik lembaga-lembaga Alkitab agar bersatu dalam kerjasama yang lebih erat.
Setelah pidato John Mott di Woudschoten, para delegasi semakin diyakinkan untuk melanjutkan kerja sama dan mendorong pembentukan lembaga-lembaga Alkitab di berbagai Negara yang bekerja berdasarkan prinsip yang sama seperti mereka. Mereka juga memutuskan untuk segera mendirikan sebuah “Dewan Lembaga Alkitab” yang akan menjadi lembaga yang akan menyatukan pelayanan mereka. Namun sekali lagi rencana mewujudkan sebuah persekutuan di antara Lembaga-lembaga Alkitab nasional harus tertunda karena datangnya Perang Dunia II. Rencana ini nantinya baru terwujud setelah Perang Dunia II berakhir. (keb)
Kepustakaan
Roger Steer., God News For The World, The Story of Bible Society. Monarch Books. Oxford. UK.
biblesocieties.org. UBS Day’s of Prayer 2012 Power Point Presentation. UBS.
biblesociety.org.uk. History of BFBS
americanbible.org. about us, history.