Intertekstualitas: Apakah itu? Seberapa pentingkah?
Dalam penelaahan makna teks di Alkitab kita, tidak selamanya bisa diambil kesimpulan dari satu teks (ayat atau perikop) yang sedang kita baca saat itu saja.
Pada dasarnya, setiap teks tidak selalu berdiri sendiri. Teks bisa saja merupakan penerus dari teks-teks yang ada sebelumnya. Bahkan, bisa saja teks yang bersangkutan adalah pemicu atau awal dari teks-teks berikutnya. Ini memperkuat argumen bahwa makna teks tidak dapat eksis sebagai suatu keseluruhan yang otonom, melainkan 'terbuka' bagi makna-makna baru dalam jejaring tekstual yang mengitarinya.
Selain itu, teks bukanlah sebuah gugusan bahasa. Ada begitu banyak unsur yang mempengaruhi keberadaan sebuah teks. Beberapa di antaranya adalah budaya, tradisi-tradisi masyarakat, pemahaman komunitas serta berbagai faktor lainnya yang membentuk teks tersebut hingga akhirnya dipahami pada masanya.
Intertekstualitas menjadi paradigma atau payung untuk pelbagai cara menjelaskan kaitan antar teks. Inilah yang juga disebut sebagai hubungan antar teks. Hubungan antar teks ini (PL dan PB) juga sudah ditekankan dalam Alkitab sendiri. Tanpa mencari kaitan itu, para pengikut Kristus pasti akan 'kebingungan' (Lukas 24:22). Saat itu, Yesus menjelaskan makna kemesiasanNya dengan bantuan intertekstualitas.
(Lukas 24:25-27).
Berdasarkan pertimbangan dan pemikiran terkait intertekstualitas, apakah sejauh ini ternyata banyak hal yang bisa lebih dipahami dengan baik dan mendalam? Bagaimana menerapkan metode ini untuk mengerti Firman Tuhan dengan benar?
Ayo kita ulas bersama dalam Seminar Alkitab di kanal Youtube Lembaga Alkitab Indonesia tercinta. Bersama Bpk. Hortensius F. Mandaru, SSL kita akan melihat hubungan antar teks secara lebih luas dan lebih dalam lagi.
Salam #alkitabuntuksemua.