Sebuah perjalanan iman dalam upaya menghadirkan Akitab bagi Seruyan
Kalimantan Tengah adalah salah satu provinsi di Indonesia dengan penduduk yang multi-etnis dan multi-agama. Penduduk asli Kalimantan Tengah adalah suku Dayak. Masyarakat suku Dayak telah dikenal sebagai masyarakat tradisional yang memiliki sistem religi yang khas. Orang-orang Dayak di zaman dahulu memeluk agama Kaharingan, yaitu kepercayaan yang diwarisi mereka dari para leluhur dan diturunkan dari generasi ke generasi. Kaharingan bukanlah animisme atau dinamisme. Mereka percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa atau Pencipta Alam Semesta (wikipedia-red.). Sejak kehadiran misi Kristen di Kalimantan Tengah, banyak warga Dayak yang mengaku percaya kepada Kristus.
Salah satu wilayah di Kalimantan Tengah adalah Kabupaten Seruyan. Sejak lama umat Tuhan di sana, khususnya yang tinggal di pedalaman merindukan hadirnya Alkitab yang menemani mereka bertumbuh dalam iman secara pribadi dan dalam ibadah bersama. Banyak wilayah di pedalaman Seruyan yang sulit dijangkau. Untuk menuju ke sana memerlukan kendaraan double gardan. Medannya tanah merah, kadang berbatu-batu yang licin dan berlumpur jika hujan turun. Lebih sulit lagi antara kampung yang satu dengan kampung lainnya sering berjauhan letaknya.
Tahun 2024 ini Tuhan menjawab doa dan pergumulan umat Tuhan di Seruyan. Kuasa Tuhan telah menggerakkan banyak mitra Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) dari berbagai kota untuk mendukung pengadaan Alkitab dan bagian-bagiannya bagi umat Tuhan di Seruyan maupun wilayah-wilayah lainnya di Nusantara melalui program “Satu Dalam Kasih”.
Selama lima hari antara 7-11 Oktober 2024, tim LAI, dengan didampingi Pdt. Riky Poetiray dari Gereja Kalimantan Evangelis (GKE) dan dua orang vikaris (calon pendeta), menghantar dan membagikan 4.312 Alkitab dan 917 komik Alkitab di wilayah Seruyan Tengah, Seruyan Hulu dan Seruyan Hulu Utara.
”Medan yang harus kami lalui adalah medan perjalanan berlumpur, mendaki dan beberapa daerah hutan harus kami masuki,” tutur Elias Waang, pimpinan rombongan LAI. ”Sewaktu berangkat ke Seruyan Hulu, menurut penduduk sekitar perjalanan kami akan menumpuh waktu 12 jam, namun di beberapa lokasi tim sempat terhenti dan mencari jalur lain karena jalan utama terputus akibat banjir, sehingga waktu tempuh menjadi lebih lama,” lanjutnya.
Hujan yang turun setiap hari menyebabkan kondisi jalan yang sebagian besar tanah bertambah rusak. Akhirnya kendaraan yang mengantar rombongan menuju lokasi tidak mampu lagi melanjutkan perjalanan ke Seruyan Hulu Utara. Maka tim kemudian memutuskan untuk melanjutkan perjalanan melalui sungai menggunakan perahu klotok, yaitu perahu kecil dengan lebar seukuran badan orang dewasa. Perjalanan menempuh 4 jam dari Seruyan Hulu.
Semua rasa lelah terbayarkan ketika kami berjumpa dan melihat umat Tuhan dan dengan penuh sukacita menyambut kehadiran tim yang membawa Alkitab bagi mereka. Semoga pohon iman yang sudah dimulai dengan menghadirkan Alkitab di Kabupaten Seruyan dan sekitarnya, menjadi langkah awal dalam upaya LAI untuk mendukung gereja-gereja dalam upaya membangun persekutuan, peribadahan dan memperkokoh kehidupan iman umat Tuhan di sana. Soli-Deo gloria. (KEW)