Perjalanan Satu Dalam Kasih 1–5 September 2025
Pulau Sumbawa, dengan pesona alamnya yang unik garis pantai memukau yang membingkai jalan, perbukitan kering yang menyajikan panorama khas, dan desa-desa kecil yang tersebar di sepanjang bentang alamnya, telah menjadi saksi sebuah perjalanan penuh makna. Perjalanan ini diemban oleh tim Satu Dalam Kasih, yang beranggotakan Mikha Sepdiani (LAI), Yohanes Samuel (LAI), Pdt. Marety Halundaka (Ketua Klasis GMIT Sumbawa), dan Bapak Richard. Satu Dalam Kasih merupakan inisiatif mulia yang mengemban misi penyampaian Firman Tuhan ke pelosok-pelosok yang jarang terjamah. Kami tidak hanya sekadar membawa Alkitab, melainkan juga menabur harapan dan penghiburan bagi jemaat yang telah lama mendambakan kehadiran Kitab Suci di tengah keluarga mereka.
Dalam perjalanan Satu Dalam Kasih ini, berbagai jenis Alkitab turut serta: Alkitab TB2, Alkitab Anak dengan ilustrasi menarik, Alkitab edisi huruf besar yang memudahkan pembaca lanjut usia, Alkitab studi untuk membantu Pendeta dalam pelayanannya setiap hari, serta komik Alkitab yang dirancang khusus untuk menarik minat generasi muda. Keberadaan Alkitab-Alkitab ini menjawab kerinduan yang mendalam dari jemaat, seperti yang diungkapkan oleh Pdt. Grace Ariani Nope dari GMIT Baithani Sumbawa. Beliau mengatakan, "Di sini tak ada toko bacaan rohani." Kondisi ini makin terasa karena banyak jemaat bekerja sebagai buruh kasar, petani jagung, sopir, atau pembuat kapur. Keterbatasan yang ada seringkali mengharuskan mereka untuk bergantian menggunakan satu Alkitab dalam saat beribadah. Untuk sekadar memiliki satu eksemplar Alkitab, mereka harus menempuh perjalanan darat yang melelahkan selama puluhan jam dengan biaya yang tidak sedikit menuju Lombok, bahkan sampai ke pulau lain. Namun, berkat dukungan tulus dari para Sahabat Alkitab, kini mereka dapat memiliki Firman Tuhan sendiri, sebuah anugerah yang memampukan mereka untuk belajar dan meneladani Kristus secara lebih pribadi dan mendalam.
Dari Baithani Sumbawa, perjalanan dilanjutkan menuju GPDI Sion Labuan Badas. Di sana, suasana syukur menyelimuti penyambutan tim. Pendeta dan seluruh jemaat, dari anak-anak hingga lansia, menerima setiap Alkitab dengan penuh sukacita. Pendeta jemaat mengungkapkan, "Alkitab cetak ini mendorong kami untuk menggunakan Alkitab dalam setiap peribadatan." Jemaat mendengar dengan seksama penjelasan yang disampaikan tim sore itu, memenuhi tempat ibadah yang sederhana namun sarat makna dengan rasa syukur yang tulus atas setiap Firman yang diterima.
Hari kedua, tim melanjutkan ekspedisi dengan menempuh perjalanan sejauh 146 km menuju GMIT Batu Hijau di Maluk. Perjalanan yang memakan waktu sekitar setengah jam ini tidak hanya menantang, tetapi juga menyuguhkan pemandangan alam yang memesona: laut biru yang terhampar luas dan bukit-bukit yang menyejukkan mata, dan garis pantai yang indah. Setibanya di Batu Hijau, tim disambut dengan senyum cerah dan wajah-wajah penuh harap dari jemaat. Pendeta jemaat memanjatkan doa yang tulus, memohon agar Firman Tuhan yang datang melalui curahan kasih umat di perkotaan dapat menjadi sumber kekuatan dan penghiburan bagi mereka yang setia melayani di desa tambang kecil itu, sebuah tempat di mana tantangan hidup seringkali begitu nyata.
Perjalanan rohani ini terus berlanjut ke arah utara, sejauh 183 km, menuju Maronge. Di GPDI Maranatha, Pdt. Jonathan Mendrofa memberikan gambaran yang menyentuh hati mengenai kondisi jemaatnya. Mereka tinggal di dusun-dusun terpencil yang sama sekali belum terjangkau listrik, dan sebagian besar dari mereka bekerja serabutan, menghadapi ketidakpastian ekonomi setiap hari. "Sulit mencari buku Kristen di sini," ujar Pdt. Jonathan, mengungkapkan realitas pahit yang mereka hadapi. Oleh karena itu, bantuan Alkitab yang dibawa oleh tim Satu Dalam Kasih menjadi jawaban nyata atas kebutuhan mereka yang mendalam. Setelah kunjungan di Maranatha, rombongan melanjutkan perjalanan untuk menyalurkan Alkitab di GPDI Rahmani Empang dan GPDI Betlehem Napa. Sepanjang perjalanan, perbukitan Nusa Tenggara Barat yang kering dan gersang menjadi saksi sebuah misi yang tidak mengenal jarak dan hambatan, demi menyebarkan terang Firman kepada umat Tuhan yang sudah merindukannya.
Hari ketiga misi ini ditutup di Dompu. Di GMIT Syalom Dompu, Pdt. Rocky Sam Yostan Miha Balo bersama jemaa, juga kehadiran perwakilan GPDI Filadelfia dan GPDI Eklesia Doropeti menerima setiap Alkitab dengan penuh syukur dan kegembiraan. Banyak orang tua juga tampak antusias dengan Alkitab huruf besar yang memudahkan mereka membaca Firman. "Yang kita terima ini berkat. Kita tak dapat membalasnya selain dengan doa dan membaca Firman," ujar Pdt. Rocky, merefleksikan rasa terima kasih yang mendalam. Pemandangan anak-anak yang duduk berdekatan, masing-masing memegang Alkitab baru mereka dengan bangga, menjadi gambaran betapa berharganya hadiah ini bagi mereka.
Pagi berikutnya, semangat tim tak surut. Kami melaju ke Donggo, sebuah daerah yang berada di lereng bukit. Di sana, berdirilah GMIT Imanuel Nggerukopa, sebuah bangunan gereja sederhana dengan dinding bata dan atap seng, namun menyimpan iman yang kokoh. Pdt. Samron menyambut jemaat yang telah berkumpul, menikmati sejuknya angin pegunungan. Di sekeliling mereka, sawah berundak-undak, serta padang rumput luas yang menguning akibat musim kering, menjadi latar belakang yang syahdu bagi momen pembagian Alkitab. Wajah-wajah jemaat bersinar cerah, memancarkan kebahagiaan dan kelegaan, karena kini Firman Tuhan ada di tangan mereka, siap untuk dibaca dan direnungkan.
Perjalanan terakhir tim Satu Dalam Kasih ditempuh menuju Bima, sejauh 64 km dari Dompu. Di GMIT Bethel Bima, jemaat berkumpul dalam suasana kebersamaan dalam peribadatan rumah tangga. Di antara mereka, Oma Martha, seorang sosok yang pernah ikut serta dalam tim penerjemahan Alkitab bahasa Bima dengan LAI di masa lalu, menerima Alkitab barunya dengan penuh haru dan sukacita. "Firman ini menguatkan kami untuk semakin rajin membaca dan mengajar anak-anak sejak dini," ujar pendeta dalam kesaksiannya yang disampaikan di hadapan tim dan jemaat, menyiratkan komitmen untuk meneruskan warisan iman kepada generasi penerus. Nyanyian Oh Ruma, Dendepu Langgaku (Oh Tuhan, Pimpinlah Langkahku) mengalun lembut, mengisi ruangan gereja di malam hari dengan melodi yang penuh makna, menjadi doa penutup yang hangat dan menggetarkan jiwa.
Selama lima hari penuh dedikasi, tim Satu Dalam Kasih telah berhasil menjangkau titik-titik pelayanan yang beragam dan menantang, mulai dari Sumbawa, Labuan Badas, Maluk, Maronge, Empang, Napa, Dompu, Donggo, hingga Bima. Setiap tempat yang kami kunjungi memperlihatkan kerinduan yang sama, sebuah hasrat yang universal: agar Firman Tuhan dapat hadir dan bertumbuh subur di tengah setiap keluarga, di lingkungan sekolah, dan di setiap ladang kecil kehidupan. Alkitab yang dibagikan bukan hanya sekadar buku; ia adalah bukti nyata kasih Tuhan yang termanifestasi melalui dukungan dan kebaikan hati banyak pihak yang terlibat.
Perjalanan ini menjadi sebuah pengingat yang kuat bahwa akses terhadap Firman Tuhan di pelosok-pelosok negeri masih menghadapi berbagai tantangan signifikan. Jarak ratusan kilometer yang harus ditempuh, jalan-jalan berliku yang seringkali sulit dilalui, serta keterbatasan ekonomi yang membelenggu sebagian besar masyarakat, tidak sedikit pun mengurangi sukacita yang terpancar dari wajah jemaat saat mereka menerima Alkitab. Mereka memahami dengan sepenuh hati bahwa setiap eksemplar Alkitab yang kini mereka genggam adalah sebuah anugerah yang tak ternilai harganya. Sebuah anugerah yang mampu menguatkan iman mereka di tengah badai kehidupan dan membawa pengharapan baru yang tak pernah padam.
Melalui program Satu Dalam Kasih, Lembaga Alkitab Indonesia secara tulus mengajak kita semua untuk terus memberikan dukungan, baik dalam bentuk doa, tenaga, maupun donasi. Dukungan ini sangat krusial agar setiap keluarga di pelosok negeri, seperti yang ada di Sumbawa sampai Bima, dapat membaca Firman Tuhan dengan bebas, tanpa hambatan, dan tanpa keraguan. Setiap kontribusi, sekecil apa pun, akan menjadikan misi mulia ini terus bergerak maju, yaitu membawa Alkitab ke tempat-tempat yang telah lama menantikannya, menyebarkan terang Firman ke setiap sudut bumi. Melihat wajah jemaat yang memegang Alkitab dengan bangga membuat perjalanan ini terasa lebih dari sekadar tugas. Ia menjadi pengingat bahwa kasih Tuhan nyata melalui Firman yang dibawa sampai ke pelosok.(yosaba)