Deru perang menggema di sudut kota
Letupan senjata bersahut-sahutan memekak telinga
Dari fajar hingga rembang malam
Bayi-bayi menangis, para perempuan meratap
Kesedihan membumi menyelimut
Perang, lawan, pukul, bunuh, hancurkan.
Tiga puluh delapan tahun sejak penetapan Hari Perdamaian Internasional “International Day of Peace” pada tanggal 21 September 1981, namun hingga hari ini konflik dan perang masih saja berkecamuk di berbagai negeri, seperti konflik Ituri di Republik Demokratik Kongo, konflik di Papua Barat, perang di Donbass - Ukraina, perang di Pakistan Barat Daya, konflik Palestina-Israel, konflik Kashmir antara India dan Pakistan, dan yang paling banyak memakan korban adalah perang saudara di Somalia.
Jika mencari-cari penyebabnya maka ada begitu banyak alasan manusia dan negara berkonflik, termasuk hal yang terlihat sangat sepele seperti kalah dalam pertandingan bola telah menyebabkan perang antara El-Salvador dengan Honduras (1969) yang telah menelan korban jiwa 3.000 orang. Apa pun penyebabnya, konflik dan perang telah menyisahkan kesedihan, dukacita, sakit, traumatis, luka, serta kematian. Menyababkan anak-anak kehilangan orang tuanya, orang tua kehilangan anak-anaknya, kehilangan pekerjaan, kehilangan tempat tinggal, dan yang lebih parah dari semua itu membuat orang-orang kehilangan semangat hidup, harapan, bahkan imannya.
Secara umum dalam peringatan Hari Perdamaian Dunia, Perserikatan Bangsa-Bangsa menyerukan kepada semua bangsa dan orang untuk meletakkan senjata dan menegaskan kembali komitmen mereka untuk hidup harmonis satu sama lain. Karena itu, dalam situasi konflik dan perang, mereka yang bertikai akan melakukan gencatan senjata di hari itu sehingga membuka kesempatan kepada bantuan kemanusiaan untuk masuk ke wilayah konflik guna mengobati, merawat, menolong, memberi makan, juga memulihkan mereka yang menjadi korban konflik dan perang.
Pada tahun 2019 ini Dewan Umum PBB mengangkat tema khusus yaitu “Climate Action for Peace” dengan pesan bahwa darurat iklim yang terjadi saat ini dapat menjadi ancaman yang besar bagi stabilitas keamanan di seluruh dunia karena itu setiap orang dan bangsa harus terlibat dan menunjukkan komitmennya dalam bentuk tindakan konkret mewujudkan masa depan yang lebih bersih, lebih aman, dan lebih hijau (sumber: https://www.un.org/en/events/peaceday/100days.shtml).
Berdasarkan rilis dari halaman website Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim (Ditjen PPI) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, mengemukakan bahwa dambak dari perubahan iklim akan menyebabkan menurunnya kualitas dan kuantitas air. Pemanasan suhu bumi, kenaikan batasan air laut, terjadinya banjir dan juga badai karena perubahan iklim akan membawa perubahan besar pada habitat sebagai rumah alami bagi berbagai spesies binatang, tanaman, dan berbagai organisme lain, yang pada akhirnya akan memunahkan berbagai spesies baik hewan maupun tumbuhan, juga manusia. Menurunnya kualitas dan kuantitas hutan. Meningkatnya gas rumah kaca karena deforestasi. Meningkatnya wabah penyakit. Menipisnya lapisan ozon menyebabkan kanker kulit, katarak, dan penurunan daya tahan tubuh. Suhu yang panas dan berkurangnya ketersediaan air menyebabkan berkurangnya lahan pertanian yang berdampak langsung pada menurunnya produktivitas pertanian. Meningkatnya permukaan laut menyebabkan tenggelamnya daerah-daerah pesisir dan pulau-pulau kecil). Keadaan-keadaan seperti itu akan menjadi penyebab konflik antar masyarakat atau peperangan antar negara (sumber: http://ditjenppi.menlhk.go.id/kcpi/index.php/info-iklim/dampak-fenomena-perubahan-iklim).
Bawalah Damai dan Usahakanlah Kesejahteraan
“Berbahagialah orang yang membawa damai di antara manusia; Allah akan mengaku mereka sebagai anak-anak-Nya!” (Matius 5:9, BIMK)
Bekerjalah untuk kesejahteraan kota-kota tempat kamu Kubuang. Berdoalah kepada-Ku untuk kepentingan kota-kota itu, sebab kalau kota-kota itu makmur, kamu pun akan makmur. (Yeremia 29:7, BIMK).
Pesan firman Tuhan tidak pernah berubah, bawalah damai dan bekerjalah bagi kesejahteraan kotamu. Damai itu sudah ada dalam hati kita sebab Yesus yang ada di dalamnya adalah sumber damai bagi manusia. Kita hanya perlu membawanya ke tengah-tengah dunia yang selalu haus dengan kekerasan, konflik, dan perang. Damai itu kita bawa melalui semua kesaksian hidup yang dapat kita tampilkan. Melalui pesan-pesan damai, perkataan yang menyejukkan, melalui berbagai karya; gambar, gerak, musik dan lagu, serta tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, melakukan apa yang baik bagi semua orang, dan sedapat-dapatnya jika hal itu bergantung pada kita, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang.
Sebagaimana pesan damai yang dicanangkan oleh Dewan Umum PBB yaitu “Climate Action for Peace” maka hal sederhana yang bisa kita lakukan sebagai pembawa damai untuk membuat kehidupan menjadi lebih bersih, lebih aman, dan lebih hijau adalah mengurangi penggunaan barang-barang yang menghasilkan limbah plastik, mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dengan beralih ke transportasi publik, menghentikan penggunaan listrik yang berlebihan dan mubazir, tidak melakukan pembakaran dan pembalakan hutan, tidak membuang sampah dan limbah secara sembarangan terutama di aliran dan saluran air, mengurangi penggunaan deterjen, hemat dalam menggunakan air bersih, melakukan penanaman pohon, serta berbagai tindakan pencegahan lainnya. Hal sederhana seperti itu harus menjadi perhatian serius oleh semua orang dan negara agar dilakukan secara masif, konstan, dan ketat.
Marilah menjaga alam ciptaan sebab itulah tugas mula-mula yang telah dipercayakan Allah kepada kita (Kej. 1:26; 2:15) dengan begitu kita telah turut melakukan tugas kita lainnya yaitu menjadi pribadi-pribadi yang membawa damai.
Selamat Memperingati Hari Perdamaian Internasional
Salam Alkitab Untuk Semua