"Mengapa LAI menerbitkan Alkitab digital? Bukankah membaca Alkitab cetak lebih membuat umat bisa fokus dan berkonsentrasi ketimbang membaca Alkitab di HP?" Pertanyaan ini disampaikan seorang peserta seminar "Peran Gereja di Zaman Milenial" di Minahasa Utara, 4 Oktober 2019.
Pertanyaan yang mirip seperti di atas juga disampaikan beberapa sahabat yang "resah" dengan keberadaan Alkitab di HP. Pada umumnya mereka keberatan karena beberapa alasan: (1) Alkitab cetak berisi kitab Kejadian sampai Wahyu dan tidak bercampur dengan berbagai informasi lain seperti di HP, (2) Dalam kebaktian-kebaktian Gereja umat cenderung tidak jelas apakah mereka sedang membuka Alkitab atau membuka WA, FB, Instagram atau YouTube di HPnya, dan (3) Begitu banyak ragam "merk" Alkitab yang bisa diunduh dari internet, sehingga membingungkan umat: mana yang "asli" dan mana yang "palsu".
Saya membayangkan keresahan yang mirip-mirip kemungkinan juga terjadi pada waktu mesin cetak ditemukan dan kemudian Alkitab dicetak secara massal. Kemungkinan besar tidak semua umat bisa menerima keberadaan Alkitab cetak yang begitu saja bebas dibaca oleh umat, yang sebelumnya menjadi monopoli para rohaniawan dan pengurus Gereja.
Jasa Gutternberg yang menemukan mesin cetak pada abad ke-15 sungguh sangat signifikan dalam penerbitan dan penyebaran Alkitab ke seluruh dunia. Alkitab menjadi lebih murah dan mudah didapat oleh siapa saja. Firman Allah kemudian menyebar lebih cepat ke berbagai negara.
Pada abad ke-19 ditemukan teknologi komputer. Dilanjutkan pada abad ke-20 muncul Internet of Thing (IoT) yang mendorong Industry 4.0. dimana segala hal dapat dimudahkan dengan internet. Sesudah masyarakat 1.0 (pemburu), berkembang ke arah 2.0 (agraris), 3.0 (industri), 4.0 (informasi), kemudian lahirlah masyarakat 5.0 (smart society- serba internet).
Alkitab haruslah dipahami oleh seluruh umat di zaman apapun. Visi LAI tahun 2035: "Firman Allah Menjangkau Semua Generasi" membawa konsekuensi LAI harus menyediakan Alkitab dalam format yang lazim dipakai setiap generasi. Tuhan juga ingin dan mau menyapa masyarakat 5.0 yang serba internet.
Alkitab edisi cetak tentu akan tetap dibutuhkan oleh masyarakat yang belum sampai pada tahap 5.0. Dan LAI akan tetap setia menerbitkan Alkitab cetak sesuai kebutuhan. Apalagi ada kecenderungan gerakan cinta Alkitab cetak juga terus bertumbuh di kalangan umat.
Belakangan ini Gereja-gereja juga banyak membahas fenomena digital dan milenial. Dalam tiga bulan terakhir saya banyak diundang untuk sharing soal ini di berbagai forum Pendeta2, Pengurus Gereja, dan Guru-guru Sekolah Minggu. Ini mengindikasikan umat Tuhan, terutama di perkotaan, sudah masuk dalam masyarakat 5.0 yang perlu secara bijak memanfaatkan internet untuk "berbicara dengan Tuhan"
.
LAI membutuhkan kemitraan dengan semua pihak untuk melayani dunia IoT. Bagi siapa saja yang tergerak dan tergugah membantu LAI dalam pengembangan layanan digital.Mari bersinergi menyebarkan Firman Allah sampai ujung bumi.
Salam Alkitab Untuk Semua