Isak tangis terdengar di sela-sela doa yang dinaikkan para pemimpin gereja dan warga Walak saat rombongan Lembaga Alkitab Indonesia bersama para mitra tiba di Ilugwa, Kabupaten Mamberamo Tengah, Papua. Terlupakan rasanya perjalanan panjang dari Jakarta ke Sentasi, dan dari Sentani dengan pesawat kecil ke Kobakma, yang dilanjutkan dengan menempuh jalan bebatuan menuju kampung tak bersinyal, tanpa jaringan listrik. Hari itu, Senin 13 September 2021, menjadi tanda kasih setia Tuhan di tengah-tengah kerinduan untuk menerima Alkitab Perjanjian Baru dalam bahasa suku Walak. Tiga kali rencana peluncurannya tertunda akibat pandemi. Tuhan telah mendengarkan doa-doa umat-Nya!
Momentum yang dinanti-nantikan ini membangkitkan ingatan akan kasih Tuhan kepada orang Walak. Betapa tidak, hingga 1970an, perang antar kampung telah menelan korban lebih banyak daripada jumlah orang Walak sekarang. Berulang kali dilakukan upacara perdamaian, namun korban terus berjatuhan akibat perang yang tak kunjung henti. Ingatan yang paling menggetarkan itu terukir pada 11 April 2000. Di akhir Seminar dan Lokakarya Penerjemahan Alkitab Walak di kampung Wolo, semua kepala perang sepakat untuk berdamai selamanya atas dasar Firman Tuhan!
Injil awalnya disampaikan dalam bahasa Lani oleh para penginjil Lani, suku tetangga. Dengan tersedianya Perjanjian Baru bahasa Walak, kini orang Walak dapat membaca Firman Tuhan dalam bahasa hati mereka. “Atas pengorbanan Tuhan Yesus, Allah mendamaikan antara sesama suku Walak. Yesus yang dulu datang di kampung Walak dan berbicara dalam bahasa Lani, sekarang Dia sudah tahu bahasa Walak. Dan Dia akan berbicara dalam bahasa Walak untuk menyampaikan Kabar Baik dari Allah,” ungkap Pdt. Markus Kilunga, penerjemah Alkitab bahasa Walak.
Proses penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Walak menempuh jalan panjang yang menuntut ketekunan. Berbeda dengan kebanyakan program penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa-bahasa Papua, tim penerjemah Perjanjian Baru Walak terdiri atas putra-putra Walak sendiri: “Mulai dari penelitian bahasa, literasi, dan penerjemahan Alkitab, orang Walak tidak menunggu misionaris datang untuk memberi pertolongan melainkan bangkit berjuang dan berjuang untuk menyatakan Tuhan ada bersama kami di sini. Dia dari dulu ada di sini.” Sampai selesainya Perjanjian Baru Walak dengan dukungan dan arahan LAI, dibutuhkan waktu hampir dua puluh tahun.
Perjanjian Baru Walak diluncurkan pada Selasa, 14 September 2021 dalam ibadah syukur di Ilugwa. Pengurus LAI hadir diwakili oleh Pdt. Anwar Tjen, Ph.D., Kepala Departemen Penerjemahan dan Ibu Melvy Sterly A. Alfons, S.Th., Kepala Perwakilan LAI Jayapura. Peluncuran ditandai dengan penyerahan Alkitab ukuran mimbar kepada Pdt. Dorman Wandikbo, S.Th., Presiden Gereja Injili di Indonesia (GIDI), Pdt. Dr. Benny Giay, Ketua Sinode Gereja Kemah Injil (KINGMI) di Tanah Papua, dan ketua-ketua klasis. Panitia Peluncuran yang diketuai Pdt. Banas Wandikbo kemudian membagi-bagikan Perjanjian Baru Walak kepada warga yang hadir dalam jumlah terbatas karena pandemi. Edisi perdana ini dicetak sebanyak 5000 eksemplar dan akan disalurkan juga kepada jemaat-jemaat yang tidak dapat hadir.
Tidak hanya warga GIDI, pesta rohani itu juga dihadiri oleh warga jemaat dari berbagai gereja di Ilugwa, antara lain, Gereja Katolik, Gereja Kemah Injil (KINGMI) di Tanah Papua, Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII), Gereja Kristen Indonesia di Tanah Papua. Turut hadir pula para pejabat pemerintah daerah, di antaranya Bupati Tolikara, Usman G. Wanimbo, S.E., M.Si. dan Wakil Bupati Mamberamo Tengah, Yonas Kenelak, S.Sos.
Mewakili Pengurus LAI, Pdt. Anwar Tjen menyampaikan selamat kepada seluruh warga Walak disertai harapan agar Firman Tuhan yang kini tersedia dalam bahasa hati suku Walak benar-benar mengakar dan berbuah dalam hidup orang Walak. Penerbitan Perjanjian Baru Walak dapat terwujud berkat dukungan dari para mitra LAI yang peduli dan rindu untuk turut menghadirkan Kabar Baik bagi saudara-saudara mereka yang berbahasa Walak. Diingatkan pula, tugas belum selesai dan masih perlu dilanjutkan sampai Alkitab lengkap terbit dalam bahasa Walak beberapa tahun lagi.
Mengakhiri seluruh rangkaian acara di momen yang bersejarah itu, Pdt. Dorman Wandikbo selaku tuan rumah menyampaikan terima kasih tak terhingga atas nama masyarakat Walak kepada semua pihak yang telah memberi dukungan moril dan materiil. “Kini suku Walak dapat mengenal Tuhan lebih dekat dalam bahasa Walak. Sebelumnya ada kekhawatiran bahasa Walak ini dapat terancam punah. Dengan hadirnya Alkitab Perjanjian Baru dalam bahasa Walak, kami yakin bahwa suku Walak akan tetap kuat dan tidak akan punah,” pungkasnya.