PERJANJIAN BARU

PERJANJIAN BARU

Mengenal Sejarah dan Isinya

Perjanjian Baru terdapat dalam paruh kedua Alkitab. Bagian yang terdiri atas dua puluh tujuh kitab ini melanjutkan kisah umat Allah yang telah dimulai sebelumnya dalam Perjanjian Lama. Istilah “perjanjian” sendiri berasal dari Bahasa Yunani diatheke yang berarti “kesepakatan” atau “kehendak”. Perjanjian Lama mengisahkan kesepakatan yang dijalin Allah dengan umat Israel. Perjanjian ini sebagian besar terangkum dalam hukum Taurat. Orang-orang yang taat kepada Allah dan hidup sesuai dengan hukum Taurat akan menjadi umat Allah. Namun, sekitar enam ratus tahun sebelum kelahiran Yesus, Nabi Yeremia telah menubuatkan suatu “perjanjian baru”, yaitu perjanjian yang didasarkan pada hubungan batin antara manusia dan Allah (Yer. 31:31-34). Para penulis Perjanjian Baru memakai ungkapan “perjanjian yang baru” untuk menggambarkan hal-hal yang dikerjakan oleh Allah melalui Yesus (1 Kor. 8:7-13, 9:15-17, 11:25, 12:24-27). Rasul Paulus berkata bahwa perjanjian yang baru ini tidak didasarkan pada hukum tertulis, tetapi lahir dari Roh Allah dan membawa kehidupan baru (2 Kor. 3:6-15; Gal. 3:10-14).

Kitab-kitab Perjanjian Baru ditulis dalam periode seratus tahun setelah masa kehidupan Yesus. Kitab-kitab ini kebanyakan memusatkan perhatian pada diri Yesus dari Nazaret, seorang Yahudi yang oleh orang Kristen dipandang sebagai Yang Diurapi (“Mesias”) atau Juruselamat (Mrk. 8:29, 14:61-62; Luk. 2:11; Yoh. 20:30-31; Kis. 3:18-21). Kitab-kitab Injil (Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes) dengan sudut pandangnya masing-masing menampilkan perjalanan hidup dan ajaran-ajaran Yesus. Kisah Para Rasul menceritakan rasul-rasul yang – sesudah kebangkitan-Nya – membawa berita tentang diri Yesus dan menyebarkan pesan-pesan-Nya. Surat-surat Perjanjian Baru menampilkan aneka ragam pemberitaan dan penafsiran atas ajaran-ajaran Yesus yang berlangsung pada zaman jemaat perdana. Hal tersebut terjadi seiring dengan pemberitaan kabar baik kepada bangsa-bangsa lain. Dari surat-surat Perjanjian Baru dapat diketahui juga pengalaman dan kehidupan jemaat Kristen perdana. Bagian penutup kitab Wahyu, kitab terakhir dalam Perjanjian Baru, menggambarkan masa depan yang penuh harapan, saat Allah akan menciptakan langit dan bumi yang baru.

Penulisan kitab-kitab Perjanjian Baru ini tidak dapat ditentukan secara tepat. Meskipun demikian, saat ini kebanyakan ahli berpendapat bahwa beberapa surat Paulus merupakan tulisan yang paling tua. Kitab-kitab Injil dan Kisah Para Rasul ditulis lebih kemudian. Markus, yang kiranya merupakan Injil paling tua, agaknya ditulis beberapa saat setelah Roma menghancurkan Yerusalem tahun 70.

Meskipun Yesus dan para murid-Nya berbicara dalam Bahasa Aram, kitab-kitab Perjanjian Baru sejak awal ditulis dalam Bahasa Yunani sehari-hari. Para penulis Perjanjian Baru mengenal terjemahan Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani (Septuaginta), sebab sejumlah kutipan dalam Perjanjian Baru diambil dari Septuaginta, meskipun ada juga yang diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani dari Perjanjian Lama berbahasa Ibrani. Naskah-naskah Perjanjian Baru yang asli tinggal kepingan-kepingan atau sudah lama musnah. Namun, salinan teks-teksnya yang ditulis tangan tetap tersedia karena senantiasa dikerjakan secara turun-temurun. Salinan yang paling tua dari seluruh Perjanjian Baru berbahasa Yunani berasal dari abad ke-4, sedangkan kepingan yang paling tua dari sebuah kitab Perjanjian Baru berasal dari sekitar tahun 125. Selain itu, terjemahan-terjemahan perdana Perjanjian Baru dalam bahasa Koptik, Siria, dan Latin juga sangat bernilai. Butuh waktu lebih dari 300 tahun sampai akhirnya ada dua puluh tujuh kitab yang diterima dalam daftar Perjanjian Baru sekarang ini.

 

Sumber: Alkitab Edisi Studi