Hikmat yang Benar dan Hikmat yang Kosong

Renungan Harian | 16 April 2025

Hikmat yang Benar dan Hikmat yang Kosong

Setiap generasi bergumul dengan pertanyaan yang tak lekang oleh waktu, “apa itu hikmat yang sejati?” Dalam perdebatan antara Ayub dan sahabat-sahabatnya, kita menemukan perbedaan mendasar mengenai sumber dan hakikat kebijaksanaan. Elifas, dalam Ayub 15:1-10, mempertanyakan kebijaksanaan Ayub dan menuduhnya berbicara tanpa makna. Bagi Elifas, hikmat hanya dapat diperoleh melalui tradisi nenek moyang, sementara Ayub berani mempertanyakan dan mencari pemahaman yang lebih dalam tentang keadilan Allah. Persoalan ini bukan hanya milik masa lalu, tetapi juga menjadi refleksi bagi umat masa kini: dari manakah kita mendapatkan hikmat? Dan bagaimana kita membedakan antara hikmat yang sejati dan yang kosong atau berasal dari pemahaman kita sendiri saja?


Elifas membuka perkataannya dengan sindiran yang tajam: “Apakah orang yang berhikmat menjawab dengan pengetahuan kosong, dan mengisi dirinya dengan angin?” (Ayub 15:2). Sindiran ini merujuk kepada perkataan Ayub yang pernah mengklaim bahwa ia berhikmat bahkan sama pandainya dengan sahabat-sahabatnya. Ia menyamakan perkataan Ayub dengan angin timur yang panas dan melayukan. Dengan kata lain, bagi Elifas, kata-kata Ayub tidak membawa manfaat, bahkan berbahaya bagi iman dan kepercayaan kepada Allah. Hikmat yang benar menurut Elifas adalah orang yang meneruskan pengajaran leluhur dan tidak menyimpang sedikitpun. Jika pengajaran turun temurun menyatakan bahwa mereka yang mengalami penderitaan berarti tengah dijatuhi hukuman atas dosanya, demikianlah yang harus dipegang tanpa harus dipertanyakan lagi. Namun, apakah benar bahwa mempertanyakan Allah berarti kehilangan hikmat?


Dalam sejarah, banyak tokoh iman yang mempertanyakan ajaran yang sudah mapan demi menemukan kebenaran yang lebih dalam. Para nabi seperti Yeremia dan Yesaya berani menantang pemahaman keagamaan yang kaku, sebagaimana juga tokoh-tokoh reformasi seperti Martin Luther. Hikmat sejati bukan sekadar mengulang ajaran lama tanpa kehendak untuk memahami lebih dalam, tetapi juga memiliki keberanian untuk menggali makna yang lebih dalam. Ayub berani mempertanyakan keadilan Allah bukan karena ia ingin memberontak, tetapi karena ia sungguh-sungguh ingin memahami maksud dan rencana Tuhan dalam penderitaannya. Dengan demikian, Ayub sesungguhnya meletakkan kepercayaan seutuhnya hanya pada Allah. Sayangnya, bagi Elifas, mempertanyakan hal-hal yang sudah dianggap mapan sama saja dengan kesombongan dan pemberontakan.


Sahabat Alkitab, dewasa ini disadari atau tidak, beragam pengajaran telah kita dengar dari berbagai sumber. Hal itu baik, tetapi yang terpenting adalah membangun relasi serta kedekatan dengan-Nya yang dilandaskan pada relasi yang hidup. Ada kalanya hidup dalam relasi dengan Allah mendorong kita untuk mempertanyakan dalam doa, apa yang tengah menimpa atau terjadi pada diri kita. Mempertanyakan bukan berarti memberontak, tetapi justru bagian dari perjalanan menuju pemahaman yang lebih mendalam. Orang yang benar-benar berhikmat bukanlah mereka yang hanya mengulang kata-kata dan pengajaran turun temurun, tanpa kehendak untuk mengolahnya lebih dalam lagi, melainkan mereka yang dengan rendah hati mencari kebenaran dalam terang firman Tuhan.


Bagaimana dengan kita? Apakah kita termasuk dalam golongan yang menerima segala sesuatu tanpa bertanya, ataukah kita memiliki keberanian seperti Ayub untuk mencari pemahaman yang lebih dalam? Dalam dunia yang penuh informasi dan berbagai perspektif, kita dipanggil untuk memiliki hikmat yang sejati, yang tidak hanya bersandar pada tradisi, tetapi juga berani bertanya, merenung, dan menemukan makna yang lebih mendalam dalam setiap peristiwa hidup kita.



Logo LAILogo Mitra

Lembaga Alkitab Indonesia bertugas untuk menerjemahkan Alkitab dan bagian-bagiannya dari naskah asli ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kantor Pusat

Jl. Salemba Raya no.12 Jakarta, Indonesia 10430

Telp. (021) 314 28 90

Email: info@alkitab.or.id

Bank Account

Bank BCA Cabang Matraman Jakarta

No Rek 3423 0162 61

Bank Mandiri Cabang Gambir Jakarta

No Rek 1190 0800 0012 6

Bank BNI Cabang Kramat Raya

No Rek 001 053 405 4

Bank BRI Cabang Kramat Raya

No Rek 0335 0100 0281 304

Produk LAI

Tersedia juga di

Logo_ShopeeLogo_TokopediaLogo_LazadaLogo_blibli

Donasi bisa menggunakan

VisaMastercardJCBBCAMandiriBNIBRI

Sosial Media

InstagramFacebookTwitterTiktokYoutube

Download Aplikasi MEMRA

Butuh Bantuan? Chat ALIN


© 2023 Lembaga Alkitab Indonesia