Yesaya 35:1-10 , Matius 11:2-11
Dalam hidup sehari-hari, kita seringkali mengalami banyak keragu-raguan. Mulai dari hal-hal sederhana seperti soal agenda liburan bersama keluarga, hingga kepada hal-hal yang sifatnya lebih prinsip serta esensial. Keraguan bahkan juga memasuki ranah iman dan spiritualitas kita. Pertanyaan-pertanyaan akan kebaikan Allah di tengah penderitaan yang terjadi di dunia. Hingga kepada eksistensi-Nya di dalam semesta. Banyak orang mengutuk keragu-raguan tersebut, tetapi menariknya dalam berbagai teks di Alkitab, hal tersebut mendapatkan tempat pada proses keberimanan seseorang. Tidak dinafikan melainkan diakui sehingga perjalanan untuk mencari hakikat dari iman kepada Allah terus berjalan.
Yohanes Pembaptis digambarkan sebagai sosok yang begitu karismatik dan teguh berpegang pada pendiriannya. Ia mewartakan pertobatan kepada umat pada masa itu sebagai cara untuk mempersiapkan umat menyambut kedatangan Sang Anak Allah yang dijanjikan itu. Keyakinannya pada Sang Mesias yang tengah dipersiapkan kedatangannya itu, sangatlah besar. Katanya kepada khalayak ramai, “Bahkan membuka kasutnya pun aku tidak layak.” Namun, pada akhirnya Yohanes Pembaptis hanyalah manusia biasa. Ia merasakan keraguan saat melihat apa yang dikerjakan oleh Mendekam dalam penjara, Yohanes terus mengikuti pergerakan Yesus. Yesus rupanya berbeda dengan bayangan akan Mesias yang selama ini ada dalam benaknya. Bagi Yohanes Pembaptis, seorang Mesias akan datang dalam ketegasannya. Menghakimi mereka yang bersalah dan menyatakan keadilan. Namun yang dilihatnya adalah seorang Mesias yang begitu berbeda. Ia menyapa mereka yang miskin serta terpinggirkan. Orang yang dicap berdosa dan dijauhi sesamanya, justru dirangkul serta diajak untuk kembali ke jalan yang benar. Pengajaran Sang Mesias begitu lembut dan penuh dengan kasih.
Kenyataan yang ditemuinya tersebut harus berhadapan pula dengan kenyataan pahit bahwa Yohanes Pembaptis tengah dipenjara. Rasanya seluruh gejolak kehidupan yang dialaminya tersebut membawa pada kesimpulan akan banyak pertanyaan terkait misi hidup yang selama ini ia jalani. Benarkah selama ini ia berpegang pada keyakinan yang salah? Yohanes Pembaptis mencoba menguji keyakinan yang terlintas tersebut dengan mengutus murid-muridnya untuk bertanya sendiri kepada Yesus, “Engkaukah Dia yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?” Yesus menjawab pertanyaan murid-murid Yohanes dengan menjabarkan apa yang dilakukannya yakni orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, penderita penyakit kulit ditahirkan, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan, dan kepada orang miskin dikabarkan berita baik. Semua yang dilakukannya sesuai dengan apa yang dinubuatkan Allah melalui Nabi Yesaya dalam Yesaya 35:1-10.
Mesias tidak hanya Ia yang datang mengadili, tetapi juga yang datang memberitakan kabar baik dan menyatakan keberpihakan kepada mereka yang tertindas serta mengalami penderitaan. Dimensi Mesias yang penuh kasih adalah Mesias yang hendak dinyatakan dalam Kristus. Murid-murid Yohanes diteguhkan pada saat itu, termasuk sang guru meskipun tidak diceritakan dalam pasal ini. Menariknya Yesus sama sekali tidak menegur Yohanes tetapi justru menegaskan posisinya sebagai sang pembuka jalan. Berbahagialah mereka yang mengikuti Yohanes Pembaptis, tetapi lebih berbahagia orang yang kemudian mengakui Yesus sebagai Sang Mesias penyelamat umat manusia.
Minggu Adven ke-3 dikenal dengan minggu gaudete atau sukacita. Masa dimana kita dipanggil untuk kembali mengingatkan karya kasih Allah yang mendatangkan penghiburan dan sukacita dalam kehidupan. Ingatan akan sukacita dan penghiburan yang dibawa Allah dapat menepis keraguan kita akan karya Allah di dalam dunia. Mungkin pergumulan dan masalah kehidupan yang datang membuat kita meragu akan karya-Nya, tetapi lihatlah di sekitar dan resapilah pengalaman masa lampau, bukankah Allah selalu mengerjakan kebaikan dalam hidup kita. Sekecil dan sesederhana apapun itu. Maka nantikanlah dengan setia kedatangan dan karya-Nya. Tuhan selalu hadir dan berkarya.
Pertanyaan reflektif :
Apakah selama ini kita pernah diperhadapkan pada keragu-raguan saat mengikuti Dia?



















