Taat terhadap Kehendak-Nya

Artikel | 19 Des 2025

Taat terhadap Kehendak-Nya


Yesaya 7:10-16 , Matius 1:18-25 

 

Ketaatan adalah salah satu hal yang dikehendaki Allah agar dimiliki oleh umat-Nya. Sejak zaman bapa-bapa leluhur Israel, perjanjian diikat oleh Allah berlandaskan ketaatan. Ia adalah Allah pencipta semesta yang akan memelihara serta menjaga bangsa itu, sementara manusia diundang untuk taat serta bergantung penuh kepada-Nya. Pola ini terus berlanjut hingga kepada kelahiran Sang Juruselamat.  Ia menggenapi janjiNya untuk menyelamatkan dunia dalam kasih-Nya, tetapi pada saat yang sama Tuhan mengundang kita untuk merespons dalam ketaatan. Pola inilah yang hendak menjadi pokok perenungan minggu adven 4. Kita diundang oleh Allah untuk menanti dalam ketaatan, sebagaimana yang nampak dalam bacaan kita kali ini dalam respons Yusuf. 

 

Jika Injil Lukas mencoba untuk menyoroti ketaatan Maria dalam menerima kehendak Allah atas diri-Nya, Injil Matius mencoba untuk menggarisbawahi peran Yusuf menerima berita mengandungnya Maria. Teks kita pada saat ini mencatat bahwa Yusuf dan Maria adalah dua orang yang telah bertunangan. Relasi pertunangan dalam masyarakat saat itu sesungguhnya berbeda dengan apa yang kita praktekkan di masa kini. Sebenarnya secara kultur dan kepercayaan, mereka telah diikatkan dalam relasi yang resmi atau dengan kata lain sudah dalam posisi “menikah”.  Hanya saja Maria masih berada di rumah orang tuanya sampai hari ia akan dibawa ke rumah suaminya. Sebelum dibawa ke rumah Yusuf, Maria ditemukan sudah mengandung. Secara agama, sebenarnya Yusuf dapat menyeret Maria ke pengadilan untuk proses memeriksa perzinaan (Ul. 22:23-27). Namun, Yusuf tidak mau menempuh jalur hukum tersebut dan memiliki belas kasihan kepada tunangan-Nya. Ia hendak menjaga martabat Maria sehingga jalan yang dipilihnya adalah menceraikan diam-diam. Hubungan “pertunangan” menurut hukum sudah tetap, dan mereka sudah disebut suami dan istri maka istri hanya dapat diceraikan dengan surat cerai. Namun sebelum rencana itu direalisasikan, Allah menghendaki hal yang berbeda untuk dilakukan Yusuf. 

 

Yusuf didatangi oleh Malaikat Allah dalam mimpinya. Telah lama mimpi digunakan sebagai salah satu cara Allah untuk berkomunikasi dengan umat-Nya. Malaikat itu berkata agar Yusuf tetap mengambil Maria sebagai Istrinya. Bayi yang dikandung Maria adalah karya Roh Kudus.  Bayi itu harus dinamai Yesus (Aram : Yeshua/ Ibrani : Yoshua) yang berarti Allah adalah keselamatan. Ia adalah sosok yang akan datang untuk menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka (ay.21). Sebagaimana pola dalam Injil Matius, peristiwa kelahiran Yesus juga turut dimaknai seturut garis nubuatan yang ada. Semuanya telah tercatat dalam Yesaya 7:10-16. Sang Imanuel (Ibrani: Allah menyertai Kita) akhirnya datang dan menggenapi pekerjaan penyelamatan Allah. 

 

Yusuf dan Maria dilibatkan-Nya dalam karya agung yang begitu luar biasa tersebut. Apa yang diperintahkan firman Tuhan dilaksanakan oleh Yusuf dan juga Maria.  Keduanya menunjukkan kualitas sebagai seorang hamba Tuhan. Tanpa banyak kata, Ia melakukan apa yang Tuhan kehendaki. Kehadiran dan penyertaan Allah yang memampukan Yusuf untuk taat pada kehendak-Nya, meskipun jalan yang dilaluinya tidak mudah. Dalam kebimbangan dan ujung pengambilan keputusan penting dalam hidupnya, Ia mau merendah serta tunduk kepada kehendak-Nya. 

 

Bukankah ketaatan seperti itulah yang seharusnya juga kita perjuangkan dalam hidup beriman kita. Seperti Yusuf, kita pun seringkali mengalami kebimbangan dalam hidup. Berada dalam persimpangan beragam keputusan yang masing-masing memiliki konsekuensi yang tidak mudah. Dalam iman kepada Allah justru peristiwa-peristiwa tersebut menjadi cara Allah untuk mengajarkan ketaatan kepada kita. Ketaatan kepada Allah menuntun kita untuk terus setia berada di jalan-Nya hingga kelak Kristus datang kembali untuk menyempurnakan keselamatan dari-Nya. Hal lain yang kita pelajari dari kisah ini ialah melalui ketaatan kepada Allah kita membuka sebuah kesempatan besar untuk dilibatkan dalam karya-Nya di dalam dunia. Seperti Yusuf dan Maria yang dilibatkan Allah dalam rencana agung penyelamatan dunia karena ketaatan serta kerendahan hati-Nya. Belajar untuk taat seharusnya menjadi program pembelajaran orang beriman di sepanjang hidupnya. 

 

Pertanyaan reflektif:

 Sejauh manakah kita bersedia untuk belajar taat dalam mengikuti kehendak-Nya?

You may also like

Logo LAILogo Mitra

Lembaga Alkitab Indonesia bertugas untuk menerjemahkan Alkitab dan bagian-bagiannya dari naskah asli ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kantor Pusat

Jl. Salemba Raya no.12 Jakarta, Indonesia 10430

Telp. (021) 314 28 90

Email: info@alkitab.or.id

Bank Account

Bank BCA Cabang Matraman Jakarta

No Rek 3423 0162 61

Bank Mandiri Cabang Gambir Jakarta

No Rek 1190 0800 0012 6

Bank BNI Cabang Kramat Raya

No Rek 001 053 405 4

Bank BRI Cabang Kramat Raya

No Rek 0335 0100 0281 304

Produk LAI

Tersedia juga di

Logo_ShopeeLogo_TokopediaLogo_LazadaLogo_blibli

Donasi bisa menggunakan

VisaMastercardJCBBCAMandiriBNIBRI

Sosial Media

InstagramFacebookTwitterTiktokYoutube

Download Aplikasi MEMRA


© 2023 Lembaga Alkitab Indonesia