Oleh Sigit Triyono
"Deneng isa ketemu nang kene? Sedulur ngapak!", kata Ibu Pdt Yuli, gembala GBI PaCe (Papua Centrum) Timika, dengan logat Banyumasan sambil tersenyum dan menyalami saya. (Kok bisa bertemu di sini? Kerabat "ngapak"!). "Ngapak" adalah sebutan orang Jawa dengan dialek bahasa daerah sekitar Kabupaten Banyumas sampai Tegal, Provinsi Jawa Tengah.
Pada 10 Juni 2023 sore sampai malam Waktu Indonesia Timur (WIT), LAI menyelenggarakan acara "Bible Mission Gathering" (BMG) yang bertujuan untuk mengapresiasi mitra LAI di wilayah Timika, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah, dan menyegarkan ulang pentingnya sinergitas kemitraan.
Acara dikemas dengan memasukkan unsur budaya lokal dalam bentuk tarian khas Papua, dan puji-pujian indah dari Trio Timika.
Renungan Firman Tuhan dibawakan oleh Pdt. Johan Womsiwor, Sekretaris Klasis Mimika, GKI di Tanah Papua. Presentasi tentang perjalanan LAI bersama Mitranya sejak LAI berdiri 9 Februari 1954, saya bawakan selaku Sekum LAI. Dilanjutkan dengan pemberian souvernir sebagai apresiasi LAI kepada para wakil mitra dari unsur gereja, lembaga keumatan, pemerintah, swasta, dan profesi.
Selain kesaksian pujian, juga ada kesaksian dari hamba Tuhan, Pdt Johnny Iskandar. Beliau sudah menggerakkan anggota jemaatnya untuk mengumpulkan sumbangan Rp.10.000,- per orang setiap Minggu dalam kotak khusus. Setiap akhir bulan dihitung dan total yang terkumpul dikirimkan ke LAI Perwakilan Jayapura. Ini sebagai bentuk dukungan terhadap layanan LAI dalam menyebarkan kabar baik sampai ujung bumi.
Kesaksian yang bernada ajakan di atas juga didukung penuh oleh Bapak Fabian Magal Direktur YPMAK (Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro) Kabupaten Mimika, yang adalah juga Ketua Panitia acara ini.
Tahun 2023 ini LAI memiliki komitmen untuk membagikan 155.000 Alkitab bagi masyarakat kristiani di daerah terpencil yang sangat sulit mendapatkan Alkitab oleh karena berbagai keterbatasan. Diantaranya ada dua wilayah di Tanah Papua yang akan mendapatkan Alkitab dengan dukungan para Mitra LAI, yaitu di wilayah Asmat dan Kamoro.
Dalam rangka mendukung program untuk masyarakat Asmat dan Kamoro, tidak kurang 145 mitra LAI yang hadir diajak untuk mendoakan, mewartakan dan mendonasikan berkat yang Tuhan beri.
Atas kerja sama yang apik antara Tim LAI Perwakilan Jayapura dengan Panitia lokal yang terdiri dari aktivis gereja berbagai denominasi, termasuk keuskupan Timika, acara BMG berjalan lancar dan penuh sukacita persaudaraan ekumenikal. Acara BMG ini juga berhasil mengumpulkan janji iman para mitra LAI yang cukup signifikan jumlahnya, untuk mendukung masyarakat Asmat dan Kamoro.
Tidak disangka sehari sebelumnya, saat saya turun dari pesawat di Bandara Mozes Kilangin Timika, saya dijemput oleh Bapak Antonius Purwono (Panitia BMG) yang ternyata orang "ngapak". Setelah ngobrol tentang asal muasal ternyata Kakek-Neneknya adalah perintis gereja dimana saya dibaptis di tahun 1973 bersama Bapak, Ibu dan tiga saudara saya.
Sesudah acara BMG selesai, Pak Anton mengenalkan Ibu Yuli yang adalah Tante dia, yang asli Kubangkangkung. Ini adalah nama desa di Kecamatan Kawunganten Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah, tetangga desa di mana saya dibesarkan.
Kami tidak pernah bertemu sebelumnya, meskipun kami satu gereja di GKJ Kawunganten. Justru di Timika, yang jaraknya tidak kurang dari 4.679 km dan membutuhkan 5.5 jam terbang dari Jakarta, kami para "ngapak" dipertemukan.
LAI telah menyatukan "kerabat ngapak" di Timika. Sinergitas kemitraan. Puji Tuhan. Dan kami pun mengenang bahasa ngapak. "Nek ora ngapak ora kepenak!", kata Bu Yuli yang bersuamikan Pdt Bondhi sesama hamba Tuhan yang berasal dari Sangihe Talaud. (Kalau tidak bicara "ngapak" tidak nyaman). (ST.11.6.2023).