Mengajak Anak Tuntas Membaca Kabar Baik untuk Anak (KBUA)
Ada seekor singa yang biasa berkeliaran di sekitar ladang tempat tinggal empat ekor lembu. Berkali-kali dia mencoba menyerang kawanan lembu itu, tetapi setiap kali dia mendekat, serempak lembu-lembu itu saling mengarahkan ekornya, sehingga dari arah manapun sang singa mendekati mereka, dia akan bertemu dengan tanduk salah satu dari mereka. Namun, akhirnya lembu-lembu itu saling bertengkar di antara mereka sendiri. Masing-masing pergi ke padang rumput sendirian di sudut lapangan yang terpisah. Kemudian, singa itu menyerang mereka satu per satu dan segera menghabisi keempatnya.
Ini adalah salah satu dari banyak cerita pendek tapi menggugah pikiran yang saya baca sebagai seorang anak. Itu adalah bagian dari kumpulan dongeng yang ditulis pendongeng Yunani kuno Aesop. Ayah saya memiliki di ruang kerja sebuah salinan bersampul kain biru pudar, yang sekarang saya hargai. Lewat cerita singa dan lembu tadi muncul sumber dari ungkapan yang sering dikutip, tetapi jarang dikaitkan: "Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh." Dongeng tadi hanya terdiri dari 90 kata. Meskipun pendek, pesannya sangat mengenyangkan!
Semua orang menyukai cerita yang bagus. Dari cerita pendek hingga epik, fiksi atau nyata, sejarah atau modern, ada sesuatu yang menarik tentang kisah yang diceritakan dengan baik, terutama jika kita dapat mengidentifikasi pesan moral dalam cerita yang dapat kita terapkan dalam kehidupan kita. Kita tertarik pada fabel, dongeng, legenda, dan perumpamaan karena kita semua mencari jawaban atas pertanyaan dan dilema kehidupan, tetapi umumnya kita tidak ingin jawaban itu diberikan kepada kita dalam bentuk khotbah atau ceramah. Ibarat obat yang lebih mudah tertelan dengan sesendok gula, pelajaran hidup terasa lebih enak jika dikemas dalam bentuk cerita.
Cerita yang Menempel
Alkitab bukan hanya berisi catatan-catatan sejarah sejak masa pra-penciptaan, tetapi juga merupakan harta karun cerita dan perumpamaan yang memiliki tujuan. Perumpamaan, kita harus perhatikan, tidak sama dengan anekdot—itu adalah contoh fiksi dan bukan kisah nyata. Tidak seperti dongeng, yang umumnya menampilkan karakter non-manusia, mereka selalu tentang situasi manusia yang hipotetis tetapi realistis. Ketika Yesus, yang adalah guru dan seorang pendongeng ulung, menggunakan perumpamaan untuk mengajarkan pelajaran rohani, dia biasanya memulai dengan frasa seperti, “Ada seorang pria…,” “Seorang penguasa tertentu…,” atau “Kerajaan surga seumpama…”
Kadang-kadang maksudnya tersampaikan dengan terang dan jelas. Lain waktu, sepertinya dia ingin memancing dan mendorong murid-muridnya untuk bertanya dan menggali pelajaran lebih dalam. Yesus bukanlah orang pertama dalam Alkitab yang menggunakan perumpamaan. Misalnya, ketika Raja Daud melakukan serangkaian dosa yang menyedihkan, Allah mengutus Nabi Natan menemui sang raja. Natan menggunakan sebuah perumpamaan—cerita tentang seorang kaya yang mencuri dan membunuh domba milik orang miskin—untuk membuat raja bertobat (1 Samuel 12:1-14). Perumpamaan yang hanya tediri dari sekitar 120 kata (dalam Contemporary English Version), cukup untuk membuat Raja Daud mengakui dosa-dosanya, karena kekuatan kata-kata itu menjadi cermin di depan wajahnya.
Itulah kekuatan cerita yang bagus. Tidak hanya menyampaikan pesan dengan cara yang sederhana dan dapat diterima, tetapi juga membuat poin tetap melekat karena cerita mudah diingat, terutama jika membangkitkan emosi.
Atribut Cerita Baik
Dalam dunia bisnis, pembicara dan pemimpin dilatih untuk memulai dengan anekdot saat berpidato kepada audiens. Poin-poin dan daftar sangat bagus untuk mengatur informasi tetapi, dengan sendirinya, mereka dapat kehilangan pembaca atau pendengar. Nick Morgan, ahli teori dan pelatih komunikasi, berkata: "Jika pidato Anda lebih seperti Shakespeare dan tidak seperti buku telepon, pidato Anda akan jauh lebih berkesan."
Terlepas dari genre cerita yang sangat berbeda yang ada saat ini, kisah yang paling efektif terbagi dalam tiga elemen utama: karakter, konflik, dan resolusi. Entah itu kisah Daniel di kandang singa (Daniel 6), dongeng abad ke-10 tentang Little Red Riding Hood, atau episode terbaru acara televisi favorit kita, kita memperhatikan dengan antusias karena kita berempati dengan karakternya dan ingin melihat mereka memiliki akhir yang bahagia.
Mengingat tiga elemen dasar dari sebuah cerita yang baik (karakter, konflik dan resolusi) dapat membantu kita mengambil pelajaran kunci ketika kita membaca Alkitab. Saat kita membaca, kita harus mengidentifikasi siapa karakter utamanya, keadaan apa yang mereka hadapi (lebih spesifik, tindakan Tuhan dalam hidup mereka dan bagaimana mereka merespons), dan apa hasilnya ketika mereka yang terlibat menaati atau tidak menaati Tuhan. Jenis refleksi ini memungkinkan Kitab Suci menembus pikiran dan hati kita sedemikian rupa sehingga kita dapat mengingatnya ketika kita menghadapi situasi yang serupa.
Misalnya, ketika tergoda untuk berbuat dosa, kita dapat mengingat bagaimana Daud (dalam 2 Samuel 11) dan Yusuf (dalam Kejadian 39) menanggapi peluang yang menggoda dan apa akibatnya masing-masing, dan kemudian dengan bijak memilih langkah kita selanjutnya. Atau, ketika kita merasa hancur karena keadaan yang luar biasa, kita dapat memanfaatkan sumber kekuatan yang sama yang memampukan Ayub (dalam Ayub 1) untuk tetap setia kepada Allah bahkan ketika segala sesuatu yang berharga baginya diambil.
Semakin banyak kita mengetahui dan memahami Kitab Suci, semakin baik kita memanfaatkan kekuatan cerita; misalnya, ketika membagikan kesaksian iman kita atau menjelaskan Kitab Suci kepada orang lain. Demikianlah Injil yang membawa kita kepada pengetahuan yang menyelamatkan tentang Yesus Kristus dipercayakan kepada kita untuk diteruskan kepada banyak orang dari generasi ke generasi.
Kabar Baik untuk Anak
Lembaga Alkitab Indonesia sebagai lembaga yang dipercaya gereja untuk menghadirkan Kabar Baik bagi semua generasi, berupaya memfasilitasi gereja dan orangtua untuk lebih memperhatikan perkembangan rohani anak, melalui berbagai terbitannya. Salah satu terbitan yang dirancang khusus untuk anak-anak tersebut adalah KABAR BAIK UNTUK ANAK (KBUA).
KBUA diterbitkan pertama kali pada tahun 1994 dan dirancang khusus untuk anak-anak usia 9-12 tahun atau kelas 4-6 Sekolah Dasar. Kisah-kisah Alkitab yang padat dan rumit dan kadang sulit dipahami, dituliskan dalam bentuk cerita anak-anak agar lebih mudah dipahami. Anak-anak perlu disapa dalam bahasa mereka mengerti dan mereka pahami, sesuai usia dan dunia mereka. Kabar Baik untuk Anak-anak mengajak anak-anak belajar mencintai firman Tuhan sejak dini. Lewat kebiasaan membaca cerita-cerita Alkitab sejak kecil, diharapkan akan tumbuh kesadaran mereka untuk memandang firman Tuhan sebagai sumber inspirasi dan pedoman hidup manusia.
Kabar Baik untuk Anak (KBUA) menolong anak-anak memahami sejarah keselamatan Allah dari Kejadian sampai Wahyu, dari penciptaan hingga langit yang baru dan bumi yang baru. Melalui kebiasaan membaca dan mencintai firman Tuhan, diharapkan tumbuh kesadaran mereka untuk memandang firman Tuhan sebagai sumber inspirasi dan pedoman hidup manusia.
Beberapa tahun ini, LAI bekerja sama dengan Komunitas Guru-guru Sekolah Minggu di berbagai kota membuat program Tuntas Baca KBUA. Bagi gereja-gereja di kota besar menghadirkan KBUA di tengah-tengah anak Sekolah Minggu tidak terlalu sulit. Lain halnya dengan gereja-gereja kecil di berbagai pelosok Nusantara. Oleh karena itu, banyak donatur telah membantu LAI mengupayakan KBUA juga dapat hadir di tengah-tengah anak Sekolah Minggu di tempat-tempat yang terpencil dan menolong anak-anak di sana mengenal firman Tuhan sedari kecil. Syukur kepada Tuhan, banyak gereja dan anak-anak Sekolah Minggu yang tergerak, bersukacita dan lebih memahami isi firman Tuhan lewat membaca KBUA.
Pada akhirnya, keberhasilan misi gereja di masa depan terletak dari seberapa dalam anak-anak dan generasi muda Kristen memiliki kerinduan untuk mencintai Tuhan dan Firman-Nya. Karena itu kecintaan akan Firman Tuhan perlu ditumbuhkan kepada umat-Nya sejak dini.
Bagi sahabat-sahabat Alkitab yang tergerak untuk ikut hadir mendukung program Tuntas Baca KBUA dapat menyampaikan dukungannya melalui rekening Yayasan Lembaga Alkitab Indonesia:
- BANK MANDIRI CABANG GAMBIR A.N. YAYASAN LEMBAGA ALKITAB INDONESIA No. Rek. 119.008.0000126
- BANK BCA CABANG MATRAMAN A.N. YAYASAN LEMBAGA ALKITAB INDONESIA No. Rek. 3423016261
- BANK BRI CABANG KRAMAT RAYA A. N. YAYASAN LEMBAGA ALKITAB INDONESIA No. Rek. 033501000281304
- BANK BNI CABANG KRAMAT RAYA A. N. YAYASAN LEMBAGA ALKITAB INDONESIA No. Rek. 0010534054
Info lebih lanjut hubungi kami melalui nomor Whatsapp (WA) LAI: 0811-1925-400 (Anggun)/ 0812-8003-8534 atau di link: http://www.alkitab.or.id/donasi/program
Doakan dan dukung terus pelayanan LAI dalam menyebarkan Kabar Bai ke berbagai pelosok Nusantara. Kiranya Tuhan, sumber damai sejahtera memberkati hidup dan pelayanan kita semua. Salam Alkitab untuk semua.